Kupang (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 2 km dari kawah puncak Gunung Ili Lewotolok.
"Dampak untuk kawasan permukiman sejauh ini belum ada, tetapi PVMBG terus memantau aktivitas Gunung Ili Lewotolok untuk mengestimasi potensi ancaman bahayanya antar waktu," kata Kasubbid Mitigasi Gunung api Wilayah Timur ESDM, Devy Kamil Syahbana, Jumat (27/11).
Ia dihubungi ANTARA dari Kupang, terkait laporan adanya erupsi di Gunung Ili Lewotolok dan dampaknya terhadap pemukiman penduduk di sekitar kawasan gunung tersebut.
Menurut dia, hingga saat ini, status gunung masih di Level II (waspada) dan masyarakat dihimbau untuk tidak beraktivitas di dalam radius 2 km dari kawah puncak.
Baca juga: Gunung Lewotolok alami erupsi
Baca juga: Gas dan asap yang muncul tidak berasal dari aktivitas gunung api
Mengenai penyebab dia menjelaskan, erupsi terjadi karena adanya tekanan berlebih di dalam sistem magmatik-hidrothermal gunung api ini.
Gunung Ili Lewotolok (tengah) dari udara (ANTARA/Bernadus Tokan)
Tekanan ini sebetulnya sudah terakumulasi lama. Sejak 7 Oktober 2017 lalu kita naikkan statusnya menjadi waspada karena ada peningkatan kegempaan yang berasosiasi dengan pergerakan magma, yaitu gempa Tektonik Lokal (TL), Vulkanik Dalam (VA) dan Vulkanik Dangkal (VB).
Namun, setelah meningkat signifikan, erupsi tidak terjadi karena tekanannya belum cukup.
"Nah seiring waktu tekanannya terus terakumulasi dan sekarang sudah cukup untuk erupsi," katanya menjelaskan.
"Dampak untuk kawasan permukiman sejauh ini belum ada, tetapi PVMBG terus memantau aktivitas Gunung Ili Lewotolok untuk mengestimasi potensi ancaman bahayanya antar waktu," kata Kasubbid Mitigasi Gunung api Wilayah Timur ESDM, Devy Kamil Syahbana, Jumat (27/11).
Ia dihubungi ANTARA dari Kupang, terkait laporan adanya erupsi di Gunung Ili Lewotolok dan dampaknya terhadap pemukiman penduduk di sekitar kawasan gunung tersebut.
Menurut dia, hingga saat ini, status gunung masih di Level II (waspada) dan masyarakat dihimbau untuk tidak beraktivitas di dalam radius 2 km dari kawah puncak.
Baca juga: Gunung Lewotolok alami erupsi
Baca juga: Gas dan asap yang muncul tidak berasal dari aktivitas gunung api
Mengenai penyebab dia menjelaskan, erupsi terjadi karena adanya tekanan berlebih di dalam sistem magmatik-hidrothermal gunung api ini.
Tekanan ini sebetulnya sudah terakumulasi lama. Sejak 7 Oktober 2017 lalu kita naikkan statusnya menjadi waspada karena ada peningkatan kegempaan yang berasosiasi dengan pergerakan magma, yaitu gempa Tektonik Lokal (TL), Vulkanik Dalam (VA) dan Vulkanik Dangkal (VB).
Namun, setelah meningkat signifikan, erupsi tidak terjadi karena tekanannya belum cukup.
"Nah seiring waktu tekanannya terus terakumulasi dan sekarang sudah cukup untuk erupsi," katanya menjelaskan.