Artikel - Merawat ekosistem dugong di perairan Alor

id NTT,Dugong,mawar si dugong alor,dugong di alor,menyaksikan dugong di alor Oleh Kornelis Kaha

Artikel - Merawat ekosistem dugong di perairan Alor

Pengunjung menyaksikan dugong yang sedang berenang di Alor. ANTARA/Kornelis Kaha.

...Kami sedang tunggu wisatawan yang akan menyaksikan 'Mawar', kata Anton (32) nelayan yang kini beralih menjadi pengantar wisatawan untuk menyaksikan dugong
Kupang (ANTARA) - Suara gelombang terdengar gemuruh di atas tumpukan pemecah gelombang di Pantai Kabola, Kota Kalabahi, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sinar matahari sudah terasa menyengat meski jarum jam baru menunjukkan pukul 09.30 WITA. Sementara suhu udara di aplikasi telepon genggam telah menunjuk 31 derajat celcius.

Sementara di suatu sudut pantai, beberapa nelayan sedang berbincang-bincang santai di beberapa lopo yang biasa digunakan oleh wisatawan yang berwisata di pantai tersebut.

Lopo merupakan rumah adat di daerah Nusa Tenggara Timur. Rumah ini menjadi salah satu rumah adat suku Abui yang berada di Kabupaten Alor. Rumah lopo juga dianggap sebagai sebagai rumah serbaguna dengan banyak kegunaan.

Tiupan angin laut ditimpa suara gemericik air serta panorama hamparan laut biru yang jernih menjadi pemandangan sehari-hari bagi para nelayan ikan dan rumput laut di Kecamatan Kabola.

"Kami sedang tunggu wisatawan yang akan menyaksikan 'Mawar'," kata Anton (32) nelayan yang kini beralih menjadi pengantar wisatawan untuk menyaksikan dugong.

Mawar bukanlah sebutan untuk bunga mawar, tapi Mawar yang dimaksud adalah seekor mamalia dugong atau duyung, yakni satwa dengan nama latin Dugong Dugon.

Kehadiran Mawar di wilayah pantai tersebut memberikan berkah bagi warga sekitar yang sebelumnya mengais rezeki dengan mencari ikan, kini bisa mendapatkan tambahan pemasukan dari usaha mengantar wisatawan menyaksikan mamalia dugong itu.

Para nelayan pengantar wisatawan untuk menyaksikan dugong dalam sebulan bisa meraup pendapatan tambahan berkisar Rp2 sampai Rp3 juta. Bahkan, ketika puncak kunjungan wisatawan mereka bisa memperoleh pendapatan hingga Rp4 jutaan.

Namun demikian, uang yang mereka terima dibagi lagi untuk konservasi wilayah sekitar, biaya perawatan kawasan wisata dan ada biaya lainnya.

Kehadiran dugong di daerah tersebut menjadi simbol persahabatan antara manusia dan alam di Pulau Alor. Nelayan-nelayan sekitar menjaga mamalia tersebut dengan baik.

Bahkan ada 16 nelayan di daerah sekitar yang membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) yang diberi nama Sinar Kabola untuk menjaga dan merawat habitat laut di daerah atau area kemunculan dugong.
Wisatawan mengabadikan momen kemunculan dugong di pantai Alor. ANTARA/Kornelis Kaha

Pokmaswas Sinar Kabola yang beranggotakan 16 orang ini telah berpartisipasi aktif dalam membantu Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Nusa Tenggara Timur Wilayah Alor (KCD Alor), untuk melaksanakan fungsi pengawasan berbasis masyarakat.

Para nelayan membantu pengawasan pesisir dan laut di Taman Perairan Kepulauan Alor terhadap aktivitas perikanan merusak dan secara khusus pengawasan di habitat dan wilayah kemunculan dugong

Ketua Pokmaswas Sinar Kabola, Sardin Lotang, mengatakan tugas Pokmaswas yang dipimpinnya adalah marawat daerah tersebut yang menjadi tempat bermainnya dugong agar tidak rusak.

Kawasan tersebut masuk dalam kawasan konservasi yang dikenal dengan sebutan Taman Perairan Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur. Kawasan ini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor.

Selain menjaga dan merawat kawasan itu agar menjadi kawasan yang aman bagi ikan dan dugong, Pokmaswas juga bertugas merawat pesisir pantai agar tetap bersih.


