Kupang (AntaraNews NTT) - Dataran Oesao dan Nunkurus di Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur yang selama ini menjadi salah satu "lumbung pangan" bagi masyarakat setempat, mengalami kekeringan hebat akibat kemarau tahun ini.
"Ada sekitar 2.000 hektare lahan persawahan di Oesao dan Nunkurus yang mengalami kekeringan hebat, sehingga tidak bisa ditanami padi dalam musim tanam 2018," kata Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Kupang Timoteus Oktovianus di Kupang, Rabu (3/10).
Ia mengatakan areal persawahan Oesao dan Nunkurus yang berlokasi sekitar 30 km timur Kota Kupang itu merupakan sawah tadah hujan, karena upaya untuk mendapatkan irigasi teknis dari Bendungan Tilong, tidak kesampaian.
Timoteus mengatakan, pemerintah Kabupaten Kupang setiap tahun membantu pembangunan sumur bor di areal persawahan tersebut, agar para petani bisa memanfaatkan sumber air tersebut untuk menanam tanaman palawija.
Namun, kata dia, debit air tanah di kawasan pertanian tersebut sangat terbatas, sehingga tidak maksimal membantu para petani untuk mengairi tanamannya.
"Kami (pemerintah) sudah peduli dengan memberi bantuan sumur bor tersebut, tapi sayangnya debit air tanah sangat terbatas sehingga tak bisa membantu para pertanian," katanya.
Baca juga: 11 kabupaten di NTT alami kekeringan ekstrem
"Ada sekitar 2.000 hektare lahan persawahan di Oesao dan Nunkurus yang mengalami kekeringan hebat, sehingga tidak bisa ditanami padi dalam musim tanam 2018," kata Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Kupang Timoteus Oktovianus di Kupang, Rabu (3/10).
Ia mengatakan areal persawahan Oesao dan Nunkurus yang berlokasi sekitar 30 km timur Kota Kupang itu merupakan sawah tadah hujan, karena upaya untuk mendapatkan irigasi teknis dari Bendungan Tilong, tidak kesampaian.
Timoteus mengatakan, pemerintah Kabupaten Kupang setiap tahun membantu pembangunan sumur bor di areal persawahan tersebut, agar para petani bisa memanfaatkan sumber air tersebut untuk menanam tanaman palawija.
Namun, kata dia, debit air tanah di kawasan pertanian tersebut sangat terbatas, sehingga tidak maksimal membantu para petani untuk mengairi tanamannya.
"Kami (pemerintah) sudah peduli dengan memberi bantuan sumur bor tersebut, tapi sayangnya debit air tanah sangat terbatas sehingga tak bisa membantu para pertanian," katanya.
Baca juga: 11 kabupaten di NTT alami kekeringan ekstrem