Kupang (AntaraNews NTT) - Pada 23 Juni 2018, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar debat terakhir bagi empat pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur NTT periode 2018-2023.

Debat terakhir yang disiarkan secara langsung dari stasiun televisi INews Jakarta itu, merupakan media terakhir bagi empat pasangan calon untuk beraudiensi dengan lebih dari tiga juta masyarakat pemilih yang tersebar di 22 kabupaten/kota di provinsi berbasis kepulauan itu.

Perjalanan panjang yang sangat melelahkan telah dilewati. Kurang lebih empat bulan, para pasangan calon berjibaku dengan waktu, tenaga fisik, pikiran dan finansial untuk meyakinkan masyarakat pemilih agar pada 27 Juni 2018 dapat memberikan suara kepada paslon yang dipercaya.

Sebagai pasangan calon, keempatnya telah berusaha meyakinkan masyarakat dengan berbagai cara dan instrumen, melalui rapat umum, dialog terbatas dan anjangsana. Semua yang dilakukan pasangan calon bersama tim pemenangan itu, sebagai bentuk pendidikan politik kepada masyarakat.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang mengatakan, secara umum tahapan pilkada berjalan sangat dinamis dan sejuk.

Kondisi ini menunjukan pasangan calon, partai pendukung, tim sukses dan masyarakat memiliki kedewasaan yang relatif tinggi sehingga eskalasi lokal tetap terjaga hingga akhir masa kampanye.

Baca juga: Marhaen optimistis keluar sebagai pemenang dalam Pilgub NTT

Sikap kedewasaan yang tinggi selama tahapan pilkada berlangsung, juga dapat dilanjutkan dengan menerima apapun hasil pilihan rakyat pada 27 Juni ini, kata Ahmad Atang.

Dia mengatakan, semua harus secara elegan menerima kekalahan dan menghormati pihak yang menang. "Yang menang tidak merasa takabbur tapi tetap menyikapinya secara arif tanpa euforia yang berlebihan," katanya.

Sementara yang kalah tidak perlu meratap dengan mencari kambing hitam yang menyalahkan pihak lain, karena kekalahan dan kemenangan merupakan rahasia Tuhan sang pencipta. "Tuhan telah menentukan siapa yang diberikan amanah di antara empat pasangan calon yang maju dalam Pilgub NTT," katanya.

Dia menambahkan, 27 Juni 2018, merupakan momentum seleksi alam terhadap proses politik yang dijalankan oleh paslon dan rakyat yang akan menentukan siapa yang dipercaya. "Melihat dinamika publik menuju 27 Juni nanti, rasa-rasanya kalah adalah sebuah kepastian tapi menang memang belum tentu," kata Ahmad Atang.

Karena itu, empat pasangan calon yakni Esthon L Foenay Christian Rotok (Esthon-Chris), Marianus Sae Emilia Nomleni (Marhaen), Benny K Harman-Benny A Litelnoni (Harmoni) dan Viktor Bungtilu Laiskodat-Joseph Nae Soi (Victory-Joss) diharapkan dapat menerima apapun pilihan rakyat.

Sekretaris Tim Pemenangan pasangan Victory-Joss, Honing Sani mengatakan, dengan hasil kerja yang dilakukan selama ini maka pasangan ini optimis akan memenangkan pilkada pada 27 Juni mendatang.

Baca juga: Esthon Ajak Masyarakat Jaga Keamanan Pilgub NTT

Pasagan Victory-Joss juga akan membangun komunikasi dengan semua pasangan, setelah mendapatkan hasil "real count" dari semua saksi di lapangan yang memberikan laporan ke tim IT pusat yang ada di Kupang. "Rencananya paling lama pukul 18.00 WITA, pasangan Victory-Joss sudah bisa mengumumkan hasil pemungutan suara Pilgub NTT ke publik," katanya.

"Kami juga akan melakukan `quick count` sehingga satu jam setelah perhitungan kami sudah bisa mengetahui hasil pemungutan suara dari seluruh NTT," kata Honing Saning menambahkan.

Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD PDI Perjuangan NTT, Yunus Takandewa mengatakan, PDIP telah menjalankan strategi khusus untuk memenangkan pasangan Marianus Sae-Emilia Nomleni (Marhaen).

"Sebagai partai pendukung utama pasangan "Marhaen", kami punya strategi khusus, selain menyiapkan saksi yang menjadi ujung tombak pemenangan di TPS," katanya.

Menurut dia, situasi nasional yang telah menempatkan PDI Perjuangan sebagai partai yang bisa dipercaya dengan beragam alasan terutama dalam merawat eksistensi kebangsaan, turut membawa dampak signifikan.

Dengan indikator berkualitas dan persepsi publik yang positif tersebut menjadikan tim optimis "Marhaen" menang mutlak dalam kontestasi ini, kata anggota Komisi V DPRD NTT ini.

Baca juga: Pilkada 2018 - Flores jadi penentu kemenangan Pilgub NTT

Optimisme yang sama disampaikan oleh Ferdinand Leu, selaku Sekretaris Tim Pemenangan Pasangan Benny K.Harman dan Beny Litelnoni.

Menurut dia, dengan pola kampanye tatap muka langsung dengan rakyat di desa-desa yang dilakukan pasangan yang diusung Partai Demokrat dan PKS ini, pihaknya yakin akan memenankan pertarungan.

"Sejak peluit kampanye dibunyikan, kami lebih memilih tatap muka terbatas dari kampung ke kampung walaupun paslon dan tim sudah pasti letih lesu, kami tetap bersemangat karena saat tatap muka terbatas itu kami bukan saja bertemu dengan warga secara langsung, tetapi juga ikut merasakan suasana kehidupan warga sehari-hari," katanya.

Justru gaya kampanye seperti ini yang oleh masyarakat dinilai paling berkesan. "Dalam suasana seperti ini sudah tentu kami tidak banyak berargumentasi. Cukup dengan saling bertatapan, hati kami sudah terpaut Luar biasa pengalaman kami pada masa kampanye pilgub dan itulah yang memberi kami keyakinan bahwa kami pasti menang," kata Ferdinand Leu.

Pandangan yang sedikit berbeda disampaikan oleh ketua Tim Pemenangan Esthon-Christ, Jonathan Nubatonis yang mengatakan bahwa siapa pun yang terpilih pada 27 Juni 2018 untuk memimpin daerah ini pada lima tahun ke depan adalah terjadi atas rencana Tuhan.

Empat pasangan calon bersama tim pemenangan tentu berharap untuk memenangkan pertarungan politik lima tahunan ini, tetapi semuanya akan sangat bergantung pada Tuhan dan kehendak alam.

Baca juga: Pilkada 2018 - DPT Pilgub NTT 3.177.562 pemilih

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024