Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Flores Timur mengimbau masyarakat di pulau Adonara yang masih tinggal di dekat daerah aliran sungai lokasi bencana Seroja agar segera meninggalkan daerah itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Ya kita imbau mereka untuk segera meninggalkan atau menjauh dari daerah zona merah bekas bencana Seroja kemarin, agar tidak ada korban jiwa lagi kalau ada bencana
susulan," kata Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli kepada ANTARA saat dihubungi dari Kupang, Jumat, (29/10).
Hal ini disampaikan berkaitan dengan strategi dari pemda Flotim dalam mencegah terjadi bencana alam hidrometeorologi di wilayah tersebut yang sempat menjadi perhatian Presiden Joko Widodo pada April 2021 lalu.
Ia mengatakan bahwa banjir yang terjadi di Adonara pada (27/10) lalu tidak ada korban jiwa karena memang aliran banjirnya masih melewati jalurnya.
Banjir yang terjadi itu juga terjadi di dua desa yakni desa Wiburak dan desa Watanpao, yang diakibatkan oleh hujan dengan intensitas tinggi di area pegunungan.
"Inikan sudah mulai memasuki musim hujan nah, masyarakat juga harus mulai waspada akan bencana-bencana yang bisa saja terjadi kapan saja," ujar dia.
Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Flores Timur Alfonsus Betan mengatakan bahwa banjir yang terjadi di pulau Adonara itu tidak memakan korban jiwa, namun masyarakat juga perlu hati-hati.
"Kita minta masyarakat untuk hati-hati dengan banjir karena pengalaman beberapa waktu lalu banyak korban jiwa," tambah dia.
Lebih lanjut Dodi seorang warga di Waiburak ketika dimintai keterangan dari Kupang mengakui bahwa hujan di puncak gunung mengakibatkan banjir itu terjadi.
"Di Waiburak tidak ada hujan saat banjir itu. Tetapi karena cukup tinggi curah hujannya di puncak gunung sehingga air pun meluap hingga ke jalanan," tambah dia.
Baca juga: Pemkab Flotim mediasi perdamaian bentrok antarwarga di Pulau Adonara
Baca juga: Puluhan hektare lahan sawah di Beloto, Flores Timur terancam gagal tanam
"Ya kita imbau mereka untuk segera meninggalkan atau menjauh dari daerah zona merah bekas bencana Seroja kemarin, agar tidak ada korban jiwa lagi kalau ada bencana
susulan," kata Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli kepada ANTARA saat dihubungi dari Kupang, Jumat, (29/10).
Hal ini disampaikan berkaitan dengan strategi dari pemda Flotim dalam mencegah terjadi bencana alam hidrometeorologi di wilayah tersebut yang sempat menjadi perhatian Presiden Joko Widodo pada April 2021 lalu.
Ia mengatakan bahwa banjir yang terjadi di Adonara pada (27/10) lalu tidak ada korban jiwa karena memang aliran banjirnya masih melewati jalurnya.
Banjir yang terjadi itu juga terjadi di dua desa yakni desa Wiburak dan desa Watanpao, yang diakibatkan oleh hujan dengan intensitas tinggi di area pegunungan.
"Inikan sudah mulai memasuki musim hujan nah, masyarakat juga harus mulai waspada akan bencana-bencana yang bisa saja terjadi kapan saja," ujar dia.
Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Flores Timur Alfonsus Betan mengatakan bahwa banjir yang terjadi di pulau Adonara itu tidak memakan korban jiwa, namun masyarakat juga perlu hati-hati.
"Kita minta masyarakat untuk hati-hati dengan banjir karena pengalaman beberapa waktu lalu banyak korban jiwa," tambah dia.
Lebih lanjut Dodi seorang warga di Waiburak ketika dimintai keterangan dari Kupang mengakui bahwa hujan di puncak gunung mengakibatkan banjir itu terjadi.
"Di Waiburak tidak ada hujan saat banjir itu. Tetapi karena cukup tinggi curah hujannya di puncak gunung sehingga air pun meluap hingga ke jalanan," tambah dia.
Baca juga: Pemkab Flotim mediasi perdamaian bentrok antarwarga di Pulau Adonara
Baca juga: Puluhan hektare lahan sawah di Beloto, Flores Timur terancam gagal tanam