Timtim maafkan Habibie terkait jajak pendapat

id habibie mario

Timtim maafkan Habibie terkait jajak pendapat

Gelombang pengungsiaan dari Timor Leste menuju wilayah Nusa Tenggara Timur (NNT), usai jajak pendapat di Timor Timur pada September 1999. (ANTARA FOTO/dok)

"Mayoritas rakyat Timor Timur pro Indonesia yang beragama Katolik, pasti memaafkan dan mendoakan almarhum BJ Habibie agar hidupnya tenang disisi Tuhan Yang Maha Esa," kata Mario Vieira.
Kupang (ANTARA) - Mantan Juru Bicara Pro Otonomi Florencio Mario Vieira mengatakan, mayoritas rakyat Timor Timur pro Indonesia yang beragama Katolik, pasti memaafkan dan mendoakan almarhum BJ Habibie agar hidupnya tenang disisi Tuhan Yang Maha Esa.

"Keputusan Habibie melaksanakan jajak pendapat di Timur Timur bagi pihak pro kemerdekaan pasti gembira, sedangkan yang pro Indonesia pasti merasa kecewa, tetapi sebagai warga Timur Timur pro NKRI yang menetap di Indonesia pasti memaafkan dan mendoakan almarhum BJ Habibie," kata Florencio Mario Vieira kepada ANTARA di Kupang, Kamis (12/9).

Menurut Mario peran BJ Habibie sangat penting dalam sejarah Timor Timur melalui keputusannya tentang jajak pendapat di wilayah bekas provinsi ke-27 Indonesia itu.

Baca juga: Pemerintah sebaiknya merelokasi warga eks Timor Timur

Dia mengatakan, bagi pihak yang pro kemerdekaan pasti gembira dan menyambut keputusan itu, sedangkan yang Pro Indonesia pasti merasa kecewa dan berdampak terhadap ratusan ribu warga yang meninggakan bumi Loro Sae dan tinggal di kamp-kamp  pengungsian di Timor Barat, NTT.

Selama 20 tahun hidup di luar tanah kelahiran, banyak warga eks Timtim yang memilih bergabung dengan NKRI, dan menjadi warga negara Indonesia, sudah mulai menerima kenyataan hidup dalam ketidakpastian.

Namun, kata dia, sebagai mayoritas beragama Katolik, warga Timor Timur pro NKRI yang menetap di Indonesia pasti memberikan maaf dan mendoakan BJ Habibie agar hidup tenang di alam baka. Dari aspek demokratis, keputusan jajak pendapat itu layak disebut demokratis, namun momentum pengambilan keputusan yang kurang tepat.

"Dari aspek demokratis memang layak, namun momentumnya kurang tepat atau terburu-buru sehingga hasilnya chaos besar-besaran dan berdampak pada banyaknya korban di kedua belah pihak, bahkan chaos tersebut sampai terjadi embargo dari PBB terhadap Indonesia," demikian Mario Vieira.

Baca juga: Warga eks Timor Timur Protes Pembangunan Jalan
Baca juga: Warga eks Timor Timur mohon bantuan Presiden