Jakarta (ANTARA) - Kementerian Ekonomi Kreatif sedang menyusun Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) bidang ekonomi kreatif, dan berencana menambahkan beberapa subsektor ekonomi kreatif baru.
Subsektor ekonomi kreatif saat ini mencakup usaha pengembangan permainan, arsitektur, desain interior, musik, seni rupa, desain produk, fesyen, kuliner, fotografi, desain komunikasi visual, televisi dan radio, kriya, periklanan, seni pertunjukan, penerbitan aplikasi, serta film, animasi, dan video.
Sekretaris Kementerian Ekonomi Kreatif Dessy Ruhati kepada ANTARA di Jakarta, Minggu, menyampaikan rencana kementerian untuk menambahkan bidang usaha hak kekayaan intelektual (Intellectual Property/IP) atas karakter fiksi, industri kecantikan, hingga kustomisasi otomotif sebagai subsektor ekonomi kreatif baru.
"Jadi rencananya memang seperti itu," katanya.
"Kita sedang menyusun KBLI-KBLI baru, tidak hanya IP karakter, tapi juga berkaitan dengan industri kecantikan. Itu menjadi salah satu subsektor baru yang kita akan usulkan, kemudian juga customized otomotif, kemudian ada beberapa banyak lagi yang sedang kita buat kajiannya," ia menjelaskan.
Dessy menyampaikan bahwa KBLI bidang ekonomi kreatif selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan dan program pengembangan usaha ekonomi kreatif.
Dengan menjadikan bidang usaha tertentu sebagai subsektor ekonomi kreatif, harapannya pemerintah bisa lebih fokus dalam memberikan dukungan terhadap pengembangan usaha tersebut.
IP Character populer seperti Pokemon, Sinchan, dan Mickey Mouse mampu mendatangkan keuntungan ekonomi besar.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar sebelumnya menyampaikan bahwa IP karakter-karakter fiksi semacam itu bisa menghasilkan keuntungan besar melalui penjualan film, gim, dan pernak-pernik.
Menurut data Hellomotion Academy, Pokemon pada tahun 2019 mendatangkan pendapatan 61,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp969,3 triliun.
Pendapatan terbesar dari Pokemon bukan berasal dari film, gim, atau serial animasi, melainkan dari penjualan barang-barang cenderamata.
Dessy mengemukakan bahwa kustomisasi otomotif juga mampu mendatangkan keuntungan besar.
"Kustomisasi otomotif ini contohnya ada yang mobil baru, mobil lama, atau mungkin motor, kemudian dimodifikasi, misal jadi tingkat dua atau apapun. Karena yang dinilai bukan berkaitan dengan berapa jumlah target dia bisa mengerjakan modifikasi kendaraannya, tapi minatnya di luar negeri itu luar biasa. Satu mobil saja itu bisa menghasilkan atau terjual di atas puluhan ribu dolar AS," ia menjelaskan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemerintah susun KBLI bidang ekonomi kreatif, tambah subsektor baru