Labuan Bajo (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengapresiasi Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Domestik Indonesia yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat guna menangani penyebaran rabies di daerah itu.
"Kami dari dinas sangat berterimakasih karena dengan kolaborasi ini sebagai wadah untuk sosialisasi, untuk semua pihak semakin paham apa itu rabies dan dampaknya terhadap kesehatan," kata Sekertaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Manggarai Barat Emerensi Jemat ditemui di Labuan Bajo, Kamis.
Ia menyampaikan hal tersebut dalam focus group discussion dan actual planning komunitas, seniman dan influencer yang dilaksanakan JAAN Domestic Indonesia di Labuan Bajo.
Emerensi menambahkan bahwa penanganan penyebaran rabies oleh hewan pembawa rabies (HPR) akan lebih efektif melibatkan banyak pihak termasuk lembaga swadaya masyarakat, pecinta hewan kesayangan, komunitas, media dan masyarakat lainnya.
Pencegahan penularan rabies, lanjut dia, tidak hanya pada penanganan dampak, tetapi lebih daripada itu adalah bagaimana memberikan kesadaran kepada masyarakat agar secara kolektif melakukan berbagai upaya pencegahan seperti vaksinasi rabies.
"Kenapa rabies ditakuti karena bersifat zoonosis, kalau anjing menggigit kita maka akan berpotensi terkena rabies, sehingga membutuhkan penanganan oleh petugas kesehatan menggunakan vaksin anti rabies," ujarnya.
Ia juga menjelaskan tercatat jumlah kasus rabies sejak tahun 2021-2024 di Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 20 kasus. Belasan kasus rabies ini tercatat di Kecamatan Welak sebanyak empat kasus, Boleng dua kasus, Komodo tujuh kasus, Kuwus Barat satu kasus, Lembor empat kasus, Lembor Selatan satu kasus, Ndoso satu kasus dan Welak empat kasus.
Kasus rabies terbanyak tercatat pada tahun 2023 sebanyak 11 kasus, tahun 2022 sebanyak lima kasus, dan tahun 2021 serta 2024 masing-masing sebanyak dua kasus.
"Kami terus melakukan vaksinasi guna mencegah penularan rabies dan total persentase realisasi vaksinasi di Kabupaten Manggarai Barat hingga saat ini sebesar 76,6 persen dari realisasi vaksinasi HPR sebanyak 15.196 ekor HPR yakni anjing kucing dan kera," katanya.
Untuk ketersediaan vaksin HPR, lanjut dia, Pemkab Manggarai Barat memiliki stok akhir dosis pada tahun 2024 sebanyak 10.259 dosis vaksin dan merencanakan pengadaan vaksin di tahun 2025 sebanyak 10.300 sosis vaksin.
"Pada tahun 2025 ini belum terdapat kasus rabies dan kami terus berupaya menekan laju penyebaran rabies tidak hanya melalui vaksinasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak tetapi dengan program inovasi Kunjungan Rumah Berantas Rabies (Kumbara)," katanya.
Sementara itu, Chief Operating Officer JAAN Domestik Indonesia Merry Ferdinandez menekankan pentingnya pencegahan dan penanganan penyakit rabies serta kesadaran tentang pentingnya kesejahteraan hewan.
"Kami ingin bantu NTT dan Manggarai Barat untuk pengendalian penyebaran rabies yang berbasis kesejahteraan hewan," katanya.
Ia juga menambahkan kolaborasi berbagai pihak sangat dibutuhkan agar masyarakat luas semakin sadar dan secara bersama-sama dapat menanggulangi penularan rabies sebab masih ditemukan masyarakat yang belum sadar untuk melakukan vaksinasi HPR.
"Kalau adanya resistensi dari masyarakat, atau percaya mitos maka jadi tantangan petugas kesehatan hewan dan rabies juga zoonosis, tetapi ini bisa dicegah dimulai dari hewannya, sehingga kami butuhkan kerja sama dengan semua pihak untuk berkolaborasi," katanya.