Kupang (ANTARA) - Antropolog Budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Gregorius Neonbasu, SVD, PhD mengatakan, karakter bangsa Indonesia tidak boleh lepas dari Pancasila.
"Artinya, penguatan karakter bangsa terletak atau tergantung pada seberapa jauh Pancasila menjadi fondasi kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia," kata rohaniawan Katolik itu kepada ANTARA di Kupang, Selasa (1/10), ketika ditanya tentang pentingnya penguatan karakter bangsa, di tengah kehidupan berbangsa yang semakin maju dan berkembang.
Menurut alumnus The Australian National University itu, karakter bangsa nampak mulai rapuh jika orang meremehkan fondasi bangsa Pancasila, sebagai dasar dari negara bangsa ini.
Baca juga: Parlemen NTT bulatkan tekad pertahankan nilai-nilai Pancasila
Baca juga: Prajurit Brigif 21/Komodo diharapkan dapat mengimplementasikan semangat Pancasila
"Tidak boleh ada usaha untuk melemahkan fondasi bangsa, apalagi menghadapi pelbagai kemelut, kesulitan dan tantangan dewasa ini," kata Pater Gregorius.
Pancasila, kata dia, adalah napas kehidupan yang senantiasa memberi inspirasi bagi karakter berbangsa dan bernegara Indonesia. Secara antropologis, Pancasila adalah dasar hidup bangsa dan negara, yang secara hakiki menentukan karakter hidup berbangsa dan bernegara.
Selain itu, Pancasila juga merupakan warisan dan tradisi berbudaya bagi manusia dan masyarakat Indonesia. "Karakter bangsa nampak mulai rapuh jika orang meremehkan fondasi bangsa Pancasila, sebagai dasar dari negara bangsa ini," demikian Pater Gregorius Neonbasu SVD.
Baca juga: Gubernur minta warga Ende tetap merawat Pancasila
Baca juga: Presiden Jokowi, teguhkan nilai Pancasila
Karakter bangsa Indonesia tak boleh lepas dari Pancasila
Antropolog Budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Gregorius Neonbasu, SVD, PhD mengatakan, karakter bangsa Indonesia tidak boleh lepas dari Pancasila.