Puting beliung di Batutua akibat fenomena regional

id angin tornado

Puting beliung di Batutua akibat fenomena regional

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, Agung Sudiono Abadi. (ANTARA/Bernadus Tokan)

"Waterspout yang terjadi di pesisir pantai Batutua, disebabkan adanya awan konvektif yang dipicu dari fenomena skala regional hingga skala lokal meteorologi," kata Agung Sudiono Abadi
Kupang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan angin puting beliung (waterspout) yang terjadi di wilayah perairan Batutua, Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao,NTT beberapa waktu lalu, akibat fenomena regional meteorologi.

"Waterspout yang terjadi di pesisir pantai Batutua, disebabkan adanya awan konvektif yang dipicu dari fenomena skala regional hingga skala lokal meteorologi," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Agung Sudiono Abadi di Kupang, Selasa (31/12).

Dia mengemukakan hal itu, menjawab pertanyaan seputar penyebab terjadinya puting beliung di wilayah pesisir Batutua di Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao.

Angin kencang yang berbentuk seperti Tornado itu menerjang wilayah perairan Batutua di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur pada Minggu (29/12) sekitar pukul 11.57 WITA.

Peristiwa angin Tornado di Batutua ini lebih cepat dari peristiwa sejenis yang melanda Desa Oebafok, Kecamatan Rote Barat Daya pada 4 Desember 2019 lalu.
Angin tornado terjadi di perairan Batutua, Kabupaten Rote Nado, Nusa Tenggara Timur, Minggu (29/12/2019). (ANTARA FOTO/HO-BPBD Rote Ndao)
Peristiwa angin Tornado saat itu terjadi di areal persawahan Desa Oebafo, Kecamatan Rote Barat Daya pada 4 Desember 2019 jauh dari lokasi pemukiman penduduk setempat.

Menurut Agung Sudiono Abadi, peristiwa tersebut dipicu fenomena skala regional hingga skala lokal meteorologi seperti anomali suhu muka laut dan pola angin (streamline).

Dia menambahkan, melalui penginderaan jarak jauh satelit Himawari-8 dan radar cuaca Baron, terlihat adanya pola awan konvektif.

Hal ini berdampak terjadi hujan yang disertai petir dan angin memutar di laut (waterspout), katanya menjelaskan.

Dia juga mengimbau masyarakat di provinsi berbasis kepulauan itu, untuk tetap waspadai hujan disertai angin, untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. 
Angin Tornado memporak-porandakan tambak garam di Pulau Sabu, Kabupaten Sabu Raijua, NTT. (ANTARA Foto/Bernadus TOKAN)