Kupang (ANTARA) - Kelompok Tani Kaifo Ingu yang merupakan binaan BI Nusa Tenggara Timur melakukan pemasangan sensor tanah dan cuaca di lokasi lahan kelompok tersebut di Airbauk, Kelurahan Babau, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
Deputi Kepala Perwakilan KPw BI Provinsi NTT, Eddy Junaedi kepada wartawan di Kupang, Kamis, (1/10) mengatakan pemasangan sensor tanah dan cuaca itu sebagai bagian dari menindaklanjuti perjanjian kerja sama antara Kantor Perwakilan BI Provinsi NTT dengan PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (PT MSMB).
"Perusahaan ini merupakan salah satu satu start-up mitra penyedia teknologi smart farming 4.0 dalam rangka implementasi pilot project digital farming dari sisi hulu," katanya.
Ia menjelaskan bahwa melalui pemasangan sensor tanah dan cuaca itu akan memperkuat basis data dan informasi yang dimiliki oleh kelompok tani sehingga mampu membantu kelompok tani dalam penentuan perlakuan yang tepat untuk lahan yang ada, serta mendeteksi, mengukur, dan mencatat data secara akurat tentang kondisi cuaca pertanian (agro-climate) dan tanah pertanian (soil) yang dapat dikontrol melalui aplikasi (RiTX Bertani) oleh pengguna "smartphone".
Diketahui sensor tanah dan cuaca dimaksud mampu mendeteksi 12 (dua belas) parameter antara lain arah angin, kecepatan angin rata – rata, kecepatan angin max, kekeruhan air, curah hujan per jam, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, suhu tanah, kelembapan tanah, EC tanah, dan pH tanah.
Usai dilakukan pemasangan sensor tanah dan cuaca kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi penggunaan aplikasi RiTx Bertani oleh PT. MSMB kepada kelompok tani yang turut dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian Kabupaten Kupang.
"Implementasi 'digital farming' tersebut dilakukan dalam rangka pengembangan ekonomi Provinsi NTT. Sebagaimana diketahui pembagian terbesar struktur PDRB Provinsi NTT saat ini berasal dari sektor pertanian," ujar dia.
Terlebih dengan rencana Presiden Jokowi dalam melakukan perluasan lumbung pangan nasional atau food estate di Provinsi NTT, implementasi digital farming akan mendorong kapasitas produksi pertanian dan mengakselerasi digitalisasi industri pertanian.
Lebih lanjut kata dia rangkaian acara pemasangan Sensor Tanah dan Cuaca serta Sosialiasi Aplikasi RiTx Bertani tersebut dilakukan dengan mengedepankan protokol kesehatan, antara lain dengan penggunaan masker dan "hand sanitizer" serta dengan penerapan jaga jarak guna mencegah penularan COVID-19.
Baca juga: NTT siapkan Rp100 miliar dari pinjaman daerah untuk kembangkan pertanian
Baca juga: Insentif bagi petani dan nelayan sudah patut diberikan
Antusiasme para anggota kelompok tani dalam mengikuti kegiatan dimaksud menjadi bukti keseriusan mereka dalam implementasi digital farming yang baru pertama kali dilaksanakan di Provinsi NTT.
" Ke depannya melalui sinergi dengan dinas dan otoritas terkait serta penguatan kapabilitas dari kelompok tani, diharapkan dapat mengoptimalkan peran sektor pertanian sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT," tambah dia.***1***.
Deputi Kepala Perwakilan KPw BI Provinsi NTT, Eddy Junaedi kepada wartawan di Kupang, Kamis, (1/10) mengatakan pemasangan sensor tanah dan cuaca itu sebagai bagian dari menindaklanjuti perjanjian kerja sama antara Kantor Perwakilan BI Provinsi NTT dengan PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (PT MSMB).
"Perusahaan ini merupakan salah satu satu start-up mitra penyedia teknologi smart farming 4.0 dalam rangka implementasi pilot project digital farming dari sisi hulu," katanya.
Ia menjelaskan bahwa melalui pemasangan sensor tanah dan cuaca itu akan memperkuat basis data dan informasi yang dimiliki oleh kelompok tani sehingga mampu membantu kelompok tani dalam penentuan perlakuan yang tepat untuk lahan yang ada, serta mendeteksi, mengukur, dan mencatat data secara akurat tentang kondisi cuaca pertanian (agro-climate) dan tanah pertanian (soil) yang dapat dikontrol melalui aplikasi (RiTX Bertani) oleh pengguna "smartphone".
Diketahui sensor tanah dan cuaca dimaksud mampu mendeteksi 12 (dua belas) parameter antara lain arah angin, kecepatan angin rata – rata, kecepatan angin max, kekeruhan air, curah hujan per jam, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, suhu tanah, kelembapan tanah, EC tanah, dan pH tanah.
Usai dilakukan pemasangan sensor tanah dan cuaca kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi penggunaan aplikasi RiTx Bertani oleh PT. MSMB kepada kelompok tani yang turut dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian Kabupaten Kupang.
"Implementasi 'digital farming' tersebut dilakukan dalam rangka pengembangan ekonomi Provinsi NTT. Sebagaimana diketahui pembagian terbesar struktur PDRB Provinsi NTT saat ini berasal dari sektor pertanian," ujar dia.
Terlebih dengan rencana Presiden Jokowi dalam melakukan perluasan lumbung pangan nasional atau food estate di Provinsi NTT, implementasi digital farming akan mendorong kapasitas produksi pertanian dan mengakselerasi digitalisasi industri pertanian.
Lebih lanjut kata dia rangkaian acara pemasangan Sensor Tanah dan Cuaca serta Sosialiasi Aplikasi RiTx Bertani tersebut dilakukan dengan mengedepankan protokol kesehatan, antara lain dengan penggunaan masker dan "hand sanitizer" serta dengan penerapan jaga jarak guna mencegah penularan COVID-19.
Baca juga: NTT siapkan Rp100 miliar dari pinjaman daerah untuk kembangkan pertanian
Baca juga: Insentif bagi petani dan nelayan sudah patut diberikan
Antusiasme para anggota kelompok tani dalam mengikuti kegiatan dimaksud menjadi bukti keseriusan mereka dalam implementasi digital farming yang baru pertama kali dilaksanakan di Provinsi NTT.
" Ke depannya melalui sinergi dengan dinas dan otoritas terkait serta penguatan kapabilitas dari kelompok tani, diharapkan dapat mengoptimalkan peran sektor pertanian sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT," tambah dia.***1***.