Keuskupan Larantuka batalkan prosesi Jumat Agung
Panitia Perayaan Semana Santa yang terdiri atas unsur Kerajaan Larantuka, conferia Reinha Rosari, pastor paroki, dan Pemda Flotim sudah sepakat membatalkan pelaksanaan tradisi Paskah di kota kecil Larantuka yang terletak di bawah kaki Gunung (Ile) M
Kupang (ANTARA) - Keuskupan Larantuka di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, tahun ini membatalkan pelaksanaan prosesi Jumat Agung yang sudah menjadi tradisi turun temurun bagi umat Katolik setempat dalam menyambut hari raya Paskah pada 10 April mendatang.
"Langkah bijak yang dilakukan Keuskupan Larantuka ini guna mendukung upaya pencegahan penularan virus COVID-19," kata Vikaris Jenderal Keuskupan Larantuka Romo Gabriel Unto da Silva saat duhubungi Antara dari Kupang, Senin (23/3).
Vikjen Gabriel Unto da SIlva mengatakan bahwa keputusan pembatalan pelaksanaan prosesi Jumat Agung tahun ini sudah disampaikan oleh Uskup Larantuka Mgr Frans Kopong Kung Pr pada Jumat (20/3).
Menurut dia, Panitia Perayaan Semana Santa yang terdiri atas unsur Kerajaan Larantuka, conferia Reinha Rosari, pastor paroki, dan Pemerintah Daerah Flores Timur sudah sepakat membatalkan pelaksanaan tradisi Paskah di kota kecil Larantuka yang terletak di bawah kaki Gunung (Ile) Mandiri itu.
.Sudah ada keputusan bahwa prosesi Jumat Agung atau yang biasa dikenal umat kristiani dunia sebagai wafatnya Yesus Kristus di kayu salib itu dibatalkan untuk mencegah penyeberan virus corona ke berbagai sudut dunia.
"Langkah penundaan tersebut sebagai salah satu upaya mencegah penyeberan wabah virus corona dan juga mendukung peringatan yang disampaikan pemerintah untuk tidak boleh mengadakan pertemuan atau kegiatan yang melibatkan banyak orang, " katanya.
"Kita tidak melanggar tradisi dan tidak meremehkan tradisi. Kita mau memberi makna baru pada tradisi kita yang sudah berlangsung ratusan tahun itu dalam situasi konkret saat ini," ia menambahkan.
Romo Gebriel mengatakan bahwa menurut kitab suci Yesus tak segan menyembuhkan orang sakit pada Hari Sabat, hal yang menurut tradisi orang Yahudi merupakan sebuah pelanggaran.
"Oleh karena itu Yesus berkata bahwa Hari Sabat dilakukan untuk manusia, bukan manusia untuk Hari Sabat. Dan jika dikaitkan dengan perayaan Semana Santa atau pekan suci maka hal ini sah-sah saja demi mencegah penyebaran virus bagi umat di Keuskupan Larantuka, karena bagi Yesus kesehatan dan keselamatan manusia adalah sangat penting," katanya.
Ia menambahkan, perayaan Semana Santa dengan devosi-devosi khusus yang biasa dilakukan di Larantuka, Wureh, Konga, dan banyak tempat lainnya juga ditiadakan tahun ini. Perayaan Minggu daun-daunan atau Minggu palem dengan arak-arakan daun palma dan upacara cium salib juga ditiadakan.
Misa malam Paskah dan misa Paskah akan tetap dilaksanakan di Katedral, namun tanpa kehadiran umat. Umat Katolik diminta melaksanakan ibadah di rumah dengan membaca doa rosario serta merenungkan isi kitab suci.
Keuskupan Larantuka juga mengimbau umat Katolik di wilayahnya tidak panik serta terus berdoa memohon kepada Tuhan agar wabah COVID-19 segera berakhir.
"Langkah bijak yang dilakukan Keuskupan Larantuka ini guna mendukung upaya pencegahan penularan virus COVID-19," kata Vikaris Jenderal Keuskupan Larantuka Romo Gabriel Unto da Silva saat duhubungi Antara dari Kupang, Senin (23/3).
Vikjen Gabriel Unto da SIlva mengatakan bahwa keputusan pembatalan pelaksanaan prosesi Jumat Agung tahun ini sudah disampaikan oleh Uskup Larantuka Mgr Frans Kopong Kung Pr pada Jumat (20/3).
Menurut dia, Panitia Perayaan Semana Santa yang terdiri atas unsur Kerajaan Larantuka, conferia Reinha Rosari, pastor paroki, dan Pemerintah Daerah Flores Timur sudah sepakat membatalkan pelaksanaan tradisi Paskah di kota kecil Larantuka yang terletak di bawah kaki Gunung (Ile) Mandiri itu.
.Sudah ada keputusan bahwa prosesi Jumat Agung atau yang biasa dikenal umat kristiani dunia sebagai wafatnya Yesus Kristus di kayu salib itu dibatalkan untuk mencegah penyeberan virus corona ke berbagai sudut dunia.
"Langkah penundaan tersebut sebagai salah satu upaya mencegah penyeberan wabah virus corona dan juga mendukung peringatan yang disampaikan pemerintah untuk tidak boleh mengadakan pertemuan atau kegiatan yang melibatkan banyak orang, " katanya.
"Kita tidak melanggar tradisi dan tidak meremehkan tradisi. Kita mau memberi makna baru pada tradisi kita yang sudah berlangsung ratusan tahun itu dalam situasi konkret saat ini," ia menambahkan.
Romo Gebriel mengatakan bahwa menurut kitab suci Yesus tak segan menyembuhkan orang sakit pada Hari Sabat, hal yang menurut tradisi orang Yahudi merupakan sebuah pelanggaran.
"Oleh karena itu Yesus berkata bahwa Hari Sabat dilakukan untuk manusia, bukan manusia untuk Hari Sabat. Dan jika dikaitkan dengan perayaan Semana Santa atau pekan suci maka hal ini sah-sah saja demi mencegah penyebaran virus bagi umat di Keuskupan Larantuka, karena bagi Yesus kesehatan dan keselamatan manusia adalah sangat penting," katanya.
Ia menambahkan, perayaan Semana Santa dengan devosi-devosi khusus yang biasa dilakukan di Larantuka, Wureh, Konga, dan banyak tempat lainnya juga ditiadakan tahun ini. Perayaan Minggu daun-daunan atau Minggu palem dengan arak-arakan daun palma dan upacara cium salib juga ditiadakan.
Misa malam Paskah dan misa Paskah akan tetap dilaksanakan di Katedral, namun tanpa kehadiran umat. Umat Katolik diminta melaksanakan ibadah di rumah dengan membaca doa rosario serta merenungkan isi kitab suci.
Keuskupan Larantuka juga mengimbau umat Katolik di wilayahnya tidak panik serta terus berdoa memohon kepada Tuhan agar wabah COVID-19 segera berakhir.