Kupang (ANTARA) - Para pelaku para wisata di Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur (NTT) menginginkan lokasi wisata baru Kampung Kawa tidak dikembangkan dengan memasukkan unsur-unsur modernisasi yang dapat menghilangkan keaslian dari kampung itu.
Edelberto Eman Tanga seorang pelaku wisata dari Nagekeo yang dihubungi ANTARA dari Kupang, Sabtu, (2/10) mengatakan ingin agar keaslian dari kampung itu tetap terjaga, jika ada pengembangan lagi ke depannya.
"Misalnya jalan raya, menurut saya tidak perlu dibangun menuju ke lokasi itu, karena nantinya tidak ada kesan yang didapat jika sudah sampai di kampung itu," katanya.
Pria yang disapa Edel ini mengatakan hal ini berkaitan dengan rencana pengembangan kampung adat itu yang bertujuan untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Edel menyebutkan banyak kampung adat di NTT yang sudah dicemari modernisasi, sehingga kampung adat tersebut jadi tak asli lagi.
"Kemudian juga ada bangunan-bangunan lain yang dibangun di lokasi kampung adat itu, sehingga keasliannya jadi hilang. Karena itu ini menurut saya menjadi catatan yang harus diperhatikan oleh pemda dan kita semua," ujar Edel yang merupakan seorang pemandu wisata di daerah itu.
Kampung Kawa sendiri ujar dia masih sangat tradisional dengan warga yang menjunjung tinggi adat istiadat setempat. Secara geografis, Kampung Kawa terletak di bagian barat Desa Labolewa dengan jarak tempuh kurang lebih 10 kilometer dari Desa Labolewa dan 15 km dari Kota Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo, NTT.
Menurut dia, jika ingin ke kampung tersebut sangat dianjurkan berjalan kaki, karena akan disuguhkan pemandangan alam yang sangat menyejukkan mata.
Kampung ini berada persis di punggung Gunung Amagelu dengan landskap berlatar belakang Gunung Ebulobo.
Sementara itu Robert Waka seorang pelaku wisata di daerah itu menilai Kampung Adat Kawa punya keunikan sendiri dibanding kampung adat lain di Flores dan masih terbilang minim karena ada jalur tracking yang juga cukup menantang dan eksotik dengan suguhan pemandangan menarik selama perjalanan ke Kampung Adat Kawa seperti sabana, bukit, burung-burung, serta batu gong.
"Karena itu ingin mengangkat branding dari Kampung Kawa itu dengan sebutan Kampung Adat yang penuh misteri," kata dia.
Menurut dia, kampung tersebut merupakan kampung sakral bernuansa misteri dengan warga yang menjunjung tinggi ritual dan adat istiadat. Memegang teguh filosofi hidup menyatu dengan alam (semesta) dalam setiap aktivitas kehidupan.
Ada narasi budaya dari tokoh adat, kata dia, berdasarkan petunjuk leluhur yang susah diterjemahkan dengan logika. Selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang menyimpan misteri yang sulit untuk diselami.
Baca juga: Gubernur janji benahi infrastruktur kampung adat Wae Rebo
Baca juga: Artikel - Mengenal Kampung Takpala warisan budaya leluhur masyarakat Alor
Edelberto Eman Tanga seorang pelaku wisata dari Nagekeo yang dihubungi ANTARA dari Kupang, Sabtu, (2/10) mengatakan ingin agar keaslian dari kampung itu tetap terjaga, jika ada pengembangan lagi ke depannya.
"Misalnya jalan raya, menurut saya tidak perlu dibangun menuju ke lokasi itu, karena nantinya tidak ada kesan yang didapat jika sudah sampai di kampung itu," katanya.
Pria yang disapa Edel ini mengatakan hal ini berkaitan dengan rencana pengembangan kampung adat itu yang bertujuan untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Edel menyebutkan banyak kampung adat di NTT yang sudah dicemari modernisasi, sehingga kampung adat tersebut jadi tak asli lagi.
"Kemudian juga ada bangunan-bangunan lain yang dibangun di lokasi kampung adat itu, sehingga keasliannya jadi hilang. Karena itu ini menurut saya menjadi catatan yang harus diperhatikan oleh pemda dan kita semua," ujar Edel yang merupakan seorang pemandu wisata di daerah itu.
Kampung Kawa sendiri ujar dia masih sangat tradisional dengan warga yang menjunjung tinggi adat istiadat setempat. Secara geografis, Kampung Kawa terletak di bagian barat Desa Labolewa dengan jarak tempuh kurang lebih 10 kilometer dari Desa Labolewa dan 15 km dari Kota Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo, NTT.
Menurut dia, jika ingin ke kampung tersebut sangat dianjurkan berjalan kaki, karena akan disuguhkan pemandangan alam yang sangat menyejukkan mata.
Kampung ini berada persis di punggung Gunung Amagelu dengan landskap berlatar belakang Gunung Ebulobo.
Sementara itu Robert Waka seorang pelaku wisata di daerah itu menilai Kampung Adat Kawa punya keunikan sendiri dibanding kampung adat lain di Flores dan masih terbilang minim karena ada jalur tracking yang juga cukup menantang dan eksotik dengan suguhan pemandangan menarik selama perjalanan ke Kampung Adat Kawa seperti sabana, bukit, burung-burung, serta batu gong.
"Karena itu ingin mengangkat branding dari Kampung Kawa itu dengan sebutan Kampung Adat yang penuh misteri," kata dia.
Menurut dia, kampung tersebut merupakan kampung sakral bernuansa misteri dengan warga yang menjunjung tinggi ritual dan adat istiadat. Memegang teguh filosofi hidup menyatu dengan alam (semesta) dalam setiap aktivitas kehidupan.
Ada narasi budaya dari tokoh adat, kata dia, berdasarkan petunjuk leluhur yang susah diterjemahkan dengan logika. Selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang menyimpan misteri yang sulit untuk diselami.
Baca juga: Gubernur janji benahi infrastruktur kampung adat Wae Rebo
Baca juga: Artikel - Mengenal Kampung Takpala warisan budaya leluhur masyarakat Alor