Kupang (ANTARA) - Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi sebanyak dua titik panas (hot spot) muncul di wilayah Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
"Titik panas ini terdeteksi muncul pada 1-2 Agustus 2021 dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen," kata Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang BMKG Agung Sudiono Abadi di Kupang, Senin, (2/8).
Sebaran titik panas ini diketahui berdasarkan analisis peta sebaran titik panas dengan pantauan Satelit Terra, Aqua, Suomi NPP dan NOAA20 oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dalam luasan 1 kilo meter persegi. Pada suatu lokasi di permukaan bumi akan diobservasi 2-4 kali per hari.
Namun pada wilayah yang tertutup awan, maka titik panas tidak dapat terdeteksi.
Citra satelit tersebut hanya menilai anomali reflekstivitas dan suhu sekitar yang diinterpretasikan sebagai titik panas.
"Penyebab adanya anomali tersebut tidak dapat kami pastikan," kata Agung Sudiono.
Kemunculan titik panas di Kabupaten Kupang ini merupakan yang kedua dari sebelumnya terdeteksi satu titik panas yang muncul di Kecamatan Amabi Oefeto pada 18-19 Juli 2021.
Baca juga: Dewa meraih Anugerah BMKG karena selamatkan jiwa warga satu desa di NTT
Baca juga: Presiden Jokowi minta BMKG agar peringatan dini lebih cepat dan akurat
Agung Sudiono menambahkan kondisi kekeringan dan embusan angin yang kencang juga menjadi penyebab tidak langsung dalam sebaran suatu titik panas tersebut.
"Titik panas ini terdeteksi muncul pada 1-2 Agustus 2021 dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen," kata Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang BMKG Agung Sudiono Abadi di Kupang, Senin, (2/8).
Sebaran titik panas ini diketahui berdasarkan analisis peta sebaran titik panas dengan pantauan Satelit Terra, Aqua, Suomi NPP dan NOAA20 oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dalam luasan 1 kilo meter persegi. Pada suatu lokasi di permukaan bumi akan diobservasi 2-4 kali per hari.
Namun pada wilayah yang tertutup awan, maka titik panas tidak dapat terdeteksi.
Citra satelit tersebut hanya menilai anomali reflekstivitas dan suhu sekitar yang diinterpretasikan sebagai titik panas.
"Penyebab adanya anomali tersebut tidak dapat kami pastikan," kata Agung Sudiono.
Kemunculan titik panas di Kabupaten Kupang ini merupakan yang kedua dari sebelumnya terdeteksi satu titik panas yang muncul di Kecamatan Amabi Oefeto pada 18-19 Juli 2021.
Baca juga: Dewa meraih Anugerah BMKG karena selamatkan jiwa warga satu desa di NTT
Baca juga: Presiden Jokowi minta BMKG agar peringatan dini lebih cepat dan akurat
Agung Sudiono menambahkan kondisi kekeringan dan embusan angin yang kencang juga menjadi penyebab tidak langsung dalam sebaran suatu titik panas tersebut.