Bajawa (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur mengajak anak muda untuk mempelajari keunikan Kopi Arabika Bajawa Flores yang telah terkenal di dunia lewat Tur Kopi (Coffee Tour) dalam gelaran Wolobobo Ngada Festival 2022.
"Tur kopi ini agar mereka punya pengetahuan yang baik tentang bagaimana Kopi Arabika Bajawa ini mulai dikembangkan hingga kini, sehingga ke depan mereka bisa beri sumbangsih pikiran dan tulisan terkait bagaimana pemerintah harus menangani kopi ini," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ngada Bernard Ferdinand D Burah saat Tur Kebun Kopi Wajamala, Bajawa, Senin, (19/9/2022).
Tur Kopi dikemas dengan melakukan kunjungan ke sejumlah kebun kopi di seputaran Bajawa. Dalam tur ini, anak muda dan wisatawan diajak untuk belajar pola dan teknik budidaya kopi hingga proses produksi kopi.
Para peserta Tur Kopi mengunjungi kebun kopi Wajamala Watunai milik Mama Lina Walu, kebun kopi Beiwali milik Maria Goreti Kedi, dan Unit Pengolahan Hasil (UPH) Famasa. Di kebun kopi, para pemilik dan pengelola kebun memberikan informasi terkait perjalanan usaha kebun kopi mereka sembari menjelaskan karakteristik kopi Arabika Bajawa Flores yang telah mendunia. Selanjutnya para peserta melihat proses pasca panen kopi di UPH Famasa terkait cara pengolahan hingga dilepas ke pasar.
Bernard menjelaskan Kabupaten Ngada memiliki tantangan terbesar terkait pengurangan areal kopi. Pada tahun 2010, areal kopi Arabika Bajawa Flores seluas 10.965 hektare. Angka ini jelas menurun pada tahun 2022 menjadi 4.600 hektare saja. Artinya, ada pengurangan areal lahan sekitar 60-70 persen.
"Untuk jangka panjang ini pemerintah membangun kebun induk kopi agar memudahkan masyarakat yang membutuhkan bibit untuk pengembangan kopi," kata dia menambahkan.
Sedangkan jangka pendek, kata dia, pemerintah telah membuat program untuk pengadaan bibit tanaman yang dibagikan kepada masyarakat dengan pola pengembangan teknologi sekali jalan.
"Teknologi namanya pagar ganda, yaitu kopi dan hortikultura sekaligus. Jadi meskipun pengurangan lahan itu ada, kita upaya minimalisasi dengan program pengembangan kopi itu," katanya optimis.
Baca juga: Matim dukung petani kopi lewat gerakan tanam kopi arabika
Melalui Wolobobo Ngada Festival 2022, Bernard berharap masyarakat bisa mengembangkan potensi kopi Arabika Bajawa sekaligus mempertahankan keberlanjutan dan kualitas kopi.
Baca juga: Pemerintah lindungi kawasan indikasi geografis Kopi Arabika
"Sehingga tidak di kemudian hari kita hanya bercerita tapi faktanya kopi sudah punah," kata dia menandaskan.
Kopi Arabika Bajawa sendiri memperoleh Perlindungan Indikasi Geografis sejak Maret 2012 melalui Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG).
"Tur kopi ini agar mereka punya pengetahuan yang baik tentang bagaimana Kopi Arabika Bajawa ini mulai dikembangkan hingga kini, sehingga ke depan mereka bisa beri sumbangsih pikiran dan tulisan terkait bagaimana pemerintah harus menangani kopi ini," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ngada Bernard Ferdinand D Burah saat Tur Kebun Kopi Wajamala, Bajawa, Senin, (19/9/2022).
Tur Kopi dikemas dengan melakukan kunjungan ke sejumlah kebun kopi di seputaran Bajawa. Dalam tur ini, anak muda dan wisatawan diajak untuk belajar pola dan teknik budidaya kopi hingga proses produksi kopi.
Para peserta Tur Kopi mengunjungi kebun kopi Wajamala Watunai milik Mama Lina Walu, kebun kopi Beiwali milik Maria Goreti Kedi, dan Unit Pengolahan Hasil (UPH) Famasa. Di kebun kopi, para pemilik dan pengelola kebun memberikan informasi terkait perjalanan usaha kebun kopi mereka sembari menjelaskan karakteristik kopi Arabika Bajawa Flores yang telah mendunia. Selanjutnya para peserta melihat proses pasca panen kopi di UPH Famasa terkait cara pengolahan hingga dilepas ke pasar.
Bernard menjelaskan Kabupaten Ngada memiliki tantangan terbesar terkait pengurangan areal kopi. Pada tahun 2010, areal kopi Arabika Bajawa Flores seluas 10.965 hektare. Angka ini jelas menurun pada tahun 2022 menjadi 4.600 hektare saja. Artinya, ada pengurangan areal lahan sekitar 60-70 persen.
"Untuk jangka panjang ini pemerintah membangun kebun induk kopi agar memudahkan masyarakat yang membutuhkan bibit untuk pengembangan kopi," kata dia menambahkan.
Sedangkan jangka pendek, kata dia, pemerintah telah membuat program untuk pengadaan bibit tanaman yang dibagikan kepada masyarakat dengan pola pengembangan teknologi sekali jalan.
"Teknologi namanya pagar ganda, yaitu kopi dan hortikultura sekaligus. Jadi meskipun pengurangan lahan itu ada, kita upaya minimalisasi dengan program pengembangan kopi itu," katanya optimis.
Baca juga: Matim dukung petani kopi lewat gerakan tanam kopi arabika
Melalui Wolobobo Ngada Festival 2022, Bernard berharap masyarakat bisa mengembangkan potensi kopi Arabika Bajawa sekaligus mempertahankan keberlanjutan dan kualitas kopi.
Baca juga: Pemerintah lindungi kawasan indikasi geografis Kopi Arabika
"Sehingga tidak di kemudian hari kita hanya bercerita tapi faktanya kopi sudah punah," kata dia menandaskan.
Kopi Arabika Bajawa sendiri memperoleh Perlindungan Indikasi Geografis sejak Maret 2012 melalui Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG).