Kupang, NTT (ANTARA) - Ketua DPD Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Provinsi NTT Oyan Kristian menghendaki respons cepat atas kasus pungli yang viral di destinasi wisata Kabupaten Sumba Barat Daya sebagai solusi jangka panjang dari pemerintah.
“Tentu kami sebagai asosiasi berharap solusi yang ditawarkan kepada masyarakat harus dipikirkan untuk jangka panjang, karena jika hanya untuk meredam kondisi saat ini maka ke depan akan kembali terulang seperti sebelumnya,” kata Oyan saat dihubungi dari Kupang, Rabu.
Hal ini ia sampaikan berkaitan dengan viralnya kasus pungutan liar (pungli) yang dialami dua youtuber sekaligus influencer JajagokelilingIndonesia di kawasan desa wisata Ratenggaro, Sumba Barat Daya (SBD).
Ia mengatakan setelah kasus tersebut viral, DPD ASITA NTT segara turun langsung ke SBD untuk berdiskusi dengan Kepala Dinas Pariwisata.
“Saya juga baru pulang dari SBD, jadi ada kesempatan bertemu Kepala Dinas Pariwisata untuk mendengarkan informasi langsung serta memberikan masukan dari sisi promosi wisata Sumba,” kata Oyan.
Ia menilai solusi pemerintah harus berdampak jangka panjang karena seturut informasi dari anggota ASITA Sumba bahwa kejadian serupa sudah sejak lama dan sering terjadi di beberapa destinasi wisata di SBD.
Namun, walaupun sudah ada pendekatan dan pelatihan dari LSM, tidak ada perubahan signifikan khususnya masyarakat Ratenggaro karena ini berkaitan dengan karakteristik/mentalitas.
“Wisata di SBD perlu cukup banyak perhatian dan penataan dari pemerintah agar kejadian tersebut tidak terulang lagi karena NTT sedang mambangun citra positif di bidang pariwisata,” katanya.
Hal ini penting, kata dia, karena Pulau Sumba merupakan salah satu destinasi wisata yang potensial dan primadona di tanah air sehingga banyak orang ingin mengunjunginya.
“Memang kita sedang viral dengan hal negatif, tapi kita berharap ini akan menjadi awal yang baik untuk kita terus berbenah agar NTT bisa menjadi destinasi yang disukai dan dikunjungi banyak wisatawan,” katanya.
Karena itu, pihaknya menekankan perlu segera ada intervensi yang serius dari pemerintah terkait tata kelola destinasi berbasis pelibatan masyarakat. Dengan keterlibatan penuh masyarakat akan membentuk rasa memiliki dan menjaga nama baik destinasi wisatanya.
“Masyarakat harus dibekali dan diberi informasi yang jelas serta mendapat manfaat ekonomi dari pariwisata ini, sehingga terbentuk rasa memiliki untuk menjaga destinasi wisata untuk jangka panjang,” katanya.
Ia menyarankan agar pemerintah dapat melibatkan pihak ketiga dalam mengedukasi masyarakat setempat sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
Pihaknya berkomitmen untuk tidak pernah berhenti dalam melakukan kegiatan promosi wisata Pulau Sumba.
“ASITA terus memberikan informasi positif kepada semua orang yang ingin mengenal keindahan Pulau Sumba baik melalui event, pameran, roadshow, travel mart dan sejenisnya,” kata dia.