Chicago (ANTARA) - Emas merosot tajam pada akhir perdagangan Rabu (Kamis, 4/8/2022 pagi WIB), menghentikan keuntungan selama lima hari berturut-turut setelah dolar AS yang lebih kuat menghalangi kenaikan logam kuning ini menuju level psikologis 1.800 dolar per ounce.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 13,30 dolar AS atau 0,74 persen, menjadi ditutup pada 1.776,40 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, emas sempat menembus level psikologis 1.800 dolar AS di 1.804,95 dolar AS per ounce.
Emas berjangka terdongkrak 2,0 dolar AS atau 0,11 persen menjadi 1.789,70 dolar AS pada Selasa (3/8/2022), setelah menguat 5,9 dolar AS atau 0,33 persen menjadi 1.787,70 dolar AS pada Senin (1/8/2022), dan terangkat 12,6 dolar AS atau 0,71 persen menjadi 1,781,80 dolar AS pada Jumat (29/7/2022).
Emas merosot karena indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya yang dipimpin oleh euro, mencapai tertinggi satu minggu di hampir 106,7, rebound dari level terendah tiga minggu di 104,9 pada Selasa (2/8/2022).
Dolar mendapatkan kembali kekuatannya setelah pernyataan beberapa kepala regional Federal Reserve seperti James Bullard dari St. Louis, Mary Daly dari San Francisco dan Loretta Mester dari Cleveland dalam beberapa hari terakhir bahwa bank sentral belum selesai menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi yang tetap bercokol di tertinggi empat dekade.
Kepala Fed San Francisco mengatakan pada Rabu (3/8/2022) bahwa Amerika Serikat dapat mempertimbangkan kenaikan suku bunga 75 basis poin untuk ketiga kalinya berturut-turut jika perlu, karena ekonomi tidak menghadapi risiko 'Resesi Hebat' lainnya.
"Kenaikan 50 basis poin akan masuk akal pada September. Namun, jika kita melihat inflasi berlari kencang ke depan tanpa henti, kenaikan 75 basis poin mungkin lebih tepat," kata Daly dalam pidato streaming langsung yang membahas kuantum kemungkinan kenaikan suku bunga Fed berikutnya.
Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mengurangi daya tarik emas.
Data ekonomi positif yang dirilis pada Rabu (3/8/2022) semakin mengurangi daya tarik emas. Indeks manajer pembelian (PMI) sektor jasa-jasa AS dari S&P Global turun menjadi 47,3 pada Juli dari 52,7 pada Juni, lebih tinggi dari 47,0 yang diperkirakan oleh para ekonom.
Sementara itu, indeks jasa-jasa AS dari Institute for Supply Management (ISM) tercatat di 56,7 persen, 1,4 poin persentase lebih tinggi dari pembacaan Juni 55,3 persen.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan pabrik-pabrik AS naik 2,0 persen pada Juni setelah menguat 1,8 persen pada Mei. Lebih baik dari proyeksi para ekonom yang memperkirakan pesanan pabrik-pabrik akan meningkat 1,1 persen.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 24,5 sen atau 1,22 persen, menjadi ditutup pada 19,894 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 16,5 dolar AS atau 1,82 persen, menjadi ditutup pada 888,50 dolar AS per ounce.
Baca juga: Antam tetapkan harga emas Rp980.000 per gram
Baca juga: Emas tergelincir 10,5 dolar AS
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Harga emas jatuh 13,30 dolar AS terseret penguatan "greenback"
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 13,30 dolar AS atau 0,74 persen, menjadi ditutup pada 1.776,40 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, emas sempat menembus level psikologis 1.800 dolar AS di 1.804,95 dolar AS per ounce.
Emas berjangka terdongkrak 2,0 dolar AS atau 0,11 persen menjadi 1.789,70 dolar AS pada Selasa (3/8/2022), setelah menguat 5,9 dolar AS atau 0,33 persen menjadi 1.787,70 dolar AS pada Senin (1/8/2022), dan terangkat 12,6 dolar AS atau 0,71 persen menjadi 1,781,80 dolar AS pada Jumat (29/7/2022).
Emas merosot karena indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya yang dipimpin oleh euro, mencapai tertinggi satu minggu di hampir 106,7, rebound dari level terendah tiga minggu di 104,9 pada Selasa (2/8/2022).
Dolar mendapatkan kembali kekuatannya setelah pernyataan beberapa kepala regional Federal Reserve seperti James Bullard dari St. Louis, Mary Daly dari San Francisco dan Loretta Mester dari Cleveland dalam beberapa hari terakhir bahwa bank sentral belum selesai menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi yang tetap bercokol di tertinggi empat dekade.
Kepala Fed San Francisco mengatakan pada Rabu (3/8/2022) bahwa Amerika Serikat dapat mempertimbangkan kenaikan suku bunga 75 basis poin untuk ketiga kalinya berturut-turut jika perlu, karena ekonomi tidak menghadapi risiko 'Resesi Hebat' lainnya.
"Kenaikan 50 basis poin akan masuk akal pada September. Namun, jika kita melihat inflasi berlari kencang ke depan tanpa henti, kenaikan 75 basis poin mungkin lebih tepat," kata Daly dalam pidato streaming langsung yang membahas kuantum kemungkinan kenaikan suku bunga Fed berikutnya.
Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mengurangi daya tarik emas.
Data ekonomi positif yang dirilis pada Rabu (3/8/2022) semakin mengurangi daya tarik emas. Indeks manajer pembelian (PMI) sektor jasa-jasa AS dari S&P Global turun menjadi 47,3 pada Juli dari 52,7 pada Juni, lebih tinggi dari 47,0 yang diperkirakan oleh para ekonom.
Sementara itu, indeks jasa-jasa AS dari Institute for Supply Management (ISM) tercatat di 56,7 persen, 1,4 poin persentase lebih tinggi dari pembacaan Juni 55,3 persen.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan pabrik-pabrik AS naik 2,0 persen pada Juni setelah menguat 1,8 persen pada Mei. Lebih baik dari proyeksi para ekonom yang memperkirakan pesanan pabrik-pabrik akan meningkat 1,1 persen.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 24,5 sen atau 1,22 persen, menjadi ditutup pada 19,894 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 16,5 dolar AS atau 1,82 persen, menjadi ditutup pada 888,50 dolar AS per ounce.
Baca juga: Antam tetapkan harga emas Rp980.000 per gram
Baca juga: Emas tergelincir 10,5 dolar AS
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Harga emas jatuh 13,30 dolar AS terseret penguatan "greenback"