Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kota Kupang mempersiapkan penerapan protokol kesehatan ketat saat pelaksanaan sekolah tatap muka yang direncanakan dilakukan mulai Juli 2021.
"Untuk persiapannya saat ini kebetulan ada bantuan alat cuci tangan untuk sekolah-sekolah di Kota Kupang, kita mulai bagikan sebagai persiapan menuju sekolah tatap muka nanti," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Dumul Djami kepada wartawan di Kupang, Selasa, (23/3).
Ia memastikan bahwa pemantauan untuk sekolah-sekolah di Kota Kupang akan dilakukan secara ketat, agar pihak sekolah mematuhi penerapan protokol kesehatan yang sudah diterapkan oleh pemerintah.
Dumul menjelaskan bahwa untuk teknis mencegah banyaknya pelajar menumpuk di sekolah, maka jumlah siswa yang masuk sekolah setiap harinya hanya dibatasi 50 persen saja dari jumlah pelajar.
"Jadi ya hanya perlu 50 persen saja pelajar di sekolah, dan duduknya juga tentu saja berjarak serta menghindari kerumunan," tambah dia.
Ia juga mengatakan bahwa dengan adanya aturan hanya boleh 50 persen siswa ke sekolah, maka ada kemungkinan seorang siswa atau pelajar hanya bisa ke sekolah tiga kali dalam sepekan.
Aturan ini masih dalam pembahasan yang dilakukan di tingkat pemerintahan Kota Kupang yang melibatkan juga gugus tugas COVID-19 provinsi Nusa Tenggara Timur.
Lebih lanjut kata dia, untuk keputusan pastinya kapan mulai penerapan sekolah tatap muka, Dumul menjelaskan bahwa pihaknya hanya menunggu perintah dari Kementerian Pendidikan.
"Ya kita taat pada imbauan dari Kementerian Pendidikan saja. Jadi kalau kementerian bilang Juli ya, kita juga akan terapkan pada Juli mendatang," tambah dia.
Baca juga: UNICEF bantu perangkat cuci tangan untuk Kota Kupang
Pihaknya juga hingga saat ini masi menunggu surat keputusan dari Kementerian Pendidikan untuk bagaimana penerapan sekolah tatap muka tersebut sebagai acuan bahwa sistem pendidikan di Indonesia sudah kembali berjalan normal.
Iapun berharap sekolah-sekolah juga harus mulai mempersiapkan diri menyambut sekolah tatap muka tersebut dengan mempersiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan protokol kesehatan.
"Jangan sampai nanti muncul anak-anak di sekolah ada yang positif COVID-19. Inikan bahaya lagi," ujar dia.
"Untuk persiapannya saat ini kebetulan ada bantuan alat cuci tangan untuk sekolah-sekolah di Kota Kupang, kita mulai bagikan sebagai persiapan menuju sekolah tatap muka nanti," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Dumul Djami kepada wartawan di Kupang, Selasa, (23/3).
Ia memastikan bahwa pemantauan untuk sekolah-sekolah di Kota Kupang akan dilakukan secara ketat, agar pihak sekolah mematuhi penerapan protokol kesehatan yang sudah diterapkan oleh pemerintah.
Dumul menjelaskan bahwa untuk teknis mencegah banyaknya pelajar menumpuk di sekolah, maka jumlah siswa yang masuk sekolah setiap harinya hanya dibatasi 50 persen saja dari jumlah pelajar.
"Jadi ya hanya perlu 50 persen saja pelajar di sekolah, dan duduknya juga tentu saja berjarak serta menghindari kerumunan," tambah dia.
Ia juga mengatakan bahwa dengan adanya aturan hanya boleh 50 persen siswa ke sekolah, maka ada kemungkinan seorang siswa atau pelajar hanya bisa ke sekolah tiga kali dalam sepekan.
Aturan ini masih dalam pembahasan yang dilakukan di tingkat pemerintahan Kota Kupang yang melibatkan juga gugus tugas COVID-19 provinsi Nusa Tenggara Timur.
Lebih lanjut kata dia, untuk keputusan pastinya kapan mulai penerapan sekolah tatap muka, Dumul menjelaskan bahwa pihaknya hanya menunggu perintah dari Kementerian Pendidikan.
"Ya kita taat pada imbauan dari Kementerian Pendidikan saja. Jadi kalau kementerian bilang Juli ya, kita juga akan terapkan pada Juli mendatang," tambah dia.
Baca juga: UNICEF bantu perangkat cuci tangan untuk Kota Kupang
Pihaknya juga hingga saat ini masi menunggu surat keputusan dari Kementerian Pendidikan untuk bagaimana penerapan sekolah tatap muka tersebut sebagai acuan bahwa sistem pendidikan di Indonesia sudah kembali berjalan normal.
Iapun berharap sekolah-sekolah juga harus mulai mempersiapkan diri menyambut sekolah tatap muka tersebut dengan mempersiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan protokol kesehatan.
"Jangan sampai nanti muncul anak-anak di sekolah ada yang positif COVID-19. Inikan bahaya lagi," ujar dia.