Nagekeo, NTT (ANTARA) - Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, mendorong adaptasi petani terhadap perubahan iklim lewat program Kementerian Pertanian yakni Sistem Pertanian Cerdas Iklim atau dikenal dengan Climate Smart Agriculture (CSA).
"Petani beradaptasi terhadap perubahan iklim, jadi petani masih memperoleh pendapatan dengan budidaya-budidaya tanaman baik padi maupun palawija dengan tujuan meningkatkan produktivitas," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo Oliva Monika Mogi di Mbay, Jumat, (17/6/2022).
Menurutnya, anomali iklim semakin tajam sehingga petani tidak bisa memprediksi waktu terjadinya musim hujan dan kemarau.
Oleh karena itu, program pertanian cerdas iklim itu membantu petani untuk beradaptasi dengan kondisi iklim.
Kini program itu berjalan pada titik-titik kelompok tani di Nagekeo dengan total lahan seluas 800 hektare. Ada pembagian kelas, baik kelas inti maupun kelas sekolah lapangan.
Baca juga: BPBD Nagekeo distribusi air bersih untuk desa terancam kekeringan
Oliva mengatakan dinas pertanian terus mendorong petani menggunakan pupuk serta alat dan mesin pertanian yang ramah lingkungan. Para petani pun akan menyesuaikan kalender tanam dalam program itu.
Baca juga: Pemkab Nagekeo dorong UMKM miliki izin PIRT untuk akses pasar
"Kita tetap berkonsentrasi untuk semaksimal mungkin menggunakan teknologi berbasis kearifan lokal, seperti pupuk organik, pengendalian hama penyakit yang organik, arahnya tetap pada pertanian ramah lingkungan," kata dia.
"Petani beradaptasi terhadap perubahan iklim, jadi petani masih memperoleh pendapatan dengan budidaya-budidaya tanaman baik padi maupun palawija dengan tujuan meningkatkan produktivitas," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo Oliva Monika Mogi di Mbay, Jumat, (17/6/2022).
Menurutnya, anomali iklim semakin tajam sehingga petani tidak bisa memprediksi waktu terjadinya musim hujan dan kemarau.
Oleh karena itu, program pertanian cerdas iklim itu membantu petani untuk beradaptasi dengan kondisi iklim.
Kini program itu berjalan pada titik-titik kelompok tani di Nagekeo dengan total lahan seluas 800 hektare. Ada pembagian kelas, baik kelas inti maupun kelas sekolah lapangan.
Baca juga: BPBD Nagekeo distribusi air bersih untuk desa terancam kekeringan
Oliva mengatakan dinas pertanian terus mendorong petani menggunakan pupuk serta alat dan mesin pertanian yang ramah lingkungan. Para petani pun akan menyesuaikan kalender tanam dalam program itu.
Baca juga: Pemkab Nagekeo dorong UMKM miliki izin PIRT untuk akses pasar
"Kita tetap berkonsentrasi untuk semaksimal mungkin menggunakan teknologi berbasis kearifan lokal, seperti pupuk organik, pengendalian hama penyakit yang organik, arahnya tetap pada pertanian ramah lingkungan," kata dia.