Kupang (AntaraNews NTT) - Sejak Kementerian Pariwisata menetapkan Labuan Bajo sebagai salah satu dari 10 destinasi unggulan pariwisata nasional pada Juni 2017, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur itu seakan terus bersolek.
Ibarat seorang gadis yang sedang tumbuh dan berkembang menuju dewasa, kota kecil di ujung barat Pulau Flores berpenduduk sekitar 220.430 jiwa (SP-2010) itu, terus dipoles dan didandani untuk menarik minat wisatawan mancanegara dan domestik.
Manggarai Barat merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai berdasarkan UU No.8 Tahun 2003 itu, awalnya hanyalah sebuah perkampungan nelayan yang dihuni sebagian besar masyarakat dari Bajo, Sulawesi Tenggara serta para nelayan dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
Mereka menempati Labuan Bajo sebagai basis perkampungan nelayan tradisional dengan menguasai wilayah perairan di antara pulau-pulau kecil sekitarnya sampai ke Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai ladang perburuan ikan dan biola laut lainnya.
Baca juga: Labuan-Komodo terus berbenah sambut tamu IMF-WB
Setelah Taman Nasional Komodo (TNK) resmi ditetapkan menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia (New7 Wonders of Nature) oleh Yayasan New7 Wonders pada 16 Mei 2012, cara pandang pemerintah terhadap sosok Labuan Bajo menjadi berubah total.
Sebagai gerbang utama menuju TNK, Labuan Bajo tampaknya pantas dijadikan sebagai salah satu dari 10 destinasi unggulan pariwisata nasional, bersama Danau Toba di Sumatera Utara, Pantai Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, Pantai Tanjung Lesung di Banten, serta Kepulauan Seribu di DKI Jakarta.
Selain itu, Candi Borobudur di DI Yogyakarta, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Pulau Morotai di Maluku Utara, serta Taman Nasional Wakatobi di Sulawesi Tenggara.
Panorama alam di sekitar Labuan Bajo yang berhiaskan tatanan keindahan gugusan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, tampaknya menjadi salah satu faktor penggoda terpilihnya kota kecil itu menjadi salah satu dari 10 destinasi unggulan pariwisata nasional di Tanah Air.
Arus kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo, menurut Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu, cukup signifikan, yakni dari 82.000 pada 2016, naik menjadi 122.000 wisatawan pada 2017. Artinya, pemolesan Labuan Bajo menjadi bidadari pariwisata itu tidaklah sia-sia.
Pemerintah menyadari bahwa upaya untuk menjaring 20 juta wisatawan pada 2019, bukanlah sebuah pekerjaan yang ringan, sehingga dibentuklah destinasi baru pariwisata nasional untuk menjaring wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia melalui 10 pintu destinasi unggulan pariwisata nasional itu.
Baca juga: NTT persiapkan Labuan Bajo sambut Annual Meeting
Pantai Pink di Labuan Bajo, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu idola bagi para wisatawan yang hendak melancong ke ujung barat nusa bunga itu. (ANTARA Foto/dok)
Kota romantis
Bagi sebagian besar turis mancanegara, Labuan Bajo sering dilukiskan sebagai kota kecil yang sangat romantis dikala senja menggapai malam saat mereka sedang menikmati petualangan di kafe atau restoran di kaki bukti atau tebing yang menghadap ke arah barat laut sambil menikmati keindahan alam pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Labuan Bajo bisa menjadi liburan yang ideal bagi wisatawan asing. Selain karena panorama alamanya yang indah dan eksostik, juga menjadi titik peluncuran ke Pulau Komodo dan Rinca, tempat berkembangbiaknya satwa purba Komodo (Varanus Komodoensis), serta kehidupan bawah laut yang memesona mata.
Jika hendak bepergian ke Pulau Rinca atau Komodo, setiap wisatawan diwajibkan untuk mengikuti tur dengan membayar Rp225.000 plus pajak Rp50.000/orang. Setiap kelompok tour juga harus membayar pemandu sebesar Rp80.000.
Labuan Bajo adalah titik yang paling tepat untuk melakukan snorkeling di Taman Nasional Komodo. Snorkeling di dalam taman ini menawarkan banyak kesempatan untuk melihat terumbu karang murni dengan beberapa keragaman ikan dan terumbu karang terbesar di dunia.
Taman Nasional Komodo menawarkan lusinan tempat menyelam yang sangat murni, dengan banyak pelagis yang bermigrasi dan terumbu yang masih terjaga membuatnya menjadi salah satu habitat laut terkaya di dunia.