Tarif pengunjung

Atas sepengetahuan Dinas Pariwisata di Kabupaten Alor, para nelayan telah bersepakat mengenai nilai tarif untuk menyaksikan dugong bagi wisatawan yang hendak menyaksikan langsung mamalia yang dilindungi tersebut.

Untuk wisatawan domestik biaya masuk ke kawasan pantai dan menyaksikan dugong sebesar Rp150 ribu untuk satu kapal yang dapat menampung empat sampai lima orang.

Bagi wisatawan mancanegara harga sewa kapal mencapai Rp200 ribu dengan durasi menyaksikan sekitar 30 menit. Waktu 30 menit itu sudah menjadi kesepakatan antara semua nelayan yang mengoperasikan kapal.

Menyaksikan atraksi dugong sangat diminati pengunjung. Dugong yang dikenal dengan panggilan Mawar di area ini merupakan dugong yang unik, sebab bukan dugong yang pemalu.

Dugong pada umumnya jika melihat manusia, akan melarikan diri semakin dalam menyelam untuk menyembunyikan diri. Namun, Mawar yang merupakan dugong berjenis kelamin jantan, justru muncul di permukaan dan ramah dengan manusia.

Saat dipanggil namanya, Mawar langsung muncul ke permukaan dan berenang mengikuti kapal yang dinaiki oleh wisatawan. Mamalia tersebut terlihat senang dengan putaran baling-baling yang ada di bawah kapal tersebut.

Saat ini, menurut data dari Pokmaswas Sinar Kabola, terdapat dua ekor dugong di kawasan perairan Kabola, tepatnya di Pulau Sikka yang sering menjadi tempat main dan makan dari dugong.

Dari dua dugong itu, hanya satu yang disebut Mawar yakni yang berani muncul ke permukaan. Satu ekor lainnya lagi belum berani untuk muncul ke permukaan.

Perairan Alor terkenal dengan lokasi untuk berkembang biak Dugong. Pasalnya, hampir di seluruh daerah pantai Pulau Alor terdapat hamparan padang lamun atau rumput laut. Daun yang lebar menjadi makanan dari mamalia dugong tersebut.

Lamun juga ditemukan di Pantai Mali dan Pantai Dere sehingga dua ekor dugong yang kini ada di sekitar kawasan Pulau Sikka itu menjadikan tempat tersebut sebagai tempat bermain.

"Sebenarnya di Alor ini banyak sekali dugong, tetapi yang berani hanya satu ekor yang bernama Mawar saja. Yang lain justru saat dilihat langsung melarikan diri," kata Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Kabupaten Alor, Muhammad Saleh Goro.

Karena itu, untuk menjaga agar Si Mawar dan temannya tidak melarikan diri dan khawatir punah, DKP setempat melarang wisatawan untuk memegang dugong itu, apalagi berenang bersama dugong.

Kehadiran dugong sendiri menjadikan daya tarik wisata bagi daerah tersebut. Sehingga tidak jarang, hamper setiap tahun Pemda setempat menggelar festival memanggil dugong untuk mempromosikan salah satu potensi wisata di Pulau Kenari itu.

Kadis Pariwisata Alor Muhammad Baesaku mengemukakan bahwa dugong bukan merupakan satu-satunya potensi wisata di daerah itu. Alor memiliki banyak sekali potensi wisata, baik budaya, bahari, agama dan lainya. Bahkan wisata bahari Taman Laut Alor terkenal sebagai lokasi untuk snorkeling dan menyelam.

Namun begitu, wisata dugong di Alor merupakan wisata yang unik, karena dugong yang ada di daerah itu ramah terhadap manusia.

Baca juga: Kemenparekraf apresiasi Festival Dugong 2022 di Alor



Si Mawar, dugong di Alor adalah keajaiban yang sulit ditemukan. Mereka menjadi simbol kesehatan laut di daerah tersebut. Alor memang menawarkan keajaiban bawah laut yang luar biasa, salah satunya adalah melihat dugong yang berenang bebas

Baca juga: Wisata menonton ikan dugong di Alor geliatkan ekonomi warga

Oleh karena itu, dugong di daerah tersebut harus dijaga. Jangan sampai satwa tersebut punah dan tidak terlihat lagi di perairan Alor, Nusa Tenggara Timur.





Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Merawat ekosistem dugong di perairan Alor