Kupang (AntaraNews NTT) - Para petani di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur sudah tak bisa menggarap sawahnya, karena pasokan air dari Bendungan Tilong mulai melemah.
"Suplai air dari Bendungan Tilong untuk irigasi persawahan di Desa Noelbaki terhenti sejak September 2018," kata Okto Detan ketika ditemui wartawan di persawan Noelbaki, Senin (29/10).
Ia mengatakan, pada musim kemarau seperti terjadi saat ini suplai air untuk persawahan Noelbaki terhenti total karena air Bendungan Tilong mengalami penuruan drastis.
Menurut dia, pada bulan Agustus dan September suplai air dari Bendungan Tilong dilakukan secara bergilir namun sejak memasuki bulan Oktober 2018 sudah terhenti total.
Dia mengatakan, krisis air untuk pertanian di Desa Noelbaki dan sekitarnya mulai terasa sejak daerah ini memasuki puncak musim kemarau.
"Air dari Bendungan Tilong sudah tidak mengalir lagi sejak awal Oktober, sehingga kami memanfaatkan air dari sumber air Sagu meski debitnya kecil," ujar Okto.
Okto menambahkan, suplai air yang bersumber dari mata air Sagu juga sangat terbatas sehingga distribusi dilakukan secara bergilir dua kali seminggu.
Ia mengatakan, petani yang memiliki modal memadai menggunakan sumur bor untuk mengairi lahan pertanian.
Bendungan Tilong di Kabupaten Kupang, NTT mulai mengering sehingga tidak bisa mensuplai air ke lahan persawahan di sekitar Desa Noelbaki. (ANTARA Foto/Benny Jahang)
"Suplai air dari Bendungan Tilong untuk irigasi persawahan di Desa Noelbaki terhenti sejak September 2018," kata Okto Detan ketika ditemui wartawan di persawan Noelbaki, Senin (29/10).
Ia mengatakan, pada musim kemarau seperti terjadi saat ini suplai air untuk persawahan Noelbaki terhenti total karena air Bendungan Tilong mengalami penuruan drastis.
Menurut dia, pada bulan Agustus dan September suplai air dari Bendungan Tilong dilakukan secara bergilir namun sejak memasuki bulan Oktober 2018 sudah terhenti total.
Dia mengatakan, krisis air untuk pertanian di Desa Noelbaki dan sekitarnya mulai terasa sejak daerah ini memasuki puncak musim kemarau.
"Air dari Bendungan Tilong sudah tidak mengalir lagi sejak awal Oktober, sehingga kami memanfaatkan air dari sumber air Sagu meski debitnya kecil," ujar Okto.
Okto menambahkan, suplai air yang bersumber dari mata air Sagu juga sangat terbatas sehingga distribusi dilakukan secara bergilir dua kali seminggu.
Ia mengatakan, petani yang memiliki modal memadai menggunakan sumur bor untuk mengairi lahan pertanian.