Baca juga: Arus kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo meroket
Pulau Padar di Labuan Bajo
Memenuhi Unsur 3A
Melihat berbagai potensi wisata yang dimikiliki Labuan Bajo serta sembilan destinasi unggulan lainnya, Marius Ardu Jelamu menyatakan optimistis bahwa target kunjungan wisatawan sebanyak 17 juta ke Indonesia dalam tahun 2018 bisa tercapai.
Sebab, akses menuju Labuan Bajo kini bertambah mudah dan lancar setelah Presiden Joko Widodo meresmikan Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo beberapa waktu lalu, agar bisa melayani penerbangan internasional serta penebangan di dalam negeri dengan pesawat berbadan lebar.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik peluncuran The 10 Destination Brandings tersebut dan melukiskan telah memenuhi unsur atraksi, aksesibilitas dan amenitas (3A) dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang ditargetkan mencapai 20 juta pada 2019.
Menteri asal Banyuwangi, Jawa Timur itu berharap agar upaya yang telah dilakukan oleh kementeriannya itu dapat meningkatkan pemahaman branding kepada seluruh pemangku kepentingan agar tercipta sinergi antara pusat dan daerah dalam memajukan pariwisata di Indonesia.
Baca juga: Upaya membersihkan Labuan Bajo dari noda sampah
I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata mengatakan ke-10 destinasi tersebut dinilainya paling siap di-branding untuk mendukung brand Wonderful Indonesia di kancah internasional.
"Kami yakin gencarnya promosi yang dilakukan kementerian dan juga pemda serta pembukaan beberapa penerbangan internasional dari Tiongkok belum lama ini membuat target kunjungan wisman hingga 17 juta orang pada 2018 sangat realistis dan bisa tercapai," kata Marius Jelamu.
Para wisatawan akan banyak masuk ke Indonesia melalui Bali menyusul dibukanya penerbangan internasional Denpasar-Zhengzhou dan Denpasar-Xi`an, PP yang dilayani oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways (GIA) tiga kali dalam sepekan.
Wisatawan Tiongkok yang masuk ke Indonesia melalui Ngurah Ray Denpasar, Bali diyakini akan menyebar ke berbagai daerah lain di Indonesia termasuk ke Labuan Bajo.
"Kami berharap wisatawan mancanegara yang sangat pesat masuk melalui Bali bisa ditarik ke NTT," kata Yudi M Fulkan, GM PT (Persero) Garuda Indonesia Cabang Kupang.
Pertumbuhan wisman ke Pulau Dewata sangat pesat jumlahnya dari waktu ke waktu karena didukung layanan penerbangan langsung dari berbagai negara."Wisman yang berkunjung ke Bali selama Januari-Februari 2018 mencapai 789.338 orang," katanya.
Untuk menggaet wisman asal Negeri Tirai Bambu itu, pemerintah Nusa Tenggara Timur harus melakukan promosi langsung ke Bali, seperti yang dilakukan oleh pemda Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Selatan. "NTT harus bisa menirunya agar bisa menarik sebanyak mungkin turis asing ke Labuan Bajo," ujarnya.
Optimisme Marius Jelamu terhadap arus kunjungan wisman itu bukan tanpa dasar, karena pada Oktober 2018, belasan ribu tamu dari berbagai negara yang akan melaksanakan pertemuan tahunan (annual meeting) IMF-Bank Dunia di Bali, akan berkunjung ke Labuan Bajo dan Komodo sebagai salah satu destinasi unggulan nasional.
Baca juga: KLHK-Pupuk Indonesia tangani sampah di Labuan Bajo
Pemerintahan Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula juga terus menata dan merias "gadis cantik" Labuan Bajo agar tetap memikat minat wisatawan, seperti perbaikan infrastruktur jalan, air bersih, perhotelan serta sampah yang terus menjadi sorotan wisatawan asing.
Sebelum Oktober 2018, Bupati Agustinus Dula optimistis bahwa sampah yang berkeliaran di Labuan Bajo, baik di darat maupun laut sudah dibersihkan semuanya setelah pemerintahannya mendapat alokasi dana bantuan sebesar Rp15 miliar dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Kini, Labuan Bajo telah bangkit dari keterpurukannya pada masa lalu, dan perlahan bergerak menjadi kota wisata yang sangat sibuk dengan hiruk-pikuknya para wisatawan setelah ditetapkan pemerintah menjadi salah satu dari 10 destinasi unggulan wisata di Tanah Air.
Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo, Flores Barat, NTT
Baca juga: Belanda Survei Arus Laut Labuan Bajo
Ibarat seorang gadis yang sedang tumbuh dan berkembang menuju dewasa, kota kecil di ujung barat Pulau Flores berpenduduk sekitar 220.430 jiwa (SP-2010) itu, terus dipoles dan didandani untuk menarik minat wisatawan mancanegara dan domestik.
Manggarai Barat merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai berdasarkan UU No.8 Tahun 2003 itu, awalnya hanyalah sebuah perkampungan nelayan yang dihuni sebagian besar masyarakat dari Bajo, Sulawesi Tenggara serta para nelayan dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
Mereka menempati Labuan Bajo sebagai basis perkampungan nelayan tradisional dengan menguasai wilayah perairan di antara pulau-pulau kecil sekitarnya sampai ke Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai ladang perburuan ikan dan biola laut lainnya.
Baca juga: Labuan-Komodo terus berbenah sambut tamu IMF-WB
Setelah Taman Nasional Komodo (TNK) resmi ditetapkan menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia (New7 Wonders of Nature) oleh Yayasan New7 Wonders pada 16 Mei 2012, cara pandang pemerintah terhadap sosok Labuan Bajo menjadi berubah total.
Sebagai gerbang utama menuju TNK, Labuan Bajo tampaknya pantas dijadikan sebagai salah satu dari 10 destinasi unggulan pariwisata nasional, bersama Danau Toba di Sumatera Utara, Pantai Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, Pantai Tanjung Lesung di Banten, serta Kepulauan Seribu di DKI Jakarta.
Selain itu, Candi Borobudur di DI Yogyakarta, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Pulau Morotai di Maluku Utara, serta Taman Nasional Wakatobi di Sulawesi Tenggara.
Panorama alam di sekitar Labuan Bajo yang berhiaskan tatanan keindahan gugusan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, tampaknya menjadi salah satu faktor penggoda terpilihnya kota kecil itu menjadi salah satu dari 10 destinasi unggulan pariwisata nasional di Tanah Air.
Arus kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo, menurut Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu, cukup signifikan, yakni dari 82.000 pada 2016, naik menjadi 122.000 wisatawan pada 2017. Artinya, pemolesan Labuan Bajo menjadi bidadari pariwisata itu tidaklah sia-sia.
Pemerintah menyadari bahwa upaya untuk menjaring 20 juta wisatawan pada 2019, bukanlah sebuah pekerjaan yang ringan, sehingga dibentuklah destinasi baru pariwisata nasional untuk menjaring wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia melalui 10 pintu destinasi unggulan pariwisata nasional itu.
Baca juga: NTT persiapkan Labuan Bajo sambut Annual Meeting
Bagi sebagian besar turis mancanegara, Labuan Bajo sering dilukiskan sebagai kota kecil yang sangat romantis dikala senja menggapai malam saat mereka sedang menikmati petualangan di kafe atau restoran di kaki bukti atau tebing yang menghadap ke arah barat laut sambil menikmati keindahan alam pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Labuan Bajo bisa menjadi liburan yang ideal bagi wisatawan asing. Selain karena panorama alamanya yang indah dan eksostik, juga menjadi titik peluncuran ke Pulau Komodo dan Rinca, tempat berkembangbiaknya satwa purba Komodo (Varanus Komodoensis), serta kehidupan bawah laut yang memesona mata.
Jika hendak bepergian ke Pulau Rinca atau Komodo, setiap wisatawan diwajibkan untuk mengikuti tur dengan membayar Rp225.000 plus pajak Rp50.000/orang. Setiap kelompok tour juga harus membayar pemandu sebesar Rp80.000.
Labuan Bajo adalah titik yang paling tepat untuk melakukan snorkeling di Taman Nasional Komodo. Snorkeling di dalam taman ini menawarkan banyak kesempatan untuk melihat terumbu karang murni dengan beberapa keragaman ikan dan terumbu karang terbesar di dunia.
Taman Nasional Komodo menawarkan lusinan tempat menyelam yang sangat murni, dengan banyak pelagis yang bermigrasi dan terumbu yang masih terjaga membuatnya menjadi salah satu habitat laut terkaya di dunia.
