New York (ANTARA) - Dolar melemah mendekati posisi terendah 2,5 bulan pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), saat para investor bertaruh bahwa kenaikan inflasi akan mengikis nilai mata uang karena Federal Reserve (Fed) AS mempertahankan kebijakan moneternya yang longgar.

Titik impas lima tahun tingkat inflasi - yang mengukur ekspektasi inflasi lima tahun - mencapai tertinggi sejak April 2011 pada Senin (10/5/2021). Tingkat impas inflasi 10 tahun - ukuran ekspektasi inflasi dalam waktu 10 tahun - naik ke level tertinggi sejak Maret 2013.

Laporan pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan pada Jumat (7/5/2021) membantu meyakinkan pelaku pasar bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga rendah dan terus membeli aset, sekalipun inflasi naik.

Amerika Serikat menciptakan sedikit lebih dari seperempat pekerjaan yang telah diramalkan ekonom bulan lalu dan tingkat pengangguran secara tak terduga bergerak lebih tinggi.

“Saya pikir masalah terbesar dolar saat ini adalah apa yang terjadi dengan imbal hasil riil, yang terus jatuh. Kami melihat titik impas inflasi terus terdorong lebih tinggi," kata Kepala Strategi Valuta Asing Amerika Utara BNP Paribas, Daniel Katzive. "Ini menciptakan banyak kerentanan untuk dolar."

Dalam beberapa tahun terakhir, ekspektasi inflasi yang meningkat telah membantu dolar karena investor telah mengasumsikan suku bunga akan dinaikkan sebagai respons terhadap harga yang lebih tinggi.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam rivalnya, terakhir di 90,205, naik 0,06 persen pada hari itu, setelah sebelumnya mencapai level terendah sejak 25 Februari.

Pasar pekan ini akan difokuskan pada data harga konsumen AS yang dilaporkan Rabu (12/5/2021) serta penjualan ritel pada Jumat (14/5/2021). Data IHK pada Rabu akan menunjukkan keadaan inflasi hari ini, dan sementara itu mungkin memiliki beberapa efek pada pasar, tingkat impas yang lebih tinggi yang terlihat pada Senin (10/5/2021) mencerminkan taruhan yang lebih luas bahwa inflasi akan naik dalam beberapa tahun mendatang.

“The Fed akan membiarkan inflasi menjadi panas hingga 2023. Saya akan sangat terkejut jika Fed menaikkan suku bunga pada 2022,” kata Kepala Global Strategi Valuta Asing BMO Capital Markets, Greg Anderson.

Pound Inggris adalah pemenang terbesar di antara mata uang G10, naik setinggi 1,416 dolar AS, tertinggi sejak 25 Februari. Terakhir naik 1,02 persen pada 1,413 dolar. Hal ini terjadi meskipun pemimpin Skotlandia mengatakan bahwa referendum kemerdekaan tidak bisa dihindari setelah partainya menang dalam pemilihan umum.

Yang juga diuntungkan adalah dolar Kanada, yang menguat 0,36 persen pada hari itu menjadi 1,209 dolar AS, tertinggi sejak September 2017.

Di pasar mata uang kripto, Ether memperpanjang rekor bulan ini, melonjak ke 4.148,88 dolar AS yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mata uang digital terbesar kedua itu telah menguat 41 persen sejauh bulan Mei dan naik 4,52 persen pada Senin (10/5/2021).
 

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024