Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Pertanian Nusa Tenggara Timur Yohanis Tay Ruba mengatakan stok pupuk bersubsidi untuk kebutuhan para petani di daerah ini masih aman hingga menghadapi musim tanam 2017.

"Stok pupuk bersubsidi kita masih aman untuk kebutuhan satu atau dua bulan ke depan, karena saat ini belum terjual sekitar 20 persen dari jumlah alokasi tahun 2017 sebanyak 48.000 ton," kata Yohanis Tay Ruba saat dihubungi Antara di Kupang, Jumat.

Ia menjelaskan, jumlah pupuk bersubsidi yang telah dijual ke para petani sesuai laporan yang diterima dari dinas terkair di daerah hingga November 2017 telah mencapai 80 persen atau 36.000 ton lebih dari total alokasi.

Jenis-jenis pupuk bersubsidi yang dijual tersebut yakni pupuk Urea, NPK, ZA, SP36, dan Petroganik dengan jumlah yang bervariasi untuk masing-masing gudang yang disalurkan melalui dua produsen yakni Pupuk Kaltim dan Pupuk Petrokimia.

"Biasanya produsen memasok untuk stok di setiap gudang dengan kisaran 600 sampai 1.000 ton, dan kalau habis akan disalurkan lagi sesuai perhitungan sesuai kuota yang ada," katanya.

Menurutnya, stok pupuk yang tersedia sekitar 20 persen itu dapat dimanfaatkan para petani memasuki musim tanam 2017, dan memasuki Februari 2018 nantinya akan ada alokasi bersubsidi lagi untuk tahun berikutnya.

Ia menjelaskan, stok pupuk yang ada siap disalurkan ke kelompok-kelompok petani sesuai dengan permintaan dengan membuat rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).

Untuk itu, Yohanis mendorong agar koordinasi yang baik antara kios atau penyalur pupuk yang dipercayakan produsen dengan para kelompok petani sehingga pemesanan dilakukan lebih awal sebelum melakukan penanaman.

Ia mengatakan kelompok tani bisa mengajukan order pupuk bersubsidi sekitar dua minggu sebelum menggunakannya sehingga penyalur bisa mencatat dan melakukan pemesanan untuk melayani sesuai daftar urutan yang ada.

"Sehingga tidak ada keluhan kelangkaan pupuk dari petani kita, karena penjualanannya tidak seperti barang kebutuhan lainnya yang datang membeli terus barang langsung tersedia, namun harusnya lewat pemesanan," katanya.

Selain penggunaan pupuk bersubsidi, ia juga mendorong para petani di provinsi itu untuk pemanfaatan secara seimbang antara pupuk organik untuk perbaikan sturktur tanah dan pupuk bersubsidi untuk perbaikan unsur hara.

"Memang tidak secara frontal semua petani menggunakan pupuk organik, tetapi harus seimbang dengan penggunaan pupuk non organik. Misalnya, satu hektar lahan butuh 200 kilogram pupuk, maka dalam satu areal itu bisa menggunakan 100 ton pupuk organik dan sisanya pupuk non organik," katanya menjelaskan.

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024