Ekonom proyeksikan suku bunga acuan BI ditahan di level 6 persen

id ekonom,bi rate,suku bunga,bank indonesia,the fed

Ekonom proyeksikan suku bunga acuan BI ditahan di level 6 persen

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ketiga kiri) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kanan) dan Deputi Gubernur Doni P Joewono (kiri) menyampaikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (18/12/2024). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/YU

...Kami melihat BI masih akan menahan suku bunga pada 6 persen, untuk menjaga stabilitas perekonomian, sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian global yang memberi tekanan pada pasar keuangan domestik, kata Dian yang merupakan Head of Macroecono

Jakarta (ANTARA) - Ekonom Bank Mandiri Dian Ayu Yustina memproyeksikan, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate akan tetap ditahan pada level 6 persen dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Januari 2025 pada Rabu ini.



“Kami melihat BI masih akan menahan suku bunga pada 6 persen, untuk menjaga stabilitas perekonomian, sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian global yang memberi tekanan pada pasar keuangan domestik,” kata Dian yang merupakan Head of Macroeconomic and Financial Market Research Bank Mandiri saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu, (15/1).



Namun demikian, Bank Mandiri melihat bahwa BI masih memiliki ruang untuk penurunan BI-Rate pada tahun ini meskipun akan sangat tergantung dengan kondisi global, terutama terkait kebijakan fiskal dan moneter di Amerika Serikat (AS) setelah pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS yang baru.



“Perkiraan kami (pemangkasan BI-Rate) 50 bps (basis point) di semester 2 (2025),” ujar Dian.



Hal senada juga disampaikan oleh Head of Macroeconomic and Financial Market Research PermataBank Faisal Rachman yang memperkirakan BI-Rate tetap berada pada level 6 persen, sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian global menuju pelantikan Trump terutama terkait dengan agenda inward-looking.



“Hal ini diprediksi akan membuat tingkat inflasi AS sulit untuk turun menuju target sasaran 2 persen,” ujar Faisal.



Ia menambahkan bahwa sinyal dari beberapa pejabat bank sentral AS atau The Fed juga sudah mengindikasikan kemungkknan besar penundaan pemotongan lanjutan Federal Funds Rate (FFR).



“Bahkan market sendiri sudah melihat ruang pemotongan FFR di tahun ini hanya 25 bps, lebih rendah dari outlook The Fed pada bulan Desember lalu yang sebesar 50 bps,” kata Faisal.



Risiko global yang meningkat terutama dari kemungkinan terjadinya trade war 2.0 dan high-for-longer rate suku bunga The Fed, jelas Faisal, akan menyebabkan naiknya risk-off sentiment, melebarkan current account deficit atau defisit transaksi berjalan, dan memicu capital outflow, yang berujung pada pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini akan memicu terjadinya imported inflation.



Faisal mengatakan, PermataBank sendiri melihat ruang penurunan BI-Rate pada paruh pertama 2025 akan cenderung tertutup. Pada paruh kedua tahun ini, ada peluang terbuka pemangkasan BI-Rate namun masih akan sangat bergantung pada kondisi global dan domestik.



All in all (secara keseluruhan), kami hanya melihat ruang pemotongan sebesar 25 bps untuk BI-Rate di tahun ini yang mungkin terjadi pada paruh kedua 2025,” kata Faisal.



Baca juga: Pengamat bilang hasil RDG BI tak akan banyak pengaruhi kurs rupiah



Baca juga: BI catat sadangan devisa Desember 2024 meningkat menjadi 155,7 miliar dolar AS