Kupang (AntaraNews NTT) - Wilayah dataran rendah Nusa Tenggara Timur, sepanjang hari Minggu (30/9) hingga Senin (1/10) masih terus diguncang angin kencang, seperti yang dialami masyarakat Kota Kupang dan sekitarnya.
Menurut Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun El Tari Kupang, Senin (1/10), fenomena alam tersebut terjadi akibat adanya pertemuan tekanan tinggi di Australia dan tekanan rendah Samudera Hindia menyebabkan terjadinya angin kencang di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
"Interaksi antara kedua tekanan ini melewati wilayah NTT dan selisih tekanan udara yang cukup siginifikan membuat gradient tekanan udara lebih rapat sehingga memicu angin kencang," kata Prakirawan BMKG Stasiun El Tari Kupang Maria Patrycia kepada Antara.
Ia menjelaskan hal ini berkaitan dengan kondisi angin kencang yang melanda sejumlah daerah di wilayah NTT terutama di Pulau Timor, Sabu, sebagian Sumba, dan sebagian Alor pada Minggu (30/9).
Berdasarkan hasil foto citra satelit, terdapat adanya tekanan tinggi di Australia mencapai 1030 hecto pascal (hPa) dan tekanan rendah di Samudera Hindia, sebelah barat Sumatera sebesar 1006 hPa.
Baca juga: NTT masih dilanda angin kencang
Baca juga: Angin kencang disertai gelombang landa NTT
Pertemuan antara kedua tekanan ini, kata Maria, kemudian menimbulkan adanya potensi angin kencang pada sejumlah wilayah di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Angin kencang tersebut kemudian memicu terjadinya gelombang tinggi sekitar 2 meter di Laut Sawu, Selat Sape bagian selatan, selatan Sumba bagian barat, perairan selatan Pulau Sumba, selatan Kupang dan Pulau Rote, Laut Timor selatan, dan samudera hindia.
Terhadap kondisi ini, pihaknya mengimbau masyarakat agar tetap mewaspadai dampak angin kencang yang bisa mengakibatkan tumbangnya pohon-pohon, papan reklame atau baliho, maupun atap rumah yang ambruk.
"Bagi penggunan transportasi laut juga kami minta untuk mewaspadai ketinggian gelombang di wilayah periaran kita untuk menghidari terjadinya kecelakaan laut," katanya.
Menurut Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun El Tari Kupang, Senin (1/10), fenomena alam tersebut terjadi akibat adanya pertemuan tekanan tinggi di Australia dan tekanan rendah Samudera Hindia menyebabkan terjadinya angin kencang di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
"Interaksi antara kedua tekanan ini melewati wilayah NTT dan selisih tekanan udara yang cukup siginifikan membuat gradient tekanan udara lebih rapat sehingga memicu angin kencang," kata Prakirawan BMKG Stasiun El Tari Kupang Maria Patrycia kepada Antara.
Ia menjelaskan hal ini berkaitan dengan kondisi angin kencang yang melanda sejumlah daerah di wilayah NTT terutama di Pulau Timor, Sabu, sebagian Sumba, dan sebagian Alor pada Minggu (30/9).
Berdasarkan hasil foto citra satelit, terdapat adanya tekanan tinggi di Australia mencapai 1030 hecto pascal (hPa) dan tekanan rendah di Samudera Hindia, sebelah barat Sumatera sebesar 1006 hPa.
Baca juga: NTT masih dilanda angin kencang
Baca juga: Angin kencang disertai gelombang landa NTT
Pertemuan antara kedua tekanan ini, kata Maria, kemudian menimbulkan adanya potensi angin kencang pada sejumlah wilayah di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Angin kencang tersebut kemudian memicu terjadinya gelombang tinggi sekitar 2 meter di Laut Sawu, Selat Sape bagian selatan, selatan Sumba bagian barat, perairan selatan Pulau Sumba, selatan Kupang dan Pulau Rote, Laut Timor selatan, dan samudera hindia.
Terhadap kondisi ini, pihaknya mengimbau masyarakat agar tetap mewaspadai dampak angin kencang yang bisa mengakibatkan tumbangnya pohon-pohon, papan reklame atau baliho, maupun atap rumah yang ambruk.
"Bagi penggunan transportasi laut juga kami minta untuk mewaspadai ketinggian gelombang di wilayah periaran kita untuk menghidari terjadinya kecelakaan laut," katanya.