Artikel - Meneropong tradisi mudik dari NTT

id Mudik

Artikel - Meneropong tradisi mudik dari NTT

Fenomena arus mudik Lebaran 2018 di Pelabuhan Tenau Kupang.

Tradisi mudik ini tampaknya menjadi suatu kewajiban di Indonesia sehingga rasanya tidak lengkap jika pada Lebaran ini tidak dapat berkumpul bersama keluarga di kampung halaman.
Kupang (AntaraNews NTT) - Lebaran merupakan salah satu momentum terpenting bagi umat Islam melakukan mudik atau pulang kampung agar bisa berkumpul bersama keluarga.

Pada tahun ini, Lebaran diperkirakan jatuh pada tanggal 15 (H 1) dan 16 (H 2) Juni 2018. Fenomena mudik Lebaran di Indonesia memang unik dan jarang ditemukan di negara lain.

Menjelang seminggu sebelum tibanya Lebaran, para perantau berbondong-bondong meninggalkan kota-kota di Tanah Air untuk kembali ke kampung halamannya untuk berlebaran bersama keluarga serta para handai tolannya.

Tradisi mudik ini sebenarnya sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Para perantau pulang ke kampung halaman untuk membersihkan makam para leluhurnya guna meminta keselamatan dalam mencari rezeki.

Mudik Lebaran kembali mengemuka pada era 1970-an, saat Jakarta sebagai ibu kota negara tampil sebagai satu-satunya kota di Indonesia yang mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Penduduk yang berdomisili di desa, Jakarta menjadi salah satu kota tujuan impian untuk mereka mengubah nasib. Mereka yang bekerja di Jakarta hanya bisa pulang ke kampung halaman pada saat liburan panjang seperti pada Lebaran tahun ini.

Momentum pulang kampung atau mudik pada hari Lebaran adalah suatu hal yang melengkapi kemeriahan hari raya umat Islam itu setelah menjalani ibadah puasa sebulan penuh pada bulan puasa.

Baca juga: Puncak arus mudik Lebaran terjadi pada H-4
. Aktivitas pemudik di Bandara El Tari Kupang, Jumat (8/6). (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)
Hari raya menjadi hari kemenangan setelah menjalani ibadah puasa sebulan penuh. Pada hari kemenangan ini menjadi momen berkumpul dan saling maaf-memaafkan bersama keluarga.

Tradisi mudik ini tampaknya menjadi suatu kewajiban di Indonesia sehingga rasanya tidak lengkap jika pada Lebaran ini tidak dapat berkumpul bersama keluarga di kampung halaman.

Sejak periode 7-12 Juni 2018, arus mudik Lebaran yang menggunakan jasa angkutan udara di Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur mengalami penaikan sekitar 10 persen dari data penumpang periode yang sama pada Lebaran 2017.

Posko Lebaran 2018 PT Angkasa Pura I Bandara El Tari Kupang mencatat dalam periode tersebut sekitar 43.009 pemudik yang menggunakan jasa angkutan udara, atau naik sekitar 10 persen dari data penumpang periode yang sama hanya mencapai 39.004 pemudik.

Kepala Humas PT Angakasa Pura I Bandara El Tari Kupang Kadir Usman menyebutkan jumlah tersebut terdiri atas pemudik yang berangkat mencapai 22.691 orang atau meningkat 14 persen jika dibandingkan dengan kurun waktu sama pada Lebaran 2017 yang hanya mencapai 19.912 pemudik.

Sementara itu, pemudik yang tiba di Bandara El Tari Kupang tercatat sebanyak 20.318 orang atau tumbuh 6 persen jika dibandingkan dengan arus mudik 2017 sebanyak 19.092 orang. "Peningkatannya memang cukup signifikan jika dibandingkan dengan Lebaran 2017," katanya

Kepala Humas PT Pelindo III Tenau Kupang Wilis Aji mengemukakan bahwa jumlah penumpang yang berangkat dari Pelabuhan Tenau Kupang untuk mudik Lebaran 2018 sudah mencapai 8.575 orang hingga H-2 Lebaran.

