Kupang (ANTARA) - Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) menilai Desa Kempo yang terletak di Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat potensial untuk dikembangkan menjadi desa wisata.
Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina saat dihubungi ANTARA dari Kupang, Jumat, (5/3), terkait hasil kunjungan kerja ke desa itu dalam rangka melihat potensi desa wisata mengatakan Desa Kempo memiliki atraksi wisata alam, budaya, hingga atraksi wisata riligi.
“Potensi untuk menjadi desa wisata itu ada, sinyal yang menjadi kebutuhan dasar wisatawan sudah terpenuhi, akses mudah, dan sekarang tinggal kita berpikir tentang ketika wisatawan datang dia mau aktivitasnya apa. Harus diberikan narasi yang menarik,” katanya..
Shana menyebutkan Desa Kempo punya wisata alam Golo Cucu yang sangat menarik, serta Gereja Paroki Rekas yang memiliki desain arsitektur yang indah dan syarat nilai sejarah.
Selain itu juga didukung dengan aksesibilitas yang baik, Desa Kempo sangat berpotensi menjadi desa wisata dan dinilai sebagai desa alternatif bagi wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo nantinya, mengingat jarak desa tersebut yang tidak terlalu jauh Labuan Bajo hanya sekitar satu jam perjalanan.
“Jarak yang tidak terlalu jauh dari Kota Labuan Bajo, membuat Desa Kempo ini dapat menjadi alternatif destinasi desa wisata, tinggal bagaimana nanti mengemas dan mempublikasikan seluruh produk-produk yang ada disini beserta atraksi di Desa Kempo sendiri," tambah Shana.
BOPLBF sendiri, ujar dia, akan membantu warga di desa tersebut untuk memberikan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.
Terkait pengembangan desa wisata di NTT, Shana juga dalam beberapa kali kesempatan sudah meminta pemerintah desa untuk memperkuat destinasi wisata, khususnya desa wisata digital.
"Sudah saatnya desa-desa wisata kita di NTT go digital, dengan begitu informasi terkait potensi wisata desa makin mudah diakses oleh wisatawan. Masyarakat desa wisata juga secara mandiri dapat melakukan pemberdayaan ekonomi desanya dan sudah pasti desanya menjadi berkembang," ujar dia.
Menurut Shana, visi menjadikan NTT sebagai gerbang ekowisata dunia meniscayakan peran serta desa wisata untuk turut berpartisipasi mewujudkan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
“Desa-desa wisata yang sudah siap kita digitalisasi dan kita pastikan aktivitas digitalnya dikelola dengan baik dan berkelanjutan, sambil tetap kita dampingi sampai mereka benar-benar mandiri dalam pengelolaan digitalnya," ujar dia.
Baca juga: BOPLBF rancang program pendampingan desa wisata di Pulau Flores
Baca juga: Kemenparekraf lanjutkan program aksilarasi untuk Labuan Bajo, Flores
Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina saat dihubungi ANTARA dari Kupang, Jumat, (5/3), terkait hasil kunjungan kerja ke desa itu dalam rangka melihat potensi desa wisata mengatakan Desa Kempo memiliki atraksi wisata alam, budaya, hingga atraksi wisata riligi.
“Potensi untuk menjadi desa wisata itu ada, sinyal yang menjadi kebutuhan dasar wisatawan sudah terpenuhi, akses mudah, dan sekarang tinggal kita berpikir tentang ketika wisatawan datang dia mau aktivitasnya apa. Harus diberikan narasi yang menarik,” katanya..
Shana menyebutkan Desa Kempo punya wisata alam Golo Cucu yang sangat menarik, serta Gereja Paroki Rekas yang memiliki desain arsitektur yang indah dan syarat nilai sejarah.
Selain itu juga didukung dengan aksesibilitas yang baik, Desa Kempo sangat berpotensi menjadi desa wisata dan dinilai sebagai desa alternatif bagi wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo nantinya, mengingat jarak desa tersebut yang tidak terlalu jauh Labuan Bajo hanya sekitar satu jam perjalanan.
“Jarak yang tidak terlalu jauh dari Kota Labuan Bajo, membuat Desa Kempo ini dapat menjadi alternatif destinasi desa wisata, tinggal bagaimana nanti mengemas dan mempublikasikan seluruh produk-produk yang ada disini beserta atraksi di Desa Kempo sendiri," tambah Shana.
BOPLBF sendiri, ujar dia, akan membantu warga di desa tersebut untuk memberikan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.
Terkait pengembangan desa wisata di NTT, Shana juga dalam beberapa kali kesempatan sudah meminta pemerintah desa untuk memperkuat destinasi wisata, khususnya desa wisata digital.
"Sudah saatnya desa-desa wisata kita di NTT go digital, dengan begitu informasi terkait potensi wisata desa makin mudah diakses oleh wisatawan. Masyarakat desa wisata juga secara mandiri dapat melakukan pemberdayaan ekonomi desanya dan sudah pasti desanya menjadi berkembang," ujar dia.
Menurut Shana, visi menjadikan NTT sebagai gerbang ekowisata dunia meniscayakan peran serta desa wisata untuk turut berpartisipasi mewujudkan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
“Desa-desa wisata yang sudah siap kita digitalisasi dan kita pastikan aktivitas digitalnya dikelola dengan baik dan berkelanjutan, sambil tetap kita dampingi sampai mereka benar-benar mandiri dalam pengelolaan digitalnya," ujar dia.
Baca juga: BOPLBF rancang program pendampingan desa wisata di Pulau Flores
Baca juga: Kemenparekraf lanjutkan program aksilarasi untuk Labuan Bajo, Flores