Opini - Kabinet zaken untuk pemerintahan baru Indonesia
Prabowo memiliki beban berat untuk memenuhi harapan masyarakat, mengingat kemenangan Prabowo-Gibran dicapai dalam satu putaran, setelah mencapai angka kemenangan 58,6 persen...
Periode transisi menuju pemerintahan baru, kiranya bisa berjalan mulus. Salah satunya melalui pemaparan visi-misi kementerian di dalam kabinet mendatang, penting dilakukan mengingat program Prabowo-Gibran dalam lima tahun mendatang terbilang besar.
Dari 320 program yang ada, 17 di antaranya merupakan program prioritas, seperti ketahanan pangan, transisi energi, dan pendidikan (utamanya bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu).
Oleh karena itu, dibutuhkan kabinet yang tidak hanya kapabel, tetapi juga memiliki akuntabilitas dan respons yang kuat.
China misalnya, bisa sukses karena mempunyai prakondisi yang kuat dan memiliki respons pemerintah yang juga kuat.
Begitu pula India, negara ini sebenarnya juga memiliki prakondisi kuat, tetapi tidak memiliki respons pemerintah yang kuat pada akhirnya kehilangan peluang tersebut.
Selanjutnya ada tantangan ekonomi politik domestik, terdapat tiga faktor yang saling berkelindan, yakni tekanan internasional, kepentingan elite, dan keterlibatan masyarakat.
Aspek keterlibatan masyarakat, indikator demokrasi mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Untuk menyusun arah kebijakan pemerintahan, harus melihat apa yang akan terjadi di depan.
Sekadar catatan, pada 2025 masih ada stagnasi ekonomi global 3,1—3,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju mitra dagang Indonesia juga belum tumbuh signifikan, salah satunya Amerika Serikat mengalami penurunan fiskal.
Termasuk, eskalasi konflik di Timur Tengah masih terus dipantau, terkait pengaruhnya pada situasi ekonomi global.
Perlu juga menjadi catatan kepada pemerintahan baru, bahwa di bidang green opportunities dan hilirisasi industri, intensitas negara-negara maju untuk mengintervensi sektor industrinya makin kuat, terutama bagi mineral dan produk-produk turunannya.
Hilirisasi Indonesia di sektor mineral akan makin mendapat resistensi dan persaingan makin kuat dari negara-negara maju.
Dengan kata lain, siapa pun yang akan jadi menteri akan menghadapi dilema, jika tidak bisa mendinamisasi situasi ekonomi di tengah suku bunga global yang masih relatif tinggi (The Fed). Itu akan berpengaruh besar pada suku bunga dalam negeri dan nilai tukar.
Kendati demikian, beberapa tren komoditas domestik agak membaik seperti batu bara yang mengalami kenaikan harga. Begitu pula minyak sawit dan minyak mentah.
Namun harga nikel, sebagai komoditas andalan, justru menunjukkan tren harga menurun. Situasi itu adalah tantangan bagi sosok menteri ekonomi atau menteri keuangan kelak.
Sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi presiden terpilih, bahwa target pertumbuhan 2025 sekitar 6—7 persen.
Sementara lembaga dunia (seperti IMF dan World Bank) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 berada pada kisaran 5,2 persen.
Tantangan bagi kabinet pemerintahan baru nanti, khususnya menteri-menteri ekonomi, adalah bagaimana menaikkan kinerja pertumbuhan ekonomi agar melebihi target pertumbuhan yang telah diprediksi oleh lembaga-lembaga dunia.
Semua tetap optimistis menanti pengumuman komposisi kabinet pemerintahan baru nanti, bakal diisi figur kompeten dan berintegritas.
Dengan kolaborasi seluruh elemen bangsa, kabinet nanti memiliki tugas berat untuk mewujudkan kesejahteraan menjelang Indonesia Emas (2045).
*) Penulis adalah Dosen UCIC, Cirebon.
