Harga Cabai Mulai Bergerak Turun

id cabe

Harga Cabai Mulai Bergerak Turun

Harga cabai merah mulai bergerak turun di pasaran Kupang

"Setelah saran berbagai pihak agar Operasi Pasar (OP) cabai digelar, harga komoditi bahan pangan dan bumbu inipun terus mengalami penurunan," kata Samir Amir.
Kupang (Antara NTT) - Harga cabai di sejumlah pasar tradisional dan modern dalam Kota Kupang dan sekitarnya mulai bergerak turun dari Rp120.000 per kilogram menjadi Rp90.000 hingga Rp80.000/kg setelah operasi pasar dari Bulog dan instansi teknis terkait.

"Setelah saran berbagai pihak agar Operasi Pasar (OP) cabai digelar, harga komoditi bahan pangan dan bumbu inipun terus mengalami penurunan, meskipun tidak sedrastis harga cabai sebelum terjadi kenaikan tinggi," kata Distributor Cabai untuk wilayah Kupang dan sekitarnya Samir Amir, di Kupang, Rabu, (25/1).

Penurunan harga cabai tersebut sudah terjadi sebanyak tiga kali, meskipun tidak drastis tetapi perlahan-lahan mulai pertengahan Januari 2017 harga cabai masih dijual Rp120.000 per kg kemudian turun menjadi Rp100.000 per kg, dan kini turun lagi menjadi Rp90.000-80.000.

Ia mengatakan komoditi pangan cabai terutama jenis merah kecil sebelumnya di sejumlah pasar modern dan tradisional dalam Kota Kupang dan sekitarnya hingga pekan pertama dan kedua Januari masih bertahan dengan harga Rp120.000 atau belum juga turun harga.

Mulai pekan ketiga Januari mulai menunjukkan adanya penurunan harga komoditi tersebut seperti Cabai merah kecil masih dijual dengan harga Rp100.000 dari sebelumnya Rp120.000 per Kg.

Sedangkan cabai merah kriting dilepas dengan harga Rp90.000 hingga Rp80.000 dari sebelumnya Rp110.000, per kilogram.

Jadi selain operasi pasar sebagai penyebab turunnya harga komoditi pangan ini, curah hujan yang mulai berkurang mengguyur daerah ini selama dua pekan terakhir pun berangsur berkurang, meskipun masih tetap waspada.

Sebab berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah setempat kenaikan harga cabai dipicu oleh cuaca buruk yang menyebabkan para petani cabai mengalami gagal panen.

"Dari hasil wawancara dengan beberapa pedagang, umumnya beranggapan naiknya harga cabai karena cuaca buruk," kata Samir Amir.

Pengamat ekonomi dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang Nusa Tenggara Timur Dr Thomas Langoday, sebelumnya menawarkan salah satu solusi untuk mengendalikan harga cabai di daerah setempat dan daerah lain di Indonesia dengan operasi pasar.

Jadi cara lain untuk mengendalikan tingginya harga cabai di NTT, selain pendropingan cabai dari daerah surplus ke daerah minim komoditi ini seperti ditawarkan Mentri Perdangan Kabinet Kerja menyikapi komoditas tersebut sangat dibutuhkan untuk bumbu masakan khas Indonesia adalah dengan operasi pasar dari badan urusan logistik daerah setempat," katanya di Kupang, Senin.