Baca juga: 8.575 pemudik melalui Pelabuhan Tenau Kupang
Mudik dengan sepeda motor di Pelabuhan Penyeberangan Bolok Kupang
Hingga H-3, pihaknya mencatat para pemudik yang menggunakan jasa angkutan laut di Pelabuhan Tenau Kupang mencapai 15.599 orang, terdiri atas penumpang yang naik sebanyak 8.575 orang dan turun 7.024 orang.

"Jumlah penumpang terkoreksi meningkat dibandingkan periode yang sama pada H-3 Lebaran 2017, yakni penumpang yang naik 6.591 orang dan yang turun 5.937 orang," katanya.

Puncak arus mudik Lebaran di Pelabuhan Tenau tampaknya lebih awal terjadi pada H-4 yang dilayani KM Bukit Siguntang menuju Pelabuhan persinggahan pertama di Lewoleba, Kabupaten Lembata, dan seterusnya ke Makassar di Sulawesi Selatan.

Ada sekitar 2.000 pemudik yang diangkut dengan KM Bukit Siguntang pada saat itu, berdasarkan catatan posko pelayanan mudik Lebaran di Pelabuhan Tenau Kupang yang dibentuk sejak H-15 dan akan berakhir pada H+15.

Maskapai penerbangan Garuda Indonesia malah membuka "extra flight" untuk melayani rute penerbangan Kupang-Makassar dari empat kali seminggu menjadi setiap hari.

"Penerbangan extra hanya untuk rute penerbangan Kupang-Makassar dari empat kali seminggu menjadi tiap hari karena adanya peningkatan permintaan yang cukup signifikan," kata General Manager Garuda Indonesia Cabang Kupang Yudi M Fulkan.

Penambahan frekuensi penerbangan ini dalam rangka mengakomodasi kebutuhan angkutan mudik Lebaran, sedangkan Lion Air grup melalui anak perusahaannya, Wings Air membuka rute baru Kupang-Lombok-Kupang sejak 25 Mei 2018.

Baca juga: Pemudik sepeda motor memadati pelabuhan feri Bolok
Arus mudik Lebaran 2018 dari Pelabuhan Penyeberangan Bolok Kupang menuju Aimere, Flores, Senin (11/6) dengan menggunakan KMP Ranaka. (ANTARA Foto/Benny Jahang)
Manager Lion Air Rynus Zeboa mengatakan bahwa pihaknya menjelang Lebaran hanya membuka rute baru Kupang-Lombok-Kupang dengan melakukan penerbangan setiap hari.

Sementara itu, arus mudik Lebaran melalui pelabuhan Penyeberangan Bolok Kupang, juga terus menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, baik penyeberangan Kupang-Flores, Kupang-Rote, maupun Kupang-Alor.

"Arus mudik Lebaran mulai meningkat dari Kupang menuju Pulau Flores. Peningkatan arus mudik makin padat sejak Senin (11/6)) dengan jumlah penumpang sebanyak 573 orang," kata Kasubag Humas Polres Kupang Iptu Simon Seran.

Tradisi mudik memiliki makna yang mendalam selain hanya pulang bertemu dengan keluarga, mereka bersilaturahmi dan meminta maaf. Akan tetapi, apakah sekadar itu makna yang bisa diambil dalam tradisi mudik?

Menurut sejumlah literatur Islam, mudik berarti mengembalikan jati diri sebagai manusia, mengembalikan kondisi seperti saat dilahirkan, yaitu bersih dan fitrah atau kembali ke asal sebagai manusia.

Dengan demikian, setelah menjalani ibadah puasa sebulan lamanya, melakukan mudik spiritual, yakni kembalilah ke kampung halaman masing-masing sebagai manusia, sebagai insan ciptaan Tuhan yang sudah diciptakan dengan segala kebaikan Tuhan.

Selamat berlebaran, mohon maaf lahir dan batin. Jadikanlah mudik sebagai media penyadaran diri untuk kembali ke fitrah sebagai manusia sejati. Itulah sepenggal kisah tentang teropong tradisi mudik Lebaran 2018 dari bumi Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: Puncak Arus Mudik Bandara El Tari H-I
Ketua Komisi V DPR-RI Fary Djemi Francis (tengah) pose bersama dengan sejumlah petugas Posko Mudik Lebaran di Bandara El Tari Kupang, Rabu (13/6). (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)