Baca juga: Opini - Rahasia di balik keajaiban vaksin DNA
Baca juga: Opini - Para capres dan komitmen mereka pada pembangunan petani Indonesia
Baca juga: Opini - Keberagaman sebagai jalan kesejahteraan
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kabinet zaken untuk pemerintahan baru Indonesia
Dari 320 program yang ada, 17 di antaranya merupakan program prioritas, seperti ketahanan pangan, transisi energi, dan pendidikan (utamanya bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu).
Oleh karena itu, dibutuhkan kabinet yang tidak hanya kapabel, tetapi juga memiliki akuntabilitas dan respons yang kuat.
China misalnya, bisa sukses karena mempunyai prakondisi yang kuat dan memiliki respons pemerintah yang juga kuat.
Begitu pula India, negara ini sebenarnya juga memiliki prakondisi kuat, tetapi tidak memiliki respons pemerintah yang kuat pada akhirnya kehilangan peluang tersebut.
Selanjutnya ada tantangan ekonomi politik domestik, terdapat tiga faktor yang saling berkelindan, yakni tekanan internasional, kepentingan elite, dan keterlibatan masyarakat.
Aspek keterlibatan masyarakat, indikator demokrasi mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Untuk menyusun arah kebijakan pemerintahan, harus melihat apa yang akan terjadi di depan.
Sekadar catatan, pada 2025 masih ada stagnasi ekonomi global 3,1—3,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju mitra dagang Indonesia juga belum tumbuh signifikan, salah satunya Amerika Serikat mengalami penurunan fiskal.
Termasuk, eskalasi konflik di Timur Tengah masih terus dipantau, terkait pengaruhnya pada situasi ekonomi global.
Perlu juga menjadi catatan kepada pemerintahan baru, bahwa di bidang green opportunities dan hilirisasi industri, intensitas negara-negara maju untuk mengintervensi sektor industrinya makin kuat, terutama bagi mineral dan produk-produk turunannya.
Hilirisasi Indonesia di sektor mineral akan makin mendapat resistensi dan persaingan makin kuat dari negara-negara maju.
Dengan kata lain, siapa pun yang akan jadi menteri akan menghadapi dilema, jika tidak bisa mendinamisasi situasi ekonomi di tengah suku bunga global yang masih relatif tinggi (The Fed). Itu akan berpengaruh besar pada suku bunga dalam negeri dan nilai tukar.
Kendati demikian, beberapa tren komoditas domestik agak membaik seperti batu bara yang mengalami kenaikan harga. Begitu pula minyak sawit dan minyak mentah.
Namun harga nikel, sebagai komoditas andalan, justru menunjukkan tren harga menurun. Situasi itu adalah tantangan bagi sosok menteri ekonomi atau menteri keuangan kelak.
Sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi presiden terpilih, bahwa target pertumbuhan 2025 sekitar 6—7 persen.
Sementara lembaga dunia (seperti IMF dan World Bank) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 berada pada kisaran 5,2 persen.
Tantangan bagi kabinet pemerintahan baru nanti, khususnya menteri-menteri ekonomi, adalah bagaimana menaikkan kinerja pertumbuhan ekonomi agar melebihi target pertumbuhan yang telah diprediksi oleh lembaga-lembaga dunia.
Semua tetap optimistis menanti pengumuman komposisi kabinet pemerintahan baru nanti, bakal diisi figur kompeten dan berintegritas.
Dengan kolaborasi seluruh elemen bangsa, kabinet nanti memiliki tugas berat untuk mewujudkan kesejahteraan menjelang Indonesia Emas (2045).
*) Penulis adalah Dosen UCIC, Cirebon.
Baca juga: Opini - Rahasia di balik keajaiban vaksin DNA
Baca juga: Opini - Para capres dan komitmen mereka pada pembangunan petani Indonesia
Baca juga: Opini - Keberagaman sebagai jalan kesejahteraan
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kabinet zaken untuk pemerintahan baru Indonesia