Kasus Novanto Tamparan Bagi Golkar

id Golkar

Kasus Novanto Tamparan Bagi Golkar

Dr Ahmad Atang, akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang

Sikap melawan hukum yang ditunjukkan Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto merupakan tamparan bagi partai berlambang pohon beringin itu di mata rakyat.
Kupang (Antara NTT) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang menilai sikap melawan hukum yang ditunjukkan Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto merupakan tamparan bagi partai berlambang pohon beringin itu di mata rakyat.

"Jika dari awal Novanto mengambil sikap kooperatif mendukung penegakan hukum, tentu akan memberikan pembelajaran politik yang baik bagi masyarakat. Namun, apa yang dilakukan Novanto ini justeru menjadi tamparan bagi Golkar di mata rakyat," kata Ahmad Atang kepada Antara di Kupang, Senin.

Ia menegaskan sikap yang ditunjukkan Ketua DPR-RI itu tidak hanya merugikan Golkar dalam menghadapi Pemilu 2019, namun telah menjadi sorotan dunia internasional karena sikapnya melawan institusi hukum yang telah menetapkannya sebagai tersangka dalam kasus korupsi e-KTP.

"Kalau saja Setya Novanto kooperatif, maka pada titik ini masyarakat akan memberikan apresiasi terhadap para elite politik yang taat asas, taat hukum dan berjiwa besar dalam menghadapi kasus hukum," katanya.

Menurut staf pengajar pada FISIP Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang itu, sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar, masyarakat sulit memisahkan Novanto sebagai pribadi maupun pimpinan partai, karena keduanya merupakan dua sisi mata uang yang berbeda namun dalam satu kepingan. 

"Artinya, membicarakan Setya Novanto tidak bisa dipisahkan dengan Golkar, dan sebaliknya membicarakan Golkar tidak bisa mengabaikan Novanto. Dia (Novanto) telah menyeret Golkar ke jurang yang dalam, dalam menghadapi Pemilu 2019," katanya. 

Oleh karena itu, kata Ahmad Atang, untuk memperbaiki citra sebuah partai politik hanya bisa dilakukan dengan memperbaiki perilaku politik kadernya, baik yang ada di legislatif maupun eksekutif. Artinya, kasus Novanto secara nyata telah memberikan dampak buruk bagi partai berlambang pohon beringin itu di mata rakyat.

Sebagai orang Nusa Tenggara Timur, Setya Novanto ikut menjerumuskan nama baik NTT dalam kasus korupsi e-KTP itu, karena dia berasal dari daerah pemilihan (Dapil) 2 Nusa Tenggara Timur. "Saya cukup yakin bahwa Golkar akan ditinggalkan massanya pada Pemilu 2019," katanya.