Warga Lapas Butuh Fasilitas "Solar Cell"

id Kalapas

Warga Lapas Butuh Fasilitas "Solar Cell"

Fasilitas Solar Cell

"Ada kelompok warga binaan yang sudah mengembangkan listrik sollar cell, namun belum berkembang maksimal karena keterbatasan fasilitas dan anggaran," kata Syarif Hidayat.
Kupang (Antara NTT) - Warga binaan di Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Penfui Kelas II-A Kupang membutuhkan dukungan fasilitas yang memadai untuk mengembangkan lampu penerangan bertenaga surya (solar cell) yang sudah dimulai sejak tahun 2016.

"Ada kelompok warga binaan yang sudah mengembangkan listrik Sollar Cell, namun belum berkembang maksimal karena keterbatasan fasilitas dan anggaran," kata Kepala Lapas Penfui Kellas II-A Kupang Syarif Hidayat saat ditemui Antara di Kupang, Sabtu.

Menurut Mantan Kalapas Lombok, Nusa Tenggara Barat itu, pengembangan sollar cell oleh warga binaan sejauh ini masih menggunakan sumber daya yang terbatas, berupa bahan bekas seperti aki, lampu dan bahan-bahan lainnya.

Untuk itu, Syarif yang baru menjabat sebagai Kalapas sejak awal 2017 itu mengatakan, selanjutnya perlu dilakukan promosi untuk menarik minat investor atau donatur.

Dia mengatakan, produk sollar cell akan dipamerkan dalam dalam peringatan hari bhakti pemasyarakatan di Jakarta pada April 2017 mendatang.

"Mudah-mudahan ini akan menarik perhatian nasional sehingga ke depan ada pihak lain yang tertarik bisa berinvestasi atau menjadi donatur bagi warga binaan kali di Lapas Penfui," katanya

Dia meyakini, kalau pameran tersebut berhasil dan ada pibak yang tertarik maka sollar cell bisa berkembang pesat dan harganya juga bisa lebih murah sehingga bisa diproduksi secara berkelanjutan.

Menurutnya, pengembangan Solar Cell tersebut sudah dilakukan secara kelompok oleh warga binaan yang terbentuk dalam kelompok kerja (Pokja).

Dia mengatakan, sejauh ini sudah menunjukkan hasil yang dimanfaatkan untuk kebutuhan Lapas dan menurutnya sangat potensial beroperasi karena didukung kondisi cuaca panas di daerah setempat yang memadai.

Syarif menjelaskan, ada berbagai kegiatan pemberdayaan keterampilan warga binaan dilakukan melalui Pokja dengan jumlah tiap kelompok berkisar 15 sampai 30 orang.

Selain Pokja solar cell, ada pula Pokja pembuatan alat musik khas NTT seperti Sasando maupun miniaturnya untuk souvenir, dan Pokja pertanian.

"Di depan Lapas juga kita sudah buat ladang untuk tanam sayur-sayuran dan dikelolah secara berkelompok," katanya.

Selain itu, ada pula Pokja keterampilan pertukangan kayu, keterampilan mengelas, namun masih juga butuh sentuhan teknologi modern karena kondisi sekarang seperti model, bentuk, kualitas, belum cukup bersaing dengan produk di pasaran.

"Produksinya kita masih gaya lama, ini yang saya ingin mungkin ada pihak ketiga baik balai latihan kerja (BLK) atau lembaga lain membantu kita dalam desainnya," katanya.

Dia mengatakan, atas keterbatasan fasilitas itu maka pemberdayaan keterampilan belum menyerap hingga 50 persen tenaga kerja terampil dari jumlah warga binaan lebih dari 400 orang.

"Jumlah tenaga kerja yang terserap dari Pokja keterampilan baru lebih dari 100 orang sehingga kita berharap ke depan Pokja-Pokja ini bisa dibantu sehingga semua warga binaan nantinya bisa memiliki bekal keterampilan kerja," katanya.