Jakarta (ANTARA) - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan menyatakan hari tanpa bayang yang terjadi tak akan memicu cuaca panas terik karena sekarang Indonesia musim basah yang membuat awan-awan masih menyelimuti langit.
"Walaupun matahari berada tegak lurus, kalau ada awan suhu tidak terlalu panas," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis, (22/2024).
Lebih lanjut Eddy menjelaskan bahwa di Pulau Jawa, kawasan yang berpotensi terkena dampak kenaikan suhu udara saat fenomena hari tanpa bayang adalah Pantai Utara Jawa, terkhusus Jakarta, Semarang, Pekalongan, hingga Pemalang.
Suhu udara bagian utara sekitar 29, 30, dan 31 derajat Celcius. Sementara di Bandung sekitar 27, 28, dan maksimal 29 derajat Celcius.
"Panas tidak? Sebenarnya panas, tetapi awan-awan masih banyak. Jadi, awan-awan melindungi. Jangan bayangkan Indonesia seperti di Timur Tengah yang tidak ada awan-awan," pungkas Eddy.
Eddy mengungkapkan bahwa gerak semu matahari saat menuju garis ekuator juga tidak akan menyebabkan gelombang panas atau heat wave.
Gelombang panas biasanya terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus saat Indonesia mengalami musim kemarau. Saat itu laut dan daratan akan menyerap panas matahari secara maksimal karena langit tidak terlindungi awan-awan.
Baca juga: BRIN akan melakukan uji coba Observatorium Nasional Timau di pertengahan 2024
Baca juga: PLN bilang akan memasukan nuklir dalam sistem sebelum 2040
Baca juga: Artikel - Mencari sesar yang meluluhlantakkan Cianjur
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hari tanpa bayang tak picu cuaca panas terik karena terlindungi awan