Artikel - Memacu perekonomian daerah setelah COVID-19 mereda

id Pariwisata, ekonomi, parekraf, ekonomi kreatif, ekonomi daerah,artikel ekonomi Oleh Sinta Ambarwati

Artikel - Memacu perekonomian daerah setelah COVID-19 mereda

Wisatawan yang membawa mobil combi van mendirikan tenda di sebuah desa wisata. ANTARA/HO Humas Kemenparekraf

...Sudah saatnya negeri ini bangkit dengan saling menggenggam tangan satu sama lain, apalagi sejak kasus pertama virus COVID-19 diumumkan pertama kalinya di Indonesia pada 2020 lalu, semua sektor negeri perlahan memasuki masa muram

Jakarta (ANTARA) - Keleluasaan bergerak masyarakat setelah pandemi COVID-19 mereda mengembuskan angin segar untuk menggerakkan lebih kencang perekonomian warga.

Kesejukan angin itu kian terasa. Alunan udara segar itu seolah membisikkan ke telinga para pemangku kepentingan di Negeri Khatulistiwa ini.

Angin sejuk itu memang mulai bertiup ke berbagai arah usai pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada akhir Desember 2022 lalu oleh Presiden Joko Widodo.

Sudah saatnya negeri ini bangkit dengan saling menggenggam tangan satu sama lain, apalagi sejak kasus pertama virus COVID-19 diumumkan pertama kalinya di Indonesia pada 2020 lalu, semua sektor negeri perlahan memasuki masa muram.

Masih hangat ingatan hantaman pandemi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. Sungguh dampaknya tak main-main. Bahkan pada Februari 2020, berdasarkan rangkuman tren pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia turun drastis, yakni puncaknya pada April 2020 hanya sebanyak 158 ribu orang.

Jika ditotal, sepanjang 2020, jumlah wisman yang masuk ke Indonesia hanya sekitar 4,052 juta orang, sedangkan jika dibandingkan pada 2019, angka tersebut hanya sekitar 25 persen dari jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia.
Tak bisa dihindari, pendapatan negara sektor pariwisata mengalami penurunan dan berada di angka Rp20,67 miliar.

Dari sisi lain, pandemi juga berdampak langsung pada lapangan pekerjaan sektor pariwisata, yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, terdapat sekitar 409 ribu tenaga kerja di sektor ini yang kehilangan pekerjaan.

Kembangkan potensi daerah
Masa kelam itu memang sudah berlalu. Semangat bangkit untuk pulih bersama yang juga diusung dalam forum G20 oleh Indonesia sebagai Presidensi pada 2022. Pemerintah pun telah mulai menyalakan obor estafet untuk mengajak semua kalangan di dalam negeri bersinergi, berkolaborasi, dan bekerja nyata menyalakan kembali api perekonomian yang sempat redup.
Kemenparekraf yang membawahkan sektor pariwisata dan ekenomi kreatif (parekraf) pada awal tahun ini rupanya gerak cepat mengusahakan kebangkitan sektor parekraf dari berbagai daerah di Indonesia melalui program Desa Wisata.
Potensi ekonomi dari keindahan alam Indonesia yang berada di desa rupanya turut menjadi fokus Kemenparekraf. Dengan menggandeng pihak swasta yakni Danone Indonesia, sebanyak 14 desa wisata di tujuh provinsi Indonesia bakal dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan desa wisata sehingga dapat mendorong kesejahteraan masyarakat.

Adapun tujuh provinsi tersebut di antaranya, Sumatera Utara (Desa Lumban Bulbul, Toba), Jawa Barat (Desa Pancawati, Bogor, Kampung Adat Banceuy, Desa Pesanggrahan, Desa Cibeusi, Subang), Jawa Tengah (Desa Blederan, Desa Tanjunganom, Wonosobo), Yogyakarta (Desa Karangasem, Kulon Progo), Jawa Timur (Desa Jatiarjo, Pasuruan), Bali (Desa Kintamani, Bangli, Desa Belok Sidan, Desa Bongkasa Pertiwi, Badung), dan Sulawesi Utara (Desa Lihunu, Desa Tumaluntung, Minahasa Utara).

Sejalan dengan hal ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pun meluncurkan program Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2023 dengan tema “Pariwisata Berkelas Dunia untuk Indonesia Bangkit”.
ADWI yang telah memasuki tahun ketiga ini merupakan salah satu program unggulan Kemenparekraf, yang menurut Sandi, program ini memiliki dampak positif yang langsung dirasakan oleh masyarakat di daerah. Bahkan program ini tak luput menjadi perhatian dari Presiden Jokowi.
“ADWI ini menjadi fenomenal, Presiden Joko Widodo pun menanyakannya berkali-kali bagaimana perkembangan desa wisata dan beliau ingin mengunjungi langsung,” ujarnya.
Rupanya program ini bukan sekadar isapan jempol, nyatanya selama pandemi kunjungan wisatawan Nusantara ke desa wisata naik mencapai 30 persen.
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024, Kemenparekraf menargetkan sebanyak 244 desa wisata dari 71.381 desa digital, tersertifikasi sebagai desa wisata mandiri pada 2024. Untuk itu, desa wisata memiliki peranan penting untuk berbagai aspek, di antaranya memacu potensi tumbuhnya ekonomi kreatif di lingkungan setempat serta membuka lapangan kerja bagi warga yang dekat dengan lokasi wisata.

Beralih ke wilayah barat negeri, sebagai upaya menghidupkan kembali sektor pariwisata yang sempat lumpuh, Kemenparekraf mengucurkan dana kepada pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang untuk membangun jalan akses ke destinasi pemandian Air Terjun 1.000 di Desa Rongoh, Kecamatan Tamiang Hulu, Aceh Tamiang.

Melalui anggaran yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kemenparekraf sebesar Rp14,4 miliar, anggaran itu akan digunakan untuk pembangunan jalan yang akan dibangun tahun ini bersamaan dengan pengembangan destinasi wisata dengan model pemeliharaan rutin, peningkatan rekonstruksi Jalan Tenggulun Dusun Umbul, Desa Rongoh, Kecamatan Tamiang Hulu.

Menurut Kepala Bidang Pariwisata Disparpora Aceh Tamiang Thamrindu Lubis , sebelum COVID-19 melanda, setiap Sabtu dan Minggu terdapat ratusan pengunjung datang, namun sejak pandemi pengunjung pun terpantau sepi.

“Untuk itu sekarang dihidupkan lagi,” ujarnya.
Menilik upaya lain, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) juga turut serta dalam mengembangkan perekonomian daerah, yakni melalui pembangunan kejayaan baru jalur rempah Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Maluku, serta didukung asosiasi industri Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia dan industri pangan olahan.
Ikhtiar dilakukan untuk mengembangkan potensi kekayaan rempah di wilayah Indonesia timur untuk pangan olahan dan obat bahan alam Indonesia, dengan melakukan pendampingan kepada 50 pelaku usaha jamu gendong dan 20 UMK pangan khususnya olahan rempah dan sagu.

Baca juga: Artikel - Menjadikan kopi sebagai mata pencaharian

Upaya ini tak lepas dari salah satu program besar pemerintah Indonesia yaitu Spice Up The World, yang bertujuan agar kekayaan kuliner Indonesia dari berbagai wilayah mampu bersaing di pasar mancanegara sehingga bumbu-bumbu asli Tanah Air merajai dunia.

Apalagi Maluku memiliki potensi hasil perkebunan yang terkenal yakni pala, cengkeh, dan kayu manis yang perlu didorong untuk melakukan ekspor.

“Karena itu BPOM membuka kesempatan pendampingan UMK, juga memberikan kesempatan UMK pangan olahan berdiskusi langsung secara daring,” ujar Kepala BPOM Penny K. Lukito.

Baca juga: Artikel - Menjaga momentum kebangkitan ekonomi

Kebijakan pelonggaran beraktivitas saat ini menjadi momentum membangkitkan sektor pariwisata di berbagai daerah.

Melimpahnya sumber makanan, termasuk rempah dan bahan baku pangan, juga memiliki potensi besar untuk diolah, dikemas, kemudian dipasarkan di luar daerah dan mancanegara.

Kolaborasi petani, asosiasi, hingga pemerintah daerah dan Pusat menjadi kunci sukses mewujudkan tujuan tersebut.

Baca juga: Artikel - Melirik potensi nanas menjadi selai premium di Labuan Bajo


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Memacu perekonomian daerah setelah wabah mereda