Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat berjanji akan menjadikan wilayah provinsi kepulauan ini sebagai penyumbang garam terbesar bagi Indonesia, karena wilayah ini sangat potensial untuk pengembangan tambak garam.
"Saya berjanji akan menjadikan NTT sebagai penghasil dan penyumbang garam terbesar di Indonesia karena wilayahnya sangat potensial dan pengelolaannya pun sangat baik," katanya kepada wartawan di Kupang, NTT, Kamis (4/4).
Hal ini disampaikan berkaitan dengan hasil pantauannya yang dilakukan di sejumlah lokasi tambak garam di NTT, mulai dari tambak garam di Kabupaten Malaka dan di Kabupaten Kupang serta beberapa daerah lainnya di NTT.
Menurut Laiskodat, saat ini provinsi yang dikenal dengan Nusa Terindah Toleransinya (NTT) itu memiliki luas lahan garam mencapai 8.000 hektare dan itu hanya di dua kabupaten itu yakni Malaka dan Kabupaten Kupang.
"Jika 8.000 hektare itu dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan 1,5 juta metrik ton garam. Ini lah yang membuat NTT akan menjadi daerah yang hebat, karena produksi garamnya," katanya.
Jumlah tersebut, kata dia, belum termasuk dengan kawasan tambak garam lainnya di NTT seperti di Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Mbay, serta kabupaten Rote Ndao.
Baca juga: Stefanus Bria: Malaka penghasil garam terbesar di NTT
Terkait kunjungan kerjanya ke lokasi tambak garam di Desa Nunkurus, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Rabu (3/4), Gubernur NTT menyatakan sangat puas karena warga masyarakat pemilik lahan di lokasi tambak garam ikut membantu mengelola lahan garam itu.
"Sebagai gubernur, saya sangat berterima kasih kepada PT Timor Livestock Lestari yang mau berinvestasi di lokasi ini, demi mengangkat harkat dan martabat masyarakat di Desa Nunkurus ini dalam pengembangan usaha tambak garam," katanya.
Gubernur Laiskodat mengatakan cuaca panas yang diberikan Tuhan kepada provinsi ini adalah sebuah anugerah terindah, karena mampu membantu menghasilkan garam yang banyak di NTT.
Baca juga: Potensi garam di Malaka 700.000 metrik ton/tahun
Baca juga: PT IDK butuh 2.500 hektare untuk tambak garam di Malaka