Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menjelang akhir pekan diproyeksikan masih terkoreksi dipicu ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan yang agresif oleh bank sentral AS The Federal Reserve.
Rupiah pagi ini bergerak melemah 14 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.612 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.598 per dolar AS.
"Rupiah mungkin masih bisa tertekan terhadap dolar AS karena ekspektasi pengetatan moneter AS yang agresif masih tinggi di pasar," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Jumat, (13/5).
Semalam dalam suatu wawancara, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell menegaskan lagi niat bank sentral untuk mengendalikan inflasi dengan melakukan pengetatan moneter yang lebih agresif.
Powell juga mengatakan bahwa pada Juni dan Juli 2022, suku bunga akan dinaikkan lagi sebesar masing-masing 50 basis poin.
"Kondisi tenaga kerja AS saat ini juga mendukung kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif," ujar Ariston.
Data klaim tunjangan pengangguran AS mingguan selama empat minggu juga masih menunjukkan penurunan jumlah klaim yang artinya kondisi tenaga kerja cukup sehat sehingga kebijakan pengetatan moneter tidak menekan turun lapangan pekerjaan.
Setelah pernyataan Powell tersebut, indeks dolar AS terlihat menguat ke level tertinggi sejak Desember 2002 di kisaran 104,92.
Di sisi lain, sentimen terhadap aset berisiko terlihat positif pagi ini. Indeks saham Asia rata-rata dibuka menguat.
"Kelihatannya pasar mengambil kesempatan untuk membeli di level rendah. Ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah," kata Ariston.
Hari ini Rupiah berpotensi melemah ke kisaran 14650, dengan potensi support di kisaran 14550.
Baca juga: Emas catat hari terburuk dalam sekitar satu minggu
Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.650 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.550 per dolar AS.
Baca juga: Dolar tergelincir setelah data inflasi AS
Pada Kamis (12/5) lalu, rupiah ditutup melemah 44 poin atau 0,3 persen ke posisi Rp14.598 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.554 per dolar AS.
Rupiah pagi ini bergerak melemah 14 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.612 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.598 per dolar AS.
"Rupiah mungkin masih bisa tertekan terhadap dolar AS karena ekspektasi pengetatan moneter AS yang agresif masih tinggi di pasar," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Jumat, (13/5).
Semalam dalam suatu wawancara, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell menegaskan lagi niat bank sentral untuk mengendalikan inflasi dengan melakukan pengetatan moneter yang lebih agresif.
Powell juga mengatakan bahwa pada Juni dan Juli 2022, suku bunga akan dinaikkan lagi sebesar masing-masing 50 basis poin.
"Kondisi tenaga kerja AS saat ini juga mendukung kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif," ujar Ariston.
Data klaim tunjangan pengangguran AS mingguan selama empat minggu juga masih menunjukkan penurunan jumlah klaim yang artinya kondisi tenaga kerja cukup sehat sehingga kebijakan pengetatan moneter tidak menekan turun lapangan pekerjaan.
Setelah pernyataan Powell tersebut, indeks dolar AS terlihat menguat ke level tertinggi sejak Desember 2002 di kisaran 104,92.
Di sisi lain, sentimen terhadap aset berisiko terlihat positif pagi ini. Indeks saham Asia rata-rata dibuka menguat.
"Kelihatannya pasar mengambil kesempatan untuk membeli di level rendah. Ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah," kata Ariston.
Hari ini Rupiah berpotensi melemah ke kisaran 14650, dengan potensi support di kisaran 14550.
Baca juga: Emas catat hari terburuk dalam sekitar satu minggu
Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.650 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.550 per dolar AS.
Baca juga: Dolar tergelincir setelah data inflasi AS
Pada Kamis (12/5) lalu, rupiah ditutup melemah 44 poin atau 0,3 persen ke posisi Rp14.598 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.554 per dolar AS.