Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Nusa Tenggara Timur Ganef Wurgiyanto mengatakan NTT tidak memperoleh kontribusi atau pemasukan apapun dari kapal-kapal Purse Seine asal Bali yang beroperasi di selatan Pulau Timor.

"Hasil tangkapan kapal-kapal purse seine (jala cincin) dari Bali semuanya langsung dibawa ke daerah asal mereka. Ikan-ikan tidak dibongkar di NTT sehingga tidak memberikan kontribusi apa-apa bagi pendapatan asli daerah (PAD) kita," katanya kepada Antara di Kupang, Jumat (12/10).

Ia mengatakan, banyak kapal purse seine pelagis besar asal Bali yang beroperasi di atas 12 mil di perairan selatan Pulau Timor memanfaatkan izin dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

"Sekali mereka melingkar pukat, bisa menangkap paling kurang 50 ton ikan. Jadi sekali melaut ada ratusan hingga ribuan ton ikan yang ditangkap, dan itu semua langsung dibawa pulang ke Bali," katanya.

Mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu mengatakan tidak mempersoalkan kapal purse seine banyak menangkap ikan di area tangkapan (fishing ground), namun cara mereka  memasang rumpon itu sangat merugikan nelayan lokal, karena menghalau migrasi ikan.

Baca juga: Nelayan NTT diberi diskresi izin melaut

"Ini yang jadi soal, rumpon dipasang seperti menanam jagung, kemudian mereka zig zag sehingga ikan tidak masuk ke perairan NTT," katanya.

Kondisi ini juga mengakibatkan semakin berkurangnya jumlah nelayan pole and line yang khusus menangkap ikan cakalang dan tuna.

"Dulu banyak sekali kapal-kapal cakalang yang beroperasi, namun sekarang mungkin tinggal belasan saja karena hasil tangkapan tidak lagi menjanjikan," katanya.

Ganef berharap, kondisi ini menjadi perhatian serius pihak KKP untuk menata kembali keberadaan kapal-kapal purse seine sehingga tidak terus-menerus meresahkan nelayan lokal NTT.

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024