Labuan Bajo, NTT (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sikka, Provinsi NTT membangun posko siaga bencana untuk mengantisipasi ancaman La Nina seperti angin kencang, hujan deras, dan banjir.
"Sekarang posko yang dibangun yakni Posko Siaga Bencana. Jika kejadian bencana itu masif, kita akan naikkan status dari siaga ke tanggap darurat bencana," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sikka Muhamad Daeng Bakir ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Jumat, (19/11).
Posko yang telah dibangun akan bekerja selama 24 jam dengan melibatkan tim dari semua satuan tugas yang ada di pemerintahan daerah. Tim terbagi dalam Tim Reaksi Cepat dan Tim Siaga Bencana.
Selain pendirian posko siaga bencana, pemerintah daerah telah menyurati semua camat untuk memantau wilayah masing-masing.
Jika terjadi bencana di wilayah mereka, baik camat, lurah, dan kepala desa wajib melaporkan kejadian tersebut ke posko dan mengambil langkah penanganan darurat.
Dia juga berharap masyarakat siaga menghadapi bencana dengan menghindari kebiasaan yang memicu kejadian tidak diinginkan, seperti berada di bawah pohon dan keluar rumah saat angin kencang dan hujan lebat.
Bakir pun menegaskan bahwa pemerintah daerah terus melakukan sosialisasi dan pemantauan dari kabupaten, kecamatan, hingga desa.
Ia menyebut ada 66 desa di wilayah pesisir yang memiliki indeks risiko bencana tinggi.
Pada daerah tersebut, pemetaan dan kajian telah dilakukan, sehingga bisa dilakukan sosialiasi, advokasi, dan pengaktifan relawan tangguh bencana di desa/kelurahan.
Adapun Kabupaten Sikka berada pada urutan ke 59 secara nasional sebagai daerah dengan tingkat risiko bencana tinggi.
Sedangkan dalam lingkup Provinsi NTT, Kabupaten Sikka berada pada posisi pertama sebagai daerah risiko tinggi bencana.
Kondisi tersebut dikarenakan Sikka diapit dua gunung yakni Gunung Rokatenda di Kecamatan Palu'e dan Gunung Egon di Kecamatan Waigete yang berpotensi membawa aliran air berupa banjir, demikian Muhamad Daeng Bakir.
Baca juga: BPBD Sikka ajak warga lakukan mitigasi bencana alam
Baca juga: BPBD NTT bantu 21,3 ton beras untuk korban Seroja di Sikka
"Sekarang posko yang dibangun yakni Posko Siaga Bencana. Jika kejadian bencana itu masif, kita akan naikkan status dari siaga ke tanggap darurat bencana," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sikka Muhamad Daeng Bakir ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Jumat, (19/11).
Posko yang telah dibangun akan bekerja selama 24 jam dengan melibatkan tim dari semua satuan tugas yang ada di pemerintahan daerah. Tim terbagi dalam Tim Reaksi Cepat dan Tim Siaga Bencana.
Selain pendirian posko siaga bencana, pemerintah daerah telah menyurati semua camat untuk memantau wilayah masing-masing.
Jika terjadi bencana di wilayah mereka, baik camat, lurah, dan kepala desa wajib melaporkan kejadian tersebut ke posko dan mengambil langkah penanganan darurat.
Dia juga berharap masyarakat siaga menghadapi bencana dengan menghindari kebiasaan yang memicu kejadian tidak diinginkan, seperti berada di bawah pohon dan keluar rumah saat angin kencang dan hujan lebat.
Bakir pun menegaskan bahwa pemerintah daerah terus melakukan sosialisasi dan pemantauan dari kabupaten, kecamatan, hingga desa.
Ia menyebut ada 66 desa di wilayah pesisir yang memiliki indeks risiko bencana tinggi.
Pada daerah tersebut, pemetaan dan kajian telah dilakukan, sehingga bisa dilakukan sosialiasi, advokasi, dan pengaktifan relawan tangguh bencana di desa/kelurahan.
Adapun Kabupaten Sikka berada pada urutan ke 59 secara nasional sebagai daerah dengan tingkat risiko bencana tinggi.
Sedangkan dalam lingkup Provinsi NTT, Kabupaten Sikka berada pada posisi pertama sebagai daerah risiko tinggi bencana.
Kondisi tersebut dikarenakan Sikka diapit dua gunung yakni Gunung Rokatenda di Kecamatan Palu'e dan Gunung Egon di Kecamatan Waigete yang berpotensi membawa aliran air berupa banjir, demikian Muhamad Daeng Bakir.
Baca juga: BPBD Sikka ajak warga lakukan mitigasi bencana alam
Baca juga: BPBD NTT bantu 21,3 ton beras untuk korban Seroja di Sikka