Kapal purse seine rugikan nelayan lokal

id Ganef

Kapal purse seine rugikan nelayan lokal

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Ganef Wurgiyanto.

Keberadaan kapal-kapal purse seine pelagis besar yang beroperasi di wilayah periaran NTT dan sekitarnya, telah merugikan nelayan lokal yang mengeluhkan hasil tangkapannya terus berkurang.
Kupang (AntaraNews NTT) - Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa Tenggara Timur menyatakan keberadaan kapal-kapal purse seine pelagis besar yang beroperasi di wilayah periaran NTT dan sekitarnya, telah merugikan nelayan lokal yang mengeluhkan hasil tangkapannya terus berkurang.

"Keberadaan kapal-kapal purse seine yang kebanyakan dari Bali itu sudah merugikan nelayan lokal kita. Mereka memasang rumpon sembarangan sehingga menghalau migrasi ikan secara alamiah," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Ganef Wurgiyanto di Kupang, Rabu (3/10).

Ia mengatakan umumnya kapal-kapal purse seine pelagis besar beroperasi di atas 12 mil di perairan Laut Timor bagian selatan dengan menggunakan izin dari pemerintah pusat.

Namun, lanjutnya, kehadiran mereka selama ini sudah sangat meresahkan nelayan-nelayan lokal karena pemasangan rumpon dalam jumlah banyak sehingga menghalangi migrasi ikan secara alamiah.

"Kapal-kapal purse seine ini memasang rumpon tidak beraturan, dijejer seperti menanam jagung, terus zig zag begitu akhirnya ikan tidak masuk ke daerah penangkapan masyarakat nelayan NTT," katanya.

Mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu mengatakan, produktivitas tangkapan yang terus berkurang juga mengakibatkan jumlah kapal-kapal cakalang juga semakin berkurang seiring perjalanan waktu.

Baca juga: Nelayan Kupang resah dengan kapal "purse seine" dari Bali

"Duluh banyak sekali kapal-kapal cakalang, sekarang tinggal belasan saja seperti di Kota Kupang itu pun hanya bertahan saja untuk hidup," katanya.

Menurut Ganef, kapal-kapal purse seine pelagis besar silahkan menangkap ikan sebanyak-banyaknya di area tangkapannya, namun tidak boleh dengan cara memasang rumpon yang tidak sesuai aturan.

Cara penangkapan seperti ini, lanjutnya, juga sering kali menimbulkan benturan antara nelayan luar dan lokal ketika melaut.

Untuk itu, ia berharap persoalan ini menjadi perhatian serius pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan selaku yang berwenang memberikan izin penangkapan ikan untuk kapal-kapal purse seine pelagis besar.

"Apa tidak kasihan dengan nelayan NTT, mereka juga warga Indonesia. Sekali melaut mereka hanya dapat 1-2 ton ikan, tapi masih menghadapi kendala seperti ini, sementara kapal-kapal purse seine  sekali melingkar bisa mendapat lebih dari 50 ton ikan," demikian Ganef Wurgiyanto.

Baca juga: Nelayan NTT Keluhkan Penggunaan Purse Seine Besar