Kupang (Antara NTT) - Warga eks pengungsi Timor Timur yang berdomisili di kamp pengungsian dan resetlemen di wilayah Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur menyampaikan surat permohonan bantuan untuk mengubah kondisi kehidupan yang mereka sedang alami.
"Kami warga Indonesia eks pengungsi Timor Timur tanpa rumah dan lahan garapan untuk hidup. Kami berharap Pak Presiden dan Ibu Negara bisa membantu mengubah kehidupan kami," kata salah seorang tokoh warga pengungsi eks Timor Timur di Atambua, Mariano Parada di Belu, Kamis.
Surat sudah disampaikan langsung kepada Presiden Joko Widodo saat lawatannya ke Kabupaten Belu, untuk meresmikan Pintu Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Rabu (28/12).
Menurut Mariano, surat yang ditulis atas refleksi seluruh warga eks pengungsi Timor Timur yang memilih bertahan demi kecintaannya untuk NKRI pascakalah jajak pendapat 17 tahun silam itu, langsung disampaikan ke Presiden Joko Widodo dengan menghadang lintasan mobil yang ditumpangi orang nomor satu RI itu.
"Saya dengan beberapa tokoh masyarakat lakukan penghadang dengan sebuah spanduk bertuliskan `kami warga eks pengungsi Timor Timur merindukan kedatangan Bapak`," katanya.
Penghadangan katanya dilakukan sesaat setelah kendaraan Presiden hendak menuju ke Bandara AA Beretalo di Atambua setelah dari Motaain untuk selanjutnya menuju Motamasin.
"Saat itu pak Presiden melihat kami, lalu Pak Presiden hentikan mobil dan memanggil saya. Saya lalu berlari mendekati mobil Pak Presiden mencium tangannya dan menyerahkan surat itu langsung ke tangan beliau," katanya berceritera.
Pascapenyerahan surat tersebut, petuga pengamanan khusus Paspampres langsung meminta saya untuk mundur dan sesaat setelahnya kendaraan itu lalu melanjutkan perjalanan ke bandara di ufuk Timur Pulau Timor itu.
Dia berharap dengan diterimanya surat pengeluhan kami warga eks pengungsi Timor Timur itu, akan ada langkah konkret pemerintah untuk kami yang masih bertahan, demi merah putih di daerah ini.
Berikut isi surat lengkap eks pengungsi Timor Timur yang berada di Kabupaten Belu itu.
`Kepada Yth.Bapak Presiden RI Joko Widodo Yang Kami Cintai dan Ibunda Negara yang Kami Kasihi
Salam hormat dan permohonan maaf sebesar-besarnya sebelumnya kami menyampaikan kepada Bapak Presiden dan Ibunda Negara karena telah lancang menulis dan mengirim surat ini sehingga telah mengganggu tugas Bapak Presiden dan Ibunda Negara.
Bapak Presiden dan Ibunda Negara yang kami Kasihi
Apa yang kami sampaikan ini merupakan suara perempuan dan laki-laki serta anak-anak yang masih tinggal di kamp-kamp. Suara orang tanpa tanah, tanpa rumah, tanpa kepastian masa depan. Suara petani perempuan dan laki-laki serta anak-anak di settlement-settlement tanpa lahan garapan untuk hidup. Hingga saat ini, 17 tahun sudah kami WNI Eks Pengungsi Timor-Timur bertahan hidup dalam keterbatasan.
Bapak Presiden dan Ibunda Negara yang kami Kasihi
Kami mohon Bapak Presiden dan Ibunda Negara untuk berkenan memikirkan dan mau melakukan sesuatu, karena kami yakin dan percaya niat, ketulusan dan kesederhanaan Bapak Presiden dan Ibunda Negara dapat membantu, merubah dan menyelematkan kami dari penderitaan yang selama ini kami alami.
Terima kasih. Atambua, 28 Desember 2016 Hormat Kami, 1. Jeka Pereira 2. Saturmino Do Rosario 3. Celestino Goncalves 4. Carlos Goncalves 5. Mariano Parada.
Warga eks Timor Timur mohon bantuan Presiden
"Kami warga Indonesia eks pengungsi Timor Timur tanpa rumah dan lahan garapan untuk hidup. Kami berharap Pak Presiden dan Ibu Negara bisa membantu mengubah kehidupan kami," kata Mariano Parada.