Kupang (AntaraNews NTT) - Manager Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UPPK) Kupang PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur Joko Martono mengatakan pembangunan listrik desa di provinsi itu bertambah sebanyak 71 desa akibat adanya pemekaran desa.
"Desa yang paling banyak dimekarkan itu ada di Rote, wilayah Manggarai, dan Sumba Barat Daya," katanya di Kupang, Rabu (10/10) berkaitan dengan penambahan pembangunan listrik desa di Nusa Tenggara Timur.
Ia mengatakan, pemekaran desa bisa berdampak pada tingkat rasio desa berlistrik di provinsi setempat yang hingga Agustus 2018 tercatat sudah mencapai 72,59 persen.
Menurutnya, jika desa-desa yang dimekarkan sudah berlistrik maka akan menambah rasio desa berlistik. Sebaliknya, jika belum maka otomatis menjadi pengurang.
"Karena hitungan rasio desa berlistrik itu jumlah desa yang sudah berlistrik dibagi jumlah desa yang ada di NTT yang mencapai lebih dari 3.200 desa," katanya.
Joko menjelaskan, hingga September 2018 tercatat jumlah desa di provinsi berbasiskan kepulauan itu yang belum berlistrik sekitar 871 desa.
Baca juga: 871 desa di NTT belum berlistrik
Dijelaskannya, memasuki awal 2017 hingga September 2018, PLN telah melistriki sebanyak 329 desa.
Meskipun masih ratusan desa yang masih dalam proses, lanjutnya, namun capaian pembangunan desa berlistrik untuk sementara mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
"Dibandingkan tahun 2015 ke bawah itu jumlah desa yang kami listriki per tahun itu maksimal hanya 100 desa, tapi mulai 2017 dibangun besar-besaran," katanya.
Ia menambahkan, saat ini pembangunan desa berlistik terus dikerjakan untuk mengejar target 100 persen desa berlistrik di NTT pada tahun 2019.
"Terutama yang kami genjot itu ke wilayah pelosok yang selama ini sama sekali belum menikmati listrik, termasuk juga nantinya pengembangan jaringan di desa-desa yang baru dimekarkan," katanya.
Baca juga: PLN NTT terangi 16 desa di perbatasan
"Desa yang paling banyak dimekarkan itu ada di Rote, wilayah Manggarai, dan Sumba Barat Daya," katanya di Kupang, Rabu (10/10) berkaitan dengan penambahan pembangunan listrik desa di Nusa Tenggara Timur.
Ia mengatakan, pemekaran desa bisa berdampak pada tingkat rasio desa berlistrik di provinsi setempat yang hingga Agustus 2018 tercatat sudah mencapai 72,59 persen.
Menurutnya, jika desa-desa yang dimekarkan sudah berlistrik maka akan menambah rasio desa berlistik. Sebaliknya, jika belum maka otomatis menjadi pengurang.
"Karena hitungan rasio desa berlistrik itu jumlah desa yang sudah berlistrik dibagi jumlah desa yang ada di NTT yang mencapai lebih dari 3.200 desa," katanya.
Joko menjelaskan, hingga September 2018 tercatat jumlah desa di provinsi berbasiskan kepulauan itu yang belum berlistrik sekitar 871 desa.
Baca juga: 871 desa di NTT belum berlistrik
Dijelaskannya, memasuki awal 2017 hingga September 2018, PLN telah melistriki sebanyak 329 desa.
Meskipun masih ratusan desa yang masih dalam proses, lanjutnya, namun capaian pembangunan desa berlistrik untuk sementara mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
"Dibandingkan tahun 2015 ke bawah itu jumlah desa yang kami listriki per tahun itu maksimal hanya 100 desa, tapi mulai 2017 dibangun besar-besaran," katanya.
Ia menambahkan, saat ini pembangunan desa berlistik terus dikerjakan untuk mengejar target 100 persen desa berlistrik di NTT pada tahun 2019.
"Terutama yang kami genjot itu ke wilayah pelosok yang selama ini sama sekali belum menikmati listrik, termasuk juga nantinya pengembangan jaringan di desa-desa yang baru dimekarkan," katanya.
Baca juga: PLN NTT terangi 16 desa di perbatasan