Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat, Senin, (24/5) meresmikan Kampus Desa Bambu Agroforestri di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Pulau Flores yang dibangun oleh Yayasan Bambu Lestari (YBL).
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti yang disaksikan Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan, Kementerian, Bupati Ngada AKBP Paru Andreas, sejumlah pejabat di darah serta masyarakat setempat.
"NTT boleh berbangga hati sebagai provinsi pertama di Indonesia yang memiliki Kampus Desa Bambu Agroforestri," katanya.
Dalam kesempatan itu Gubernur Viktor juga menyampaikan terima kasih kepada warga ibu-ibu di Desa Ratogesa yang telah merawat tanaman bambu.
"Bambu adalah kehidupan, bambu adalah masa depan. Saya berterimakasih kepada mama-mama yang telah merawat bambu," katanya.
Sementara itu Presiden Direktur YBL Arief Rabik menjelaskan Kampus Desa Bambu Agroforestri akan difungsikan sebagai lokasi Sekolah Lapang Bambu (SLB) yang merupakan sebuah inisiatif edukasi YBL bagi individu, masyarakat desa, komunitas adat, maupun organisasi perempuan dan pemuda.
Kurikulum SLB mencakup berbagai aspek pengembangan bambu agroforestri (wanatani), dari hulu, tengah hingga hilir.
Baca juga: Ngada jadi pusat unggulan program 1000 desa bambu
Di hulu, kata dia bambu agroforestri mencakup pembibitan, perawatan serta pemanenan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Hutan Bambu Lestari.
Sementara di tengah, bambu agroforestri mendorong lahirnya pabrik pengolahan bambu di tingkat desa yang dikelola oleh koperasi petani maupun Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Sedangkan di hilir, bambu agroforetri membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk melahirkan produk-produk bambu yang inovatif dan memiliki nilai tambah tinggi.
Baca juga: Pelestarian bambu di Flores libatkan 196 perempuan
Arief menambahkan hadirnya kampus ini adalah perwujudan mimpi almarhumah ibu dari Linda Garland, interior desainer yang mendirikan YBL dan merintis pengembangan bambu di NTT.
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti yang disaksikan Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan, Kementerian, Bupati Ngada AKBP Paru Andreas, sejumlah pejabat di darah serta masyarakat setempat.
"NTT boleh berbangga hati sebagai provinsi pertama di Indonesia yang memiliki Kampus Desa Bambu Agroforestri," katanya.
Dalam kesempatan itu Gubernur Viktor juga menyampaikan terima kasih kepada warga ibu-ibu di Desa Ratogesa yang telah merawat tanaman bambu.
"Bambu adalah kehidupan, bambu adalah masa depan. Saya berterimakasih kepada mama-mama yang telah merawat bambu," katanya.
Sementara itu Presiden Direktur YBL Arief Rabik menjelaskan Kampus Desa Bambu Agroforestri akan difungsikan sebagai lokasi Sekolah Lapang Bambu (SLB) yang merupakan sebuah inisiatif edukasi YBL bagi individu, masyarakat desa, komunitas adat, maupun organisasi perempuan dan pemuda.
Kurikulum SLB mencakup berbagai aspek pengembangan bambu agroforestri (wanatani), dari hulu, tengah hingga hilir.
Baca juga: Ngada jadi pusat unggulan program 1000 desa bambu
Di hulu, kata dia bambu agroforestri mencakup pembibitan, perawatan serta pemanenan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Hutan Bambu Lestari.
Sementara di tengah, bambu agroforestri mendorong lahirnya pabrik pengolahan bambu di tingkat desa yang dikelola oleh koperasi petani maupun Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Sedangkan di hilir, bambu agroforetri membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk melahirkan produk-produk bambu yang inovatif dan memiliki nilai tambah tinggi.
Baca juga: Pelestarian bambu di Flores libatkan 196 perempuan
Arief menambahkan hadirnya kampus ini adalah perwujudan mimpi almarhumah ibu dari Linda Garland, interior desainer yang mendirikan YBL dan merintis pengembangan bambu di NTT.