Baca juga: Arus kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo meroket
Memenuhi Unsur 3A
Melihat berbagai potensi wisata yang dimikiliki Labuan Bajo serta sembilan destinasi unggulan lainnya, Marius Ardu Jelamu menyatakan optimistis bahwa target kunjungan wisatawan sebanyak 17 juta ke Indonesia dalam tahun 2018 bisa tercapai.
Sebab, akses menuju Labuan Bajo kini bertambah mudah dan lancar setelah Presiden Joko Widodo meresmikan Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo beberapa waktu lalu, agar bisa melayani penerbangan internasional serta penebangan di dalam negeri dengan pesawat berbadan lebar.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik peluncuran The 10 Destination Brandings tersebut dan melukiskan telah memenuhi unsur atraksi, aksesibilitas dan amenitas (3A) dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang ditargetkan mencapai 20 juta pada 2019.
Menteri asal Banyuwangi, Jawa Timur itu berharap agar upaya yang telah dilakukan oleh kementeriannya itu dapat meningkatkan pemahaman branding kepada seluruh pemangku kepentingan agar tercipta sinergi antara pusat dan daerah dalam memajukan pariwisata di Indonesia.
Baca juga: Upaya membersihkan Labuan Bajo dari noda sampah
I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata mengatakan ke-10 destinasi tersebut dinilainya paling siap di-branding untuk mendukung brand Wonderful Indonesia di kancah internasional.
"Kami yakin gencarnya promosi yang dilakukan kementerian dan juga pemda serta pembukaan beberapa penerbangan internasional dari Tiongkok belum lama ini membuat target kunjungan wisman hingga 17 juta orang pada 2018 sangat realistis dan bisa tercapai," kata Marius Jelamu.
Para wisatawan akan banyak masuk ke Indonesia melalui Bali menyusul dibukanya penerbangan internasional Denpasar-Zhengzhou dan Denpasar-Xi`an, PP yang dilayani oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways (GIA) tiga kali dalam sepekan.
Wisatawan Tiongkok yang masuk ke Indonesia melalui Ngurah Ray Denpasar, Bali diyakini akan menyebar ke berbagai daerah lain di Indonesia termasuk ke Labuan Bajo.
"Kami berharap wisatawan mancanegara yang sangat pesat masuk melalui Bali bisa ditarik ke NTT," kata Yudi M Fulkan, GM PT (Persero) Garuda Indonesia Cabang Kupang.
Pertumbuhan wisman ke Pulau Dewata sangat pesat jumlahnya dari waktu ke waktu karena didukung layanan penerbangan langsung dari berbagai negara."Wisman yang berkunjung ke Bali selama Januari-Februari 2018 mencapai 789.338 orang," katanya.
Untuk menggaet wisman asal Negeri Tirai Bambu itu, pemerintah Nusa Tenggara Timur harus melakukan promosi langsung ke Bali, seperti yang dilakukan oleh pemda Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Selatan. "NTT harus bisa menirunya agar bisa menarik sebanyak mungkin turis asing ke Labuan Bajo," ujarnya.
Optimisme Marius Jelamu terhadap arus kunjungan wisman itu bukan tanpa dasar, karena pada Oktober 2018, belasan ribu tamu dari berbagai negara yang akan melaksanakan pertemuan tahunan (annual meeting) IMF-Bank Dunia di Bali, akan berkunjung ke Labuan Bajo dan Komodo sebagai salah satu destinasi unggulan nasional.
Baca juga: KLHK-Pupuk Indonesia tangani sampah di Labuan Bajo
Pemerintahan Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula juga terus menata dan merias "gadis cantik" Labuan Bajo agar tetap memikat minat wisatawan, seperti perbaikan infrastruktur jalan, air bersih, perhotelan serta sampah yang terus menjadi sorotan wisatawan asing.
Sebelum Oktober 2018, Bupati Agustinus Dula optimistis bahwa sampah yang berkeliaran di Labuan Bajo, baik di darat maupun laut sudah dibersihkan semuanya setelah pemerintahannya mendapat alokasi dana bantuan sebesar Rp15 miliar dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Kini, Labuan Bajo telah bangkit dari keterpurukannya pada masa lalu, dan perlahan bergerak menjadi kota wisata yang sangat sibuk dengan hiruk-pikuknya para wisatawan setelah ditetapkan pemerintah menjadi salah satu dari 10 destinasi unggulan wisata di Tanah Air.
Baca juga: Belanda Survei Arus Laut Labuan Bajo