Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Koperasi dan UKMK Nusa Tenggara Timur Thomas Bangke mengatakan pihaknya segera mendatangkan desainer nasional untuk memberikan pelatihan bagi kelompok UKM tenun setempat untuk mengelola tenun ikat.
"Kita sudah rencanakan tahun depan akan mendatangkan desainer nasional untuk melatih UKM tenun ikat untuk mendesain hasil tenunan agar bisa berdaya saing di pasar nasional," katanya di Kupang, Sabtu.
Menurut dia, upaya itu akan memberikan dampak besar (muliplayer) bagi kemajuan tenun ikat di daerah setempat karena akan mengarah pada UKM naik kelas.
Artinya, lanjut dia, dengan bekal pengetahuan mendesain produk tenun, maka hasil tenun dari kelompok UKM tidak dijual lagi secara utuh namun sudah dikreasikan dalam bentuk pakaian maupun aksesoris.
Thomas mencontohkan, tenun ikat Sumba dengan ukuran 2x1,5 meter yang dijual dengan harga Rp4 juta bisa diubah dengan produk lain seperti kerudung, krak baju, dasi, saku pakaian, dan lainnya.
"Hasil kain tenun akan diolah dengan berbagai produk yang lebih menguntungkan dan cepat laku dipasarkan," katanya.
Menurut dia, saat ini kelompok ekonomi kreatif setempat memiliki potensi produksi yang berkembang baik namun masih sulit memberikan nilai tambah pada produk tersebut.
Untuk itu, lanjut dia, diperlukan kemampuan mendesain dari para pelaku UKM yang perlu dibekali dengan dengan keahlian desainer nasional yang berpengalaman, katanya, namun belum mamastikan siapa dan berapa jumlah desainer yang dimaksud.
Sementara terkait pemasaran, dia mengatakan, pihaknya pada beberapa waktu sebelumnya sudah memulai pelatihan pemasaran secara online untuk kelompok usaha di Oebobo, Kota Kupang.
"UKM mitra kita ada banyak tapi sudah kita berikan pelatihan pemasaran online awalnya untuk 15 sampai 30 orang melibatkan ibu-ibu darma wanita," katanya.
Dia menambahkan, pelatihan tersebut akan dilakukan secara berkelanjutan untuk UKM-UKM mitra yang lainnya di berbagai daerah.
"Kalau sudah menguasai pemasaran online maka tahun depan tinggal kita lengkapi dengan keterampilan mendesain," demikian Thomas Bangke.
"Kita sudah rencanakan tahun depan akan mendatangkan desainer nasional untuk melatih UKM tenun ikat untuk mendesain hasil tenunan agar bisa berdaya saing di pasar nasional," katanya di Kupang, Sabtu.
Menurut dia, upaya itu akan memberikan dampak besar (muliplayer) bagi kemajuan tenun ikat di daerah setempat karena akan mengarah pada UKM naik kelas.
Artinya, lanjut dia, dengan bekal pengetahuan mendesain produk tenun, maka hasil tenun dari kelompok UKM tidak dijual lagi secara utuh namun sudah dikreasikan dalam bentuk pakaian maupun aksesoris.
Thomas mencontohkan, tenun ikat Sumba dengan ukuran 2x1,5 meter yang dijual dengan harga Rp4 juta bisa diubah dengan produk lain seperti kerudung, krak baju, dasi, saku pakaian, dan lainnya.
"Hasil kain tenun akan diolah dengan berbagai produk yang lebih menguntungkan dan cepat laku dipasarkan," katanya.
Menurut dia, saat ini kelompok ekonomi kreatif setempat memiliki potensi produksi yang berkembang baik namun masih sulit memberikan nilai tambah pada produk tersebut.
Untuk itu, lanjut dia, diperlukan kemampuan mendesain dari para pelaku UKM yang perlu dibekali dengan dengan keahlian desainer nasional yang berpengalaman, katanya, namun belum mamastikan siapa dan berapa jumlah desainer yang dimaksud.
Sementara terkait pemasaran, dia mengatakan, pihaknya pada beberapa waktu sebelumnya sudah memulai pelatihan pemasaran secara online untuk kelompok usaha di Oebobo, Kota Kupang.
"UKM mitra kita ada banyak tapi sudah kita berikan pelatihan pemasaran online awalnya untuk 15 sampai 30 orang melibatkan ibu-ibu darma wanita," katanya.
Dia menambahkan, pelatihan tersebut akan dilakukan secara berkelanjutan untuk UKM-UKM mitra yang lainnya di berbagai daerah.
"Kalau sudah menguasai pemasaran online maka tahun depan tinggal kita lengkapi dengan keterampilan mendesain," demikian Thomas Bangke.