Resensi - Perjuangan Paul diuji lewat bentangan gurun pasir di Dune: Part 2

id dune part 2,thimothee chalamet,zendaya,paul atreides,Resensi

Resensi - Perjuangan Paul diuji lewat bentangan gurun pasir di Dune: Part 2

Penampilan Timothee Chalamet berperan sebagai Paul Atreides ketika mengenakan pakaian khas bangsa Fremen. (ANTARA/HO-Warner Bros.)

Kalau soal peperangan, tidak usah ditanya. Penonton dapat dipastikan hanya terpaku dan berpikir sedang ikut berpartisipasi dalam peperangan besar yang tidak bisa dilerai tersebut...

Kalau pada film pertamanya Paul digambarkan sebagai putra yang masih berada di bawah bayang-bayang ayahnya dan sedikit lemah layaknya anak rumahan, di kesempatan kali ini harus diakui Timothee secara sempurna berhasil menampilkan perubahan besar dalam diri Paul.

Kerasnya keadaan telah menimpa Paul menjadi sosok pemimpin yang tegas, kuat dan mandiri sebagaimana yang menjadi sifat superhero dalam film bergenre action. Aktingnya benar-benar menonjol, terutama ketika kamera mengambil scene yang menyorot tepat ke arah matanya.

Anda akan melihat kobaran semangat membara di mata Paul yang ingin segera mengalahkan Harkonnen. Belum lagi keterampilan berperangnya yang harus diberi acungan jempol karena tahapan ujiannya yang cukup banyak dan sulit.

Sifat Paul yang paling menonjol dan mendapatkan tepuk tangan keras dari penonton ialah ketika dirinya berhasil membuat Bunda Ketua dari Bene Gesserit merasa takut dan tunduk melalui suaranya yang lantang dan tegas.

Perubahan karakter juga nampak pada diri Chani meski tidak terlalu signifikan. Kali ini, sosoknya sebagai wanita yang jatuh cinta ditampilkan dengan begitu lembut tanpa mengurangi sifat wibawanya sebagai pejuang Fermen.

Dalam beberapa adegan Chani dengan intens menemani perjuangan Paul mempelajari situasi di setiap sudut gurun pasir dan tak lupa mewanti-wantinya untuk mewaspadai intrik politik yang licik dari musuh mereka.

Lady Jessica yang pada film pertamanya ditampilkan memiliki rasa takut yang kuat kepada Bene Gesserit, sudah berani melawan bahkan cenderung ingin mendominasi. Aura keberaniannya yang dibalut kecantikan terpancar amat jelas.

Selain adanya perubahan sifat di sejumlah karakter, hal lain yang patut disoroti adalah penampilan beberapa karakter baru seperti Feyd Rautha Harkonnen (Austin Butler) sebagai keponakan dari Baron Vladimir Harkonnen (Stellan Skarsgard) yang digambarkan bengis, memiliki hasrat membunuh yang kuat dan liar.

Penampilan Austin Butler berperan sebagai Feyd Rautha Harkonnen yang terkenal bengis dan mengerikan. (ANTARA/HO-Warner Bros.)

Feyd ditampilkan secara bar-bar dan tidak pandang bulu ketika akan menghabisi lawan. Hanya saja mungkin Warner Bros. dan tim produksi bisa lebih banyak memberi penonton scene kebengisan Feyd agar suasana makin mencekam dan menjadi salah satu tantangan terberat yang harus dilewati oleh Paul.

Ada juga Putri Irulan (Florence Pugh) yang digambarkan sebagai wanita intelektual yang cerdas, gemar merekam berbagai kejadian yang sedang terjadi dan menyukai tantangan. Sayangnya seperti Feyd, penampilan karakter ini juga bisa dikatakan kurang.

Kemudian lebih banyak adegan di mana wajah Putri Irulan ditutupi oleh hiasan. Hal serupa juga bisa dirasakan saat penonton melihat Rabban (Dave Bautista), karena penampilannya yang sangat terbatas.

Rabban pun ditampilkan sebagai karakter yang banyak panik, ketakutan dan sering mempertanyakan apakah jalan yang ditempuh Harkonnen betul-betul bisa membawa mereka menuju kemenangan.

Menampilkan visual yang megah