Chicago (ANTARA) - Emas merosot pada akhir perdagangan Senin (Selasa, 7/6/2022 pagi WIB), memperpanjang kerugian untuk sesi kedua berturut-turut terseret dolar AS yang menguat di tengah momentum kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 6,5 dolar AS atau 0,35 persen, menjadi ditutup pada 1.843,70 dolar AS per ounce, setelah mencatat penurunan harian terbesar dalam waktu sekitar tiga minggu akhir pekan lalu.

Emas berjangka merosot 21,2 dolar AS atau 1,13 persen menjadi 1.850,20 dolar AS pada Jumat (3/6/2022), setelah melonjak 22,7 dolar AS atau 1,23 persen menjadi 1,871,40 dolar AS pada Kamis (2/6/2022), dan naik 0,3 dolar AS atau 0,02 persen menjadi 1.848,70 dolar AS pada Rabu (1/6/2022).

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, menguat 0,29 persen menjadi 102.4370. Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mengurangi daya tarik emas.

Emas telah berada di bawah pengaruh indeks dolar AS baru-baru ini, yang bergantung pada dua faktor: angka ekonomi AS dan sikap kebijakan moneter Federal Reserve, kata analis pasar, berpendapat bahwa tingkat harga paling penting untuk emas minggu ini adalah resistensinya di 1.900 dolar AS.

Pada Jumat (3/6/2022), emas merosot tajam setelah data menunjukkan pengusaha AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari yang diperkirakan pada Mei dan mempertahankan laju kenaikan upah yang kuat.

Baca juga: Emas jatuh tertekan penguatan dolar

Baca juga: Emas catat hari terburuk dalam sekitar satu minggu

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 18,4 sen atau 0,84 persen, menjadi ditutup pada 22,092 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 13,6 dolar AS atau 1,34 persen, menjadi ditutup pada 1.030,00 dolar AS per ounce.




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Emas tergelincir terseret penguatan dolar, kenaikan imbal hasil AS

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024