Singapura (ANTARA) - Dolar AS memulai pekan ini di perdagangan Asia pada Senin pagi di bawah tekanan ringan, setelah dua bulan berturut-turut data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan membalikkan upaya reli baru-baru ini, saat fokus bergeser ke angka inflasi dan pertemuan Bank Sentral Eropa.
Data pekerjaan Jumat (4/6/2021), yang menunjukkan angka penggajian (payrolls) nonpertanian AS meningkat 559.000 pada Mei, meleset dari ekspektasi pasar hampir 90.000 dan tampaknya meredakan kekhawatiran bahwa pemulihan berjalan cukup panas sehingga memerlukan pengurangan dukungan kebijakan lebih awal.
Setelah data tersebut, dolar gagal melambung secara luas, dan pada Senin pagi dibuka di Asia dekat posisi berakhirnya minggu ini. Euro dibeli 1,2165 dolar AS, sekitar 0,5 persen di bawah level tertinggi tiga minggu di 1,2104 dolar AS yang dicapai pada Jumat (4/6/2021).
Dolar Australia dan Selandia Baru masing-masing kembali di atas 77 sen dan 72 sen, dan dolar AS kembali di bawah 110 yen Jepang, terakhir diperdagangkan pada 109,61 yen.
Yuan China bangkit kembali menjadi diperdagangkan lebih kuat dari 6,4 per dolar dan terakhir dibeli 6,3880 di luar negeri.
"Angka tenaga kerja AS Mei yang sedikit lebih lemah dari perkiraan pada Jumat (4/6/2021) akan menentukan nada untuk minggu-minggu mendatang," kata analis ING Bank dalam sebuah catatan kepada kliennya.
“Ini memberikan alasan bagi (Federal Reserve AS) untuk mengatakan bahwa kemajuan substansial menuju tujuannya belum tercapai dan dapat menunda perdebatan tapering (pengurangan pembelian obigasi) sedikit lebih lama.”
Penjualan terhadap dolar meningkat sedikit minggu lalu karena pejabat Fed bersikeras pemulihan memiliki jalan panjang dan mereka tidak akan terburu-buru bereaksi terhadap poin data jangka pendek.
Namun angka inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis (10/6/2021) akan menjadi fokus utama bagi para pedagang yang ingin mendapatkan wawasan tentang bagaimana tekanan harga yang meningkat dalam jangka pendek. Kegagalan memenuhi perkiraan tinggi lainnya mungkin membuka jalan bagi penurunan dolar lebih lanjut.
"Dengan asumsi penurunan dolar dapat melewati Super Thursday dari IHK AS dan keputusan kebijakan ECB tanpa cedera, dolar dapat tetap ditawarkan dengan hati-hati ke dalam risiko peristiwa besar bulan ini yang merupakan keputusan FOMC," analis ING menambahkan dalam catatan mereka.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, stabil di 90,107 di Asia, di paruh atas kisaran sempit yang dipertahankan selama beberapa minggu.
Juga minggu ini adalah data neraca perdagangan China, yang dapat memberikan gambaran tentang kekuatan fundamental di balik kenaikan cepat yuan, sementara fokus pasar untuk ECB adalah apakah bank menyesuaikan laju program pembelian obligasinya.
Baca juga: Rupiah menguat jelang rilis data cadangan devisa
“ECB berada dalam sedikit Catch-22 (situasi problematik di mana satu-satunya solusi ditolak oleh aturan),” kata ahli strategi makro Rabobank dalam catatan klien. “Prospek secara bertahap membaik dan kondisi keuangan juga secara luas masih kondusif untuk pemulihan,” kata mereka.
Baca juga: Penurunan dolar AS berlanjut
Namun, ini sebagian disebabkan oleh sikap dovish yang tegas dari beberapa anggota, yang memicu perdebatan di dalam pertemuan minggu ini yang dapat memberikan sedikit perlambatan dalam laju pembelian obligasi, Rabobank menambahkan.
Data pekerjaan Jumat (4/6/2021), yang menunjukkan angka penggajian (payrolls) nonpertanian AS meningkat 559.000 pada Mei, meleset dari ekspektasi pasar hampir 90.000 dan tampaknya meredakan kekhawatiran bahwa pemulihan berjalan cukup panas sehingga memerlukan pengurangan dukungan kebijakan lebih awal.
Setelah data tersebut, dolar gagal melambung secara luas, dan pada Senin pagi dibuka di Asia dekat posisi berakhirnya minggu ini. Euro dibeli 1,2165 dolar AS, sekitar 0,5 persen di bawah level tertinggi tiga minggu di 1,2104 dolar AS yang dicapai pada Jumat (4/6/2021).
Dolar Australia dan Selandia Baru masing-masing kembali di atas 77 sen dan 72 sen, dan dolar AS kembali di bawah 110 yen Jepang, terakhir diperdagangkan pada 109,61 yen.
Yuan China bangkit kembali menjadi diperdagangkan lebih kuat dari 6,4 per dolar dan terakhir dibeli 6,3880 di luar negeri.
"Angka tenaga kerja AS Mei yang sedikit lebih lemah dari perkiraan pada Jumat (4/6/2021) akan menentukan nada untuk minggu-minggu mendatang," kata analis ING Bank dalam sebuah catatan kepada kliennya.
“Ini memberikan alasan bagi (Federal Reserve AS) untuk mengatakan bahwa kemajuan substansial menuju tujuannya belum tercapai dan dapat menunda perdebatan tapering (pengurangan pembelian obigasi) sedikit lebih lama.”
Penjualan terhadap dolar meningkat sedikit minggu lalu karena pejabat Fed bersikeras pemulihan memiliki jalan panjang dan mereka tidak akan terburu-buru bereaksi terhadap poin data jangka pendek.
Namun angka inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis (10/6/2021) akan menjadi fokus utama bagi para pedagang yang ingin mendapatkan wawasan tentang bagaimana tekanan harga yang meningkat dalam jangka pendek. Kegagalan memenuhi perkiraan tinggi lainnya mungkin membuka jalan bagi penurunan dolar lebih lanjut.
"Dengan asumsi penurunan dolar dapat melewati Super Thursday dari IHK AS dan keputusan kebijakan ECB tanpa cedera, dolar dapat tetap ditawarkan dengan hati-hati ke dalam risiko peristiwa besar bulan ini yang merupakan keputusan FOMC," analis ING menambahkan dalam catatan mereka.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, stabil di 90,107 di Asia, di paruh atas kisaran sempit yang dipertahankan selama beberapa minggu.
Juga minggu ini adalah data neraca perdagangan China, yang dapat memberikan gambaran tentang kekuatan fundamental di balik kenaikan cepat yuan, sementara fokus pasar untuk ECB adalah apakah bank menyesuaikan laju program pembelian obligasinya.
Baca juga: Rupiah menguat jelang rilis data cadangan devisa
“ECB berada dalam sedikit Catch-22 (situasi problematik di mana satu-satunya solusi ditolak oleh aturan),” kata ahli strategi makro Rabobank dalam catatan klien. “Prospek secara bertahap membaik dan kondisi keuangan juga secara luas masih kondusif untuk pemulihan,” kata mereka.
Baca juga: Penurunan dolar AS berlanjut
Namun, ini sebagian disebabkan oleh sikap dovish yang tegas dari beberapa anggota, yang memicu perdebatan di dalam pertemuan minggu ini yang dapat memberikan sedikit perlambatan dalam laju pembelian obligasi, Rabobank menambahkan.