Kulon Progo (ANTARA) - Kopi itu pahit, tapi bagi petani di kawasan Bukit Menoreh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, kopi merupakan berlian yang menjadi daya magnet wisatawan dan pemantik pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah itu.
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan subsektor perkebunan di Kabupaten Kulon Progo. Luas pertanaman pada 2022 mencapai 1.473,05 hektare yang tersebar di lima kapanewon/kecamatan di wilayah Menoreh, yaitu Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, dan Pengasih.
Produksi kopi mencapai 438,66 ton biji kering dan produktivitas 540,76 kilogram per hektare. Jenis kopi yang dikembangkan adalah Arabika dan Robusta. Kopi hasil panen dari Kulon Progo memiliki karakteristik sendiri, tergantung lokasi penanaman. Jumlah petani yang berusaha tani kopi mencapai 5.400 orang.
Kopi bagi petani di kawasan Bukit Menoreh adalah berlian yang tersimpan, indah dan berkilauan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kopi juga menumbuhkan pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah itu, seperti kawasan Nanggulan-Girimulyo, banyak tumbuh kedai-kedai kopi. Begitu juga di Samigaluh.
Penjabat Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan usaha tani kopi di daerah itu dilaksanakan dari hulu (on farm) sampai dengan hilir (off farm).
Untuk peningkatan nilai tambah kopi telah dilaksanakan pengolahan di tingkat kelompok tani. Sampai dengan saat ini sudah ada sembilan kelompok tani pelaku usaha pengolah kopi di kabupaten Kulon Progo. Produk olahan kopi tersebut dipasarkan secara lokal maupun secara nasional.
Pemasaran lokal digunakan untuk memenuhi kebutuhan kedai kopi mereka sendiri ataupun kedai kopi yang mulai marak di Kulon Progo ataupun DIY.
Festival Kopi Menoreh