Kupang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur menyatakan penyakit demam berdarah dengue (DBD) kembali merenggut nyawa seorang anak berusia sembilan tahun di Kota Maumere.
"Benar ada satu anak yang meninggal dunia dan kini untuk Kabupaten Sikka sudah bertambah menjadi dua orang korban dari DBD," kata Kadis Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus saat dihubungi dari Kupang, Selasa, (5/4).
Ia mengatakan anak berusia sembilan tahun dan masih berada di bangku SD itu diketahui terlambat dirujuk ke RS TC Hillers setelah menjalani pemeriksaan di salah satu klinik di Kota Maumere.
Dokter yang bekerja di klinik tempat pasien itu jalani pemeriksaan pada Kamis (31/3) lalu sudah meminta orang tua pasien agar setelah dari klinik langsung dibawa ke RS TC Hillers.
"Namun hal itu tidak diindahkan oleh orang tua dari pasien sehingga pada Jumat besoknya baru dibawa ke RS TC Hillers," tambah dia.
Saat tiba di UGD RS TC Hillers pasien langsung diambil darahnya dan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan baru diketahui bahwa bocah tersebut terjangkit DBD.
Selama proses perjalanan ke lokasi RS TC Hillers sendiri, pasien diketahui sudah mengalami "hematemesis" atau muntah darah dan semakin parah.
Pasien juga mengeluh sesak dan sudah makan dan minum karena perutnya terasa kembung dan sakit.
Dengan adanya kejadian tersebut pemerintah Kabupaten Sikka mengimbau kepada warganya untuk tidak boleh terlambat memeriksakan anaknya ke puskesmas atau RS jika anak mengalami demam yang tinggi.
Baca juga: Dinkes NTT: Tren kasus DBD mengalami penurunan
Karena jika terlambat kejadiannya bisa sama seperti dua pasien korban DBD di kabupaten Sikka yang alami hal yang sama.
Baca juga: DPRD NTT: Kasus DBD harus jadi perhatian serius
Warga juga diimbau untuk tetap menjaga lingkungan sekitar, seperti menjaga kebersihan dan lainnya sehingga tidak menjadi lokasi berkembangbiaknya nyamuk "aedes aegypty".
"Benar ada satu anak yang meninggal dunia dan kini untuk Kabupaten Sikka sudah bertambah menjadi dua orang korban dari DBD," kata Kadis Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus saat dihubungi dari Kupang, Selasa, (5/4).
Ia mengatakan anak berusia sembilan tahun dan masih berada di bangku SD itu diketahui terlambat dirujuk ke RS TC Hillers setelah menjalani pemeriksaan di salah satu klinik di Kota Maumere.
Dokter yang bekerja di klinik tempat pasien itu jalani pemeriksaan pada Kamis (31/3) lalu sudah meminta orang tua pasien agar setelah dari klinik langsung dibawa ke RS TC Hillers.
"Namun hal itu tidak diindahkan oleh orang tua dari pasien sehingga pada Jumat besoknya baru dibawa ke RS TC Hillers," tambah dia.
Saat tiba di UGD RS TC Hillers pasien langsung diambil darahnya dan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan baru diketahui bahwa bocah tersebut terjangkit DBD.
Selama proses perjalanan ke lokasi RS TC Hillers sendiri, pasien diketahui sudah mengalami "hematemesis" atau muntah darah dan semakin parah.
Pasien juga mengeluh sesak dan sudah makan dan minum karena perutnya terasa kembung dan sakit.
Dengan adanya kejadian tersebut pemerintah Kabupaten Sikka mengimbau kepada warganya untuk tidak boleh terlambat memeriksakan anaknya ke puskesmas atau RS jika anak mengalami demam yang tinggi.
Baca juga: Dinkes NTT: Tren kasus DBD mengalami penurunan
Karena jika terlambat kejadiannya bisa sama seperti dua pasien korban DBD di kabupaten Sikka yang alami hal yang sama.
Baca juga: DPRD NTT: Kasus DBD harus jadi perhatian serius
Warga juga diimbau untuk tetap menjaga lingkungan sekitar, seperti menjaga kebersihan dan lainnya sehingga tidak menjadi lokasi berkembangbiaknya nyamuk "aedes aegypty".