Kupang (Antara NTT) - Masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berada di Papua merasa sangat terbantu dengan dibukanya kembali rute pelayaran KM Sirimau yang menghubungkan Kupang-Maluku-Papua, pp dengan harga yang relatif murah.
"Kami masyarakat NTT yang ada di Papua merasa terbantu sekali dengan dibukanya kembali rute pelayaran tersebut," kata Ricard Piran, warga NTT yang merantau ke Papua dan telah bekerja lama di daerah itu, saat dihubungi dari Kupang, Selasa.
Ia mengaku para perantau dari NTT yang berada di Papua merasa sangat sulit untuk kembali ke kampung halamannya, karena membawa barang yang sangat banyak, sehingga sulit menggunakan pesawat terbang dengan biaya yang sangat mahal.
"Jika kami mau kembali ke kampung halaman di NTT, harus terlebih dahulu nginap beberapa malam di Makassar sambil menunggu pelayaran berikutnya ke Kupang," ujarnya.
Kepala Cabang PT Pelni (Persero) Kupang Adrian mengaku dikirimi surat ucapan terima kasih dari Komunitas Ikatan Keluarga Flobamora NTT yang berada di Papua Barat.
"Ketua Ikatan Keluarga Flobamora NTT di Papua Clinton C Tallo atas nama masyarakat NTT yang ada di Papua Barat menyampaikan rasa terima kasih kepada PT Pelni yang sudah mengabulkan permintaan mereka," ujarnya.
Adrian pun berharap agar keberadaan KM Sirimau bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga ke depannya tidak ada lagi penutupan jalur pelayaran tersebut, seperti terjadi pada 10 tahun lalu.
Rute selanjutnya, kembali lagi ke Agats-Timika-Dobo-Tual-Saumlaki-Kalabahi-Kupang-Lewoleba-Maumere-Bau Bau-Wanci-Ambon-Sorong-Monokowari, serta Nabire
Politikus Partai Gerindra itu, menilai pembukaan kembali rute Kupang-Papua merupakan bagian dari peremajaan konektivitas yang dahulu pernah dibuka.
"Ini bisa dikatakan sebagai salah satu peremajaan konektivitas. Sebab dari dulu kita tahu bahwa, baik Kupang, Maluku, serta Papua mempunyai konektivitas yang baik secara ekonomi," tuturnya.
Ia mengatakan pembukaan kembali rute tersebut akan membantu mengangkat konektivitas ekonomi yang sempat terhenti.
Ia juga meengatakan KM Sirimau tidak hanya mengangkut penumpang. Kapal berkapasitas 1.000 penumpang itu juga dapat mengakut komoditas unggulan di masing-masing provinsi untuk dijual di tiga daerah tersebut.
Oleh karena itu, ia menyampaikan terima kasihnya kepada Komisi V DPR RI yang bergerak di bidang infrastruktur dan perhubungan, serta Kementerian Perhubungan yang telah menyetujui pembukaan rute tersebut.
Ia berharap masyarakat Kupang, Maluku dan Papua dapat memanfaatkan konektivitas tersebut seoptimal mungkin agar jalur itu tidak kembali ditutup, karena alasan merugi seperti 10 tahun lalu.
"Kami masyarakat NTT yang ada di Papua merasa terbantu sekali dengan dibukanya kembali rute pelayaran tersebut," kata Ricard Piran, warga NTT yang merantau ke Papua dan telah bekerja lama di daerah itu, saat dihubungi dari Kupang, Selasa.
Ia mengaku para perantau dari NTT yang berada di Papua merasa sangat sulit untuk kembali ke kampung halamannya, karena membawa barang yang sangat banyak, sehingga sulit menggunakan pesawat terbang dengan biaya yang sangat mahal.
"Jika kami mau kembali ke kampung halaman di NTT, harus terlebih dahulu nginap beberapa malam di Makassar sambil menunggu pelayaran berikutnya ke Kupang," ujarnya.
"Namun, sekarang dengan dibukanya kembali jalur pelayaran Kupang-Maluku-Papua, pp, kami masyarakat kelas menengah ke bawah merasa sangat terbantu sekali," kata Richard yang merantau ke Papua sekitar tahun 2000 itu.
Kepala Cabang PT Pelni (Persero) Kupang Adrian mengaku dikirimi surat ucapan terima kasih dari Komunitas Ikatan Keluarga Flobamora NTT yang berada di Papua Barat.
"Ketua Ikatan Keluarga Flobamora NTT di Papua Clinton C Tallo atas nama masyarakat NTT yang ada di Papua Barat menyampaikan rasa terima kasih kepada PT Pelni yang sudah mengabulkan permintaan mereka," ujarnya.
Adrian pun berharap agar keberadaan KM Sirimau bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga ke depannya tidak ada lagi penutupan jalur pelayaran tersebut, seperti terjadi pada 10 tahun lalu.
Pembukaan kembali rute pelayaran tersebut untuk memenuhi permintaan masyarakat NTT yang ada di Papua dan Papua Barat yang merasa kesulitan kembali ke kampung halaman, karena tidak ada sarana angkutan laut yang membantu mereka bepergian.
Pelayaran perdana KM Sirimau sejak Senin (21/8) dimulai dari Kupang, dan seterusnya ke Maluku serta beberapa kota di Papua.
Dewan apresiasi
Sementara itu, DPRD Nusa Tenggara Timur memberi khusus terhadap pembukaan kembali rute pelayaran Kupang-Papua oleh Kementerian Perhubungan setelah ditutup selama 10 tahun terakhir.
"DPRD NTT dan masyarakat menyampaikan rasa terima kasih kepada pemerintah yang telah menyetujui kembali dibukanya rute pelayaran tersebut yang mana sudah mulai berjalan sejak Senin pekan lalu," kata Wakil Ketua DPRD NTT Gabriel Beribina.
"DPRD NTT dan masyarakat menyampaikan rasa terima kasih kepada pemerintah yang telah menyetujui kembali dibukanya rute pelayaran tersebut yang mana sudah mulai berjalan sejak Senin pekan lalu," kata Wakil Ketua DPRD NTT Gabriel Beribina.
Rute selanjutnya, kembali lagi ke Agats-Timika-Dobo-Tual-Saumlaki-Kalabahi-Kupang-Lewoleba-Maumere-Bau Bau-Wanci-Ambon-Sorong-Monokowari, serta Nabire
Politikus Partai Gerindra itu, menilai pembukaan kembali rute Kupang-Papua merupakan bagian dari peremajaan konektivitas yang dahulu pernah dibuka.
"Ini bisa dikatakan sebagai salah satu peremajaan konektivitas. Sebab dari dulu kita tahu bahwa, baik Kupang, Maluku, serta Papua mempunyai konektivitas yang baik secara ekonomi," tuturnya.
Ia mengatakan pembukaan kembali rute tersebut akan membantu mengangkat konektivitas ekonomi yang sempat terhenti.
Ia juga meengatakan KM Sirimau tidak hanya mengangkut penumpang. Kapal berkapasitas 1.000 penumpang itu juga dapat mengakut komoditas unggulan di masing-masing provinsi untuk dijual di tiga daerah tersebut.
Oleh karena itu, ia menyampaikan terima kasihnya kepada Komisi V DPR RI yang bergerak di bidang infrastruktur dan perhubungan, serta Kementerian Perhubungan yang telah menyetujui pembukaan rute tersebut.
Ia berharap masyarakat Kupang, Maluku dan Papua dapat memanfaatkan konektivitas tersebut seoptimal mungkin agar jalur itu tidak kembali ditutup, karena alasan merugi seperti 10 tahun lalu.