Artikel - Suara dari mereka yang tersentuh digital

id Menkominfo

Artikel - Suara dari mereka yang tersentuh digital

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara sedang berdialog dengan seorang siswa SMA Negeri Detusoko, Kabupaten Ende, Flores, NTT saat meninjau laboratorium sekolah tersebut, Senin, (25/3). (ANTARA Foto/Bernadus Tokan)

"Jangan memanfaatkan internet untuk bermain game atau pun mengakses hal-hal yang berbau pornografi," demikian Rudiantara
Ende, Flores, NTT (ANTARA) - Indonesia adalah negeri yang sangat luas, tetapi dalam usianya yang ke 74 pada tahun 2019 ini, masih ada masyarakat di pelosok negeri ini yang belum tersentuh layanan digital.

Hanya mereka yang tinggal di kota-kota besar, terutama Jakarta yang sudah cukup lama menikmati layanan digital dengan kualitas yang sangat bagus.

Di era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla ini, pemerintah mulai gencar membangun infrastruktur digital sampai ke pelosok negeri, dan sebagian dari masyarakat yang tinggal di pedalaman mulai menikmati layanan digital.

Bahkan anak-anak sekolah, terutama di pedesaan yang selama ini hanya mengandalkan materi yang diberikan guru sebagai bahan belajar sehari-hari, mulai memanfaatkan akses internet untuk keperluan belajar.

Begitu pun para guru, sudah bisa memanfaatkan akses internet untuk mendukung kegiatan proses belajar mengajar (KBM) sehari-hari di sekolah.

Dalam acara sosialisasi Indonesia Merdeka Signal, di SMAN Detusoko, Desa Detusoko, Kecamatan Detusoko, Ende, Senin, (25/3) yang dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI Rudiantara, siswa mau guru menyampaikan terimakasih kepada pemerintah yang telah membangun akses internet ke sekolah mereka.

"Dari fasilitas internet yang saya peroleh, saya dapat mencari informasi, dan mencari materi untuk belajar dan menambah wawasan dan lain-lain," kata Lion Wage.

Lion Woge adalah salah satu siswa kelas 12 jurusan IPA pada SMA Negeri Detusoko, sekitar 30 km kota Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mendapat fasilitas internet dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika.

"Sepulang sekolah, saya biasa membantu orang tua saya menjaga ternak. Dengan fasilitas internet, saya dapat mencari pakan dan vitamin yang cocok untuk ternak orang tua saya," tambah Lion Woge.

Apolonora Elsenia, siswa kelas 11 IPA SMAN Detusoko mengaku, semenjak ada internet dari Bakti Kominfo dan Skyrearch, semua urusan sekolah bisa terbantu.

Baca juga: Artikel - Menyediakan sinyal internet untuk seluruh negeri

"Kalau kemarin saya hanya belajar itu-itu saja dari perpustakaan dengan buku-buku yang terbatas, dan materi pelajaran yang disampaikan guru, sekarang saya bisa lebih leluasa mengakses materi pelajaran lebih luas, guna memperluas wawasan," kata Elsenia.

Sementara Tomy Kota, guru kimia pada SMA Negeri Detusoko mengatakan, dengan adanya jaringan internet dari Bakti Infokom dan PT Skyreach sangat membantu.

"Sebagai guru saya sangat terbantu, khususnya mencari materi sebagai media belajar seperti silabus, dan dalam proses belajar mengajar di kelas, saya juga sudah tidak kalah lagi dengan guru-guru di kota besar karena saya sudah bisa meniru mereka dalam kegiatan belajar mengajar," katanya.

Dia mengatakan, sungguh berada di daerah pedesaan yang mengalami kesulitan sinyal, tetapi sekarang tidak lagi kesulitan karena sudah mendapat bantuan dari pemerintah melalui Kementerian Informasi dan Komunikasi untuk mengakses internet secara langsung.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI Rudiantara mengatakan, pada tahun 2019 ini, kita akan merayakan kemerdekaan yang ke-74.

"Sudah 74 tahun kita merdeka dari penjajahan secara fisik yang pemikiran-pemikiran kemerdekaan dan menyatukan Indonesia, antara lain lahir dari Kota Ende ini," katanya.

"Namun kita tahu bahwa urusan sinyal, kita belum merdeka. Mereka yang tinggal di Jakarta bisa menikmati kecepatan 4G sampai dengan 7mb per detik," katanya.

Tetapi sesama bangsa Indonesia yang tinggal di Maluku, Papua dan juga di Nusa Tenggara Timur (NTT), kalaupun ada, kecepatannya masih rata-rata 300kb per detik, namun mereka membayarnya lebih mahal dari pada mereka yang tinggal di Jakarta.

"Inilah yang saya sebutkan, sesuatu hal yang tidak seimbang. Pertama, mendapatkan akses internet adalah hak seluruh warga bangsa, dimanapun berada," katanya.

Kedua, jenis layanan dan harga harus terjangkau. Tidak berbeda satu tempat dengan tempat yang lain katanya menjelaskan.

Baca juga: Pemerintah berkewajiban memberikan akses internet kepada warganya

Menurut dia, dibandingkan dengan negara lain, negara tetangga Asean, seperti Singapura, Thailand dan Malaysia, Indonesia masih nomor empat dari sisi pembangunan infrastruktur digital.

Kondisi ini karena Singapura, Thailand dan Malaysia adalah negara daratan sehingga untuk menarik fiber optik lebih mudah, ketimbang Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

"Indonesia kalau membangun jaringan tulang punggung, kita harus menggunakan kabel optik bawa laut yang tidak mudah," katanya menambahkan.

Tetapi mulai 2015, pemerintah mencanangkan bahwa semua kabupaten, setidaknya semua kota kabupaten, semua kota besar di Indonesia harus terhubung dengan jaringan tulang punggung internet kecepatan tinggi.

Dia mengatakan, ada 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Di wilayah bagian barat Indonesia sudah beroperasi sejak Maret 2018, dan wilayah Tengah sampai ke Morotai, sudah beroperasi pada Januari 2019.

Sementara bagian Timur belum. Pembangunannya baru mencapai 94 persen, karena membangun di timur, khusus di Papua dan Papua Barat saja pemerintah harus membangun di 44 kabupaten.

"Ini merupakan instruksi dari Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla yaitu membangun jangan berfokus di Jawa. Membangun harus merata di seluruh Indonesia," katanya.

Bagi daerah yang belum dibangun, secepatnya akan dibangun dan untuk wilayah Timur, terutama di Papua pada pertengahan 2019 ini sudah bisa selesai.

Dia berharap, pada pertengahan 2019 ini, pembangunan di wilayah Timur, terutama di Papua dan Papua Barat sudah bisa selesai dilaksanakan, dan dengan terintegrasinya jaringan tulang punggung yang menyentuh 514 kota di Indonesia, maka kota-kota di seluruh Indonesia sudah bisa merdeka dari sinyal.

Menurut dia, keberadaan internet di jaman sekarang tidak sekadar menjadi sarana komunikasi semata, namun akan menunjang berbagai sektor kehidupan masyarakat termasuk peningkatan ekonomi maupun pendidikan.

Baca juga: Masih banyak daerah 3T di NTT belum terjangkau internet

Karena itu, pemerintah bertekad agar suatu saat di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), semuanya dapat terjangkau sinyal.

Dia mengakui saat ini memang masih terjadi ketimpangan dalam pelayanan internet antara warga di Pulau Jawa dan di luar Jawa, karena mereka yang ada d Jawa terlebih di Jakarta mendapatkan pelayanan internet yang lebih memadai, namun membayar lebih murah.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan di luar Jawa yang harus membayar lebih mahal, sedangkan pelayanan internet kurang memadai dari sisi kapasitas signal.

Dalam hubungan dengan itu, pihaknya bertekad, semua wilayah Indonesia harus bisa menikmati sarana internet yang lebih memadai, terutama untuk sarana-sarana publik seperti pendidikan, Puskesmas, Kantor Desa juga Polsek dan Koramil.

Rudiantara mengatakan, Indonesia harus terbebas atau merdeka dari sinyal internet karena kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia tidak hanya dari penjajahan namun juga dari sinyal.

Untuk mendukung program "Indonesia Merdeka Sinyal" pemerintah akan membangun satelit sendiri, yang ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2022.

Berbagai program yang dilakukan pemerintah saat ini, semata-mata sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat, termasuk dalam bidang tehknologi informasi.

Tentang keberadaan internet yang sudah mulai memasuki sekolah-sekolah termasuk di Kabupaten Ende, maka diharapkan kepada para siswa untuk memanfaatkan sarana internet yang ada untuk kepentingan pelajaran.

"Jangan memanfaatkan internet untuk bermain game atau pun mengakses hal-hal yang berbau pornografi," demikian Rudiantara.

Baca juga: Nilai satelit HTS diperkirakan Rp22 triliun
Baca juga: 214.000 sekolah akan terhubung internet berkecepatan tinggi