Bengkayang, Kalimantan Barat (ANTARA) - Perjalanan panjang dari Jakarta menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, tidak terasa membosankan. Kondisi jalan yang baik, kendati sebagian di antaranya sedang dalam proses perbaikan, serta hamparan alam yang cantik, menjadi penghias berlalunya waktu.
Setelah satu setengah jam mengudara dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, langit biru di atas Bandara Supadio, Pontianak, menyambut. Dari bandara ini perjalanan menuju PLBN Jagoi Babang dilanjutkan keesokan hari setelah seharian menikmati keindahan Kota Bengkayang.
Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) bersama sejumlah jurnalis pada Rabu (13/12) mengunjungi PLBN Jagoi Babang yang berjarak 276 kilometer dari Bandara Internasional Supadio tersebut.
Selama perjalanan, tampak hamparan sawah dan bukit-bukit. Sinar matahari pagi mengantar hingga PLBN Jagoi Babang sekitar pukul 10.00 WIB. Tulisan “Selamat Datang di PLBN Jagoi Babang” , tertancap kokoh di sisi kiri gerbang menyambut kedatangan.
Presiden RI Joko Widodo ingin menjadikan PLBN sebagai beranda dan etalase Indonesia, demikian Menteri Dalam Negeri sekaligus Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Tito Karnavian dalam arahannya saat kunjungan kerja di PLBN Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
Berdiri di atas lahan seluas 143.200 meter persegi, PLBN Jagoi Babang merupakan tapal batas antara Indonesia dan Serikin, Malaysia. PLBN ini berjarak 276 kilometer dari Bandara Internasional Supadio, Pontianak, sementara ke pusat Serikin hanya berjarak 5,2 kilometer (berdasarkan citra Google Maps).
Infrastruktur di PLBN banyak diwarnai budaya Dayak Bidayuh, seperti gerbang kedatangan yang menampilkan tameng ukiran dayak dan menara pengintai yang dibuat menyerupai Rumah Baluk. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Administrator PLBN Jagoi Babang, Misdo Jerry menakui bahwa Jagoi Babang memang didominasi oleh kebudayaan Dayak Bidayuh.
Episentrum ekonomi
Artikel - Beranda Indonesia itu bernama PLBN Jagoi Babang
...Kita kasih dia lewat untuk sekolah. Kenapa kita buat begini? Karena sebelumnya kan bebas saja, dengan adanya PLBN, kita berharap janganlah masyarakat menjadi dipersulit, apalagi anak